
Katolikana.com—Anak-anak perempuan yang lahir di era 90-an, pasti pernah bermain masak-masakan. Mainan masak-masakan atau pasaran menjadi menjadi mainan primadona di era 90-an.

Dulu, anak-anak berkumpul bersama untuk bermain pasaran di halaman rumah. Mereka bermain masak-masakan menggunakan replika alat masak. Meski berukuran kecil, namun itu bisa membuat anak-anak senang.
Kini, hal itu jarang ditemui. Apalagi, ada anjuran dari pemerintah untuk menjauhi kerumunan.
Jika anak-anak milenial bermain masak-masakan, kemungkinan mereka bermain secara online menggunakan gawai.

Mainan Tradisional Pasaran
Anak-anak yang lahir tahun 90-an umumnya familiar dengan mainan pasaran dari tanah liat. Apakah mainan jenis ini masih bisa ditemukan?
Jika berkunjung ke Desa Wisata Keramik, Pagerjurang, Melikan, Wedi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, kamu bisa menjumpai penjual kerajinan gerabah di sepanjang jalan desa tersebut. Memasuki Desa Wisata Keramik, pengunjung akan disuguhi kerajinan tanah liat di depan rumah warga.

Mata pencarian utama warga desa tersebut adalah perajin kerajinan dari tanah liat. Berbagai macam kerajinan tanah liat seperti, vas bunga, celengan, asbak, guci, alat masak, piring, gelas, termasuk mainan pasaran.
Kini perajin jarang memproduksi mainan pasaran. Hal ini karena anak-anak lebih memilih mainan berbahan plastik atau asyik dengan gawai.
Salah satu perajin yang fokus memproduksi mainan pasaran adalah Warsini. Sejak 2016, Warsini fokus membuat mainan pasaran karena ingin melestarikan alat-alat masak tempo dulu.
“Selain melestarikan budaya juga memperkenalkan pada anak-anak perabotan tempo dulu walau berbentuk kecil,” ujar Warsini kepada Katolikana, Sabtu (2/10/2021).
“Saya membuat satu paket mainan untuk memperkenalkan kepada anak-anak tentang peralatan dapur ala kampung. Ada keren, wajan, kendi, layah, ulek-ulek, cangkir. Kami menjualnya satu paket,” tambah Warsini.
Meski sebagian besar orang tua lebih memilih membelikan mainan berbahan baku plastik, ternyata masih ada sejumlah orang tua yang memperkenalkan mainan tradisional kepada anaknya.
“Saya membeli mainan ini karena ingin memperkenalkan mainan ketika saya masih kecil. Biar cucu saya juga tahu mainan mamanya dulu seperti ini,” kata Anastasia Maryati.
“Biar anak-anak zaman sekarang itu nggak mainan handphone terus,” tambah Maryati.

Unik dan Berkualitas
Bahan baku berasal dari tanah liat yang berkualitas. Proses pembuatan dilakukan secara telaten menggunakan alat cetak gerabah miring dengan cara digoyang-goyang, sehingga menghasilkan produk yang halus.
Harga satu set mainan milik Warsini dibandrol seharga Rp12.000. Satu set mainan pasaran ini terdiri dari berbagai macam replika peralatan masak.
Meski harga bahan baku meningkat, namun ia tetap menggunakan harga yang sama. Ia berjanji hanya menaikkan harga selama lima tahun sekali senilai Rp1.000.
“Saya ingin menjadikan rasa syukur karena bisa mewariskan kerajinan gerabah Pagerjurang setelah mengalami perjuangan panjang dalam merintis bisnis,” ujarnya.
Tertarik mengenal mainan masak-masakan ‘tempo dulu’? Yuk, mampir ke Desa Wisata Keramik, Pagerjurang, Melikan, Wedi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.**
Kontributor: Antonia Rosita Pujiyatiningsih, Faustina Rosalia, Alexander Christian Setyadi, Boni Fatius Nugroho K., Credentia Gisela Sofio P., Hana Setian M. (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.