Romo Jordan: Mengenali Karya Roh Kudus untuk Pengambilan Keputusan

Kualitas tindakan kita dinilai atas dasar actus humanus kita.

0 278

Katolikana.com—Di saat-saat genting, masa padang pasir, dan badai ketidakpastian hidup, baik di keluarga, tempat kerja, maupun masyarakat, dibutuhkan keterampilan membedakan roh dan mengambil keputusan.

Hal ini dibahas oleh Romo Melanius Jordan, OFM dalam Workshop Pembedaan Roh dan Pengambilan Keputusan Seri 3 yang diselenggarakan oleh Katolikana School, Minggu (31/10/2021).

Romo Melanius Jordan, OFM

Menurut Romo Jordan, secara filosofis, manusia adalah makhluk multi-dimensi. Oleh karena itu, tidak cukup untuk membatasinya hanya dalam satu pengertian saja.

“Karena manusia adalah realitas yang kompleks. Hampir semua sepakat bahwa manusia berakal budi dan berkehendak bebas. Manusia tidak hanya memiliki tubuh namun jiwa dan roh. Manusia tidak hanya terkurung dalam tubuhnya sendiri, tapi mampu berkompromi dengan diri dan lingkungan hidupnya,” jelas Romo Jordan.

Rasionalitas Manusia

Kodrat manusia memiliki akal budi. Akal budi adalah kemampuan untuk mengambil keputusan dan bisa menentukan dirinya sendiri. Makhluk berpribadi di dalam diri rohani manusia memiliki rasionalitas sebagai unsur hakiki manusia.

Sebagai pribadi, keberadaan manusia tak hanya terkait dengan dunia luar tetapi juga dunia di dalam dirinya (kepribadian) yang ditemukan dalam tubuh, budi, kemampuan, keputusan untuk menentukan dirinya sendiri.

“Manusia bukan hanya sekadar realitas fisik tetapi juga realitas integral, di mana tubuh dan jiwa yang menjadi satu kesatuan akhirnya menjadi objek sumber interioritas di dalam dirinya sendiri untuk membuat keputusan yang bebas,” ujarnya.

Baca juga:

Kebebasan

Manusia memiliki kemampuan untuk mencapai keinginan sendiri dan manusia bebas untuk menentukan keberadaannya, walaupun keberadaan manusia akan ditentukan juga oleh sesuatu yang diterimanya, seperti: genetik, lingkungan, keluarga, dan lain-lain.

“Manusia memiliki kebebasan dasariah atau alamiah untuk menentukan diri, karena manusia tidak bisa menciptakan dirinya. Maka dari itu kemampuannya terbatas. Namun manusia tetap bisa memilih cara berpandang, pengalaman, dan hal lain yang ingin dilakukan,”  ungkapnya.

Makhluk Menyejarah

Manusia sebagai makhluk dinamis, bertumbuh dan berkembang hidup, tapi manusia tetap terikat ruang dan waktu.

Manusia masuk dalam proses sebagai dimensi sejarah, yang menjadi realitas objektif di mana kita bisa melihat keberadaannya, apakah ia berkembang ke arah yang lebih baik.

Dalam proses ini ada kerja sama dengan dua hal yaitu rasionalitas dan kebebasan. Nantinya dikenal sebagai norma sebagai pedoman perilaku hidup.

“Kita mengenal prinsip umum, yaitu melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat dan menjadi terikat norma, nilai, kehidupan, kebudayaan,” ujarnya.

Identitas Manusia Kristen

Manusia memiliki martabat agung. Sebab, bukan hanya sekadar menjadi serupa dan segambar dengan Allah, tetapi mereka adalah anak-anak Allah.

Menurut Thomas Aquinas, manusia memiliki martabat luhur didasarkan pada:

  • Manusia adalah gambar dan rupa Allah.
  • Manusia adalah makhluk yang bebas (otonom) dan berakal budi (rasionalitas).
  • Manusia memiliki suara hati yang membuatnya dapat mengetahui hukum dan kehendak Allah baginya.

“Martabat instrinsik atau ciri ini bisa disebut sebagai anugerah, pemberian dan bukan pencapaian manusia. Di satu sisi ini melekat tetapi juga anugerah karena manusia segambar dan serupa Allah karena mereka diciptakan,” jelasnya.

Prinsip-prinsip manusia Kristen untuk mengambil keputusan

Hidup sesuai panggilan sebagai makhluk yang memiliki rasionalitas dan kebebasan untuk memilih dan memiliki suara hati.

Hidup dalam sakramen sebagai tanda kehadiran Allah dalam hidup manusia. Apa pun keputusan dan yang kita lakukan adalah mengikut atau meniru Yesus. Jadi seluruh perjalanan hidup kita akan diarahkan atau dipimpin oleh Roh Kristus.

Dalam moralitas gereja Katolik kita mengenal prinsip penilaian kualitas tindakan. Setiap tindakan yang kita lakukan bisa dibedakan menjadi dua actus humanus dan actus hominis.

Actus humanus atau volontarium melibatkan kehendak manusia. Actus hominis adalah tindakan lahiriah sebagai manusia yang berdasarkan insting atau hal yang memang harus terjadi dan tidak bisa ditawar lagi. Contoh, merasakan lapar dan makan.

Kualitas tindakan kita dinilai atas dasar actus humanus kita. Agar tindakan dapat dinilai dan dipertanggungjawabkan maka harus memenuhi tiga persyaratan: tahu, mau, dan mampu.

Tahu: Ketika melakukan tindakan kita harus tahu apa yang sedang atau akan kita lakukan, dan itu sebuah fakta. Misalnya, kita tahu bahwa mencuri adalah tindakan tidak baik. Sebab kita telah mengambil sesuatu dari orang lain tanpa izin dan akan mengganggu hak orang lain.

“Gradasi pengetahuan kadang bukan hitam putih. Kadang kita hanya tahu sedikit, setengah-setengah, atau tahu secara sempurna. Penilaian moral yang dijatuhkan tidak hanya tergantung pada perkaranya saja melainkan juga tergantung pada kualitas tindakan yang dapat memengaruhinya,” jelasnya.

Mau: Mau adalah sebuah kebebasan. Sebuah tanda adanya kebebasan ialah terdapat kemungkinan untuk memilih kebebasan antara mau atau tidak mau.

Mampu: Mau saja tidak cukup, melainkan juga kemampuan untuk menghasilkan apa yang dikehendaki. Seorang petani tahu bahwa perlu air untuk tanaman. Ia juga dapat menghendaki air untuk tanaman, misalnya hujan tetapi ia tidak mampu mendatangkan hujan.

“Bagaimana cara untuk tetap merealisasikan tindakan? Diperlukan kemampuan lain. Kalau dia tahu bahwa ia tidak bisa menurunkan hujan maka Ia harus mencari kapasitas lain atau berpikir mencari kemampuan dalam dirinya untuk bisa mewujudkan apa yang akan dikerjakan, menanam di dekat sumber air misalnya,” ujarnya.

Sumber Moralitas

Menurut Romo Jordan, Katekismus Gereja Katolik artikel 1750-1751 mengatakan sifat moralitas perbuatan manusia bergantung pada:

  • Objek yang dipilih. Tindakan apa yang kita pilih dan ambil terkait dengan kodrat tindakan lahir dan di dalam objek tindakan ini tersirat sasaran atau intensi suatu tindakan.
  • Tujuan atau maksud yang ingin dicapai. Terkait dengan alasan motivasi tindakan ini mendorong orang untuk melakukan sesuatu seseorang melakukan sesuatu untuk terwujudnya intensi atau maksud tersebut.
  • Situasi dan kondisi perbuatan. Terkait dengan pengaruh atau kondisi langsung yang memberikan ciri-ciri moral lebih lanjut kepada tindakan yang sebenarnya sudah berdimensi moral.

Objek, tujuan, dan situasi merupakan sumber atau unsur-unsur hakiki moralitas untuk menilai sebuah tindakan memiliki nilai moral atau keputusan yang memiliki nilai moral.

Hati Nurani

Hati nurani sebagai sebuah kesadaran moral. Hati nurani bersifat subjektif, maka hati nurani bisa saja keliru.

Namun, itu muncul karena ketidaktahuan yang tidak disengaja, ketidaktahuan yang tidak teratasi, khususnya pada persoalan-persoalan baru dalam mencari kebaikan dan kebenaran.

Hati nurani bersifat mutlak. Orang yang tidak taat pada suara hati akan merasa tidak aman sepanjang hidup, begitu pun sebaliknya.

Hati nurani itu bukan suara Tuhan, dia masih bisa keliru.

“Suara hati itu tidak serba melarang. Memang, ada kesan bahwa suara hati membatasi kebebasan. Namun, sebenarnya tidak. Karena itu diperlukan pembinaan suara hati dengan berbagai cara,” katanya.

Peran Roh Kudus

Romo Jordan menggarisbawahi apa yang dikatakan Surat Rasul Yakobus 1:17: “Tubuh terdiri dari banyak anggota, demikian juga tubuh mistik Kristus yang terdiri dari berbagai macam orang dengan peran dan tanggung jawabnya masing-masing.”

Manusia dalam berbagai macam pengalaman mengalami kehadiran Roh Kudus. Kita telah menerima sakramen-sakramen dan Roh Kudus dalam diri dan perlu mengoptimalkan ke dalam tindakan-tindakan manusia dan melalui sakramen-sakramen dapat membantu kita untuk mengambil keputusan.

“Rahmat Roh Kudus diberikan Allah secara Cuma-cuma. Kita tidak bisa memaksa Roh Kudus. Yang bisa kita lakukan adalah membuka hati, mendidik suara hati, menyiapkan formasi untuk menyambut kedatangan Roh Kudus,” ujarnya.

“Allah sudah menciptakan kita dengan akal budi dan kehendak bebas. Maka Allah memberikan tawaran jalan keselamatan melalui Roh Kudus sehingga kita dapat melihatnya sebagai sebuah kesempatan untuk melaluinya, yang kemudian akan berfungsi sebagai kemudi untuk mengarahkan manusia kepada keselamatan kekal,” pungkasnya.

Pribadi yang terus belajar dan berusaha menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri. Mahasiswa asal Pandaan, Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.