Sekolah Inklusi bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Kabupaten Merauke, Papua

Sekolah ini fokus melakukan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus yang memiliki kecacatan fisik, mental, dan sosial.

0 583

Katolikana.com—Sekolah Inklusi di Kabupaten Merauke berawal dari beberapa kelompok belajar yang dibentuk oleh bagian pembinaan masyarakat Keuskupan Agung Merauke.

Kelompok belajar tersebut terletak di belakang lapangan Stadion Mini Maro, Jalan Natuna, Jalan Ermasu, dan kompleks Pintu Air.

Awalnya, sekolah inklusif ini berjalan dengan bantuan relawan pendidik dari beberapa sekolah dan pengurus gereja.

Keprihatinan Gereja

Gereja melihat adanya keprihatinan dalam dunia pendidikan di Kabupaten Merauke, khususnya bagi anak berkebutuhan khusus, yang membuat mereka tidak dapat bergabung di sekolah formal.

Proses belajar mengajar berjalan dengan fasilitas seadanya dengan menumpang di halaman rumah warga sekitar.

Beberapa waktu terakhir, Sekolah Inklusi Putra Putri Papua di Kabupaten Merauke mulai mendapat perhatian dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Merauke dan Provinsi Papua.

Sekolah inklusi mulai dipandang secara resmi dan mendapatkan surat ketetapan untuk bergabung dan berbagi ruang kelas di bawah naungan SMA Negeri 1 Merauke.

Anak Papua. Foto: Faustina Rosalia

Kebutuhan Khusus

Menurut penanggung jawab Sekolah Inklusi Yohanes Budiman, sekolah inklusi bertujuan memberikan kesempatan bagi anak berkebutuhan khusus baik secara fisik, mental, dan sosial, atau memiliki bakat-bakat istimewa.

Melalui sekolah ini, mereka akan memiliki pendidikan bermutu, menyesuaikan pada kebutuhan peserta didik.

Yohanes menambahkan, sekolah inklusi ini fokus pada anak-anak yang sulit untuk diterima di pendidikan formal.

“Kebanyakan siswa merupakan anak-anak putus sekolah atau belum pernah merasakan bangku sekolah karena harus mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara menjadi tukang parkir, pemulung, atau peminta-minta,” ujar Yohanes.

Proses pembelajaran dimulai dari penjemputan peserta didik di rumah masing-masing, lalu harus memandikan mereka terlebih dahulu.

Pihak sekolah berharap tersedia asrama karena anak-anak inklusi perlu selalu dipantau dan mendapatkan pembelajaran dan pelatihan hidup terus-menerus.

Perubahan Siswa

Melania Triharteti, salah satu guru, mengaku merasa bahagia dan tanpa beban saat mengurus anak-anak ini. Ia melihat anak-anak ini perlu dilayani dengan baik.

Melani menambahkan, para peserta didik ini mengalami banyak perubahan ke arah yang lebih baik.

“Dimulai dari pembiasaan menjaga kesehatan dan kebersihan badan, hingga bertambahnya rasa percaya diri dan kemampuan mengolah pelajaran yang kian meningkat,” ujar Melani.**

Leave A Reply

Your email address will not be published.