Katolikana.com—Universitas Atma Jaya Yogyakarta menerapkan ujicoba sistem perkuliahan hybrid learning sejak November hingga Desember 2021.
Kebijakan ini ditanggapi positif oleh mahasiswa angkatan 2020 dan 2021 yang belum pernah mengalami perkuliahan secara luring.
“Sejak Agustus 2020 resmi menjadi mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta, namun selama dua semester tidak pernah mengunjungi kampus,” ujar Stevania Tan mahasiswa UAJY semester 3.

Menurut Stevania, kuliah online kurang efektif dan mudah teralihkan.
“Selama dua semester menjalani kuliah online, materi yang disampaikan kurang dipahami karena fokus aku teralihkan dengan kasur dan handphone,” ujar Stev.
Kuliah online membuat mahasiswa tidak fokus dan kurang semangat untuk berkuliah.
“Selain kurang memahami materi, aku tidak memiliki bayangan mengenai lokasi kampus, ruang kelas, perpustakaan, dan ruangan lainnya,” tambah Stev.
Bulan Oktober 2021, Rektor UAJY membuat edaran mengenai perkuliahan hybrid dengan beberapa persyaratan.
Ketika mengetahui surat edaran itu, Stev mengaku senang dan sedikit terkejut.
“Senang tapi ada kagetnya, kok kuliah hybrid diadakan pada pertengahan semester? Tapi tidak masalah karena akan belajar di kampus,” ujar Stev.
Stev menegaskan ia menerima tawaran tersebut karena ingin lebih fokus saat belajar, materinya masuk ke otak, dan lebih paham dengan materi dan sifat-sifat dosen.
Persyaratan
Universitas Atma Jaya Yogyakarta menerapkan sejumlah persyaratan bagi mahasiswa untuk mengikuti kuliah hybrid.
“Kita harus memiliki hasil tes PCR/antigen sebagai syarat utama untuk mengikuti perkuliahan hybrid,” ujarnya.
Universitas Atma Jaya Yogyakarta sangat mematuhi protokol Kesehatan. Hal ini dibenarkan oleh Stevania Tan sejak pertama kali menginjak kaki di kampus pada Selasa (2/11/2021).
“Mahasiswa wajib menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, cek suhu. Terdapat antiseptic gel di setiap ruang kelas, wastafel untuk mencuci tangan, hingga stiker jaga jarak aman dan stiker arah jalan,” ujarnya.
Selama proses perkuliahan berlangsung ruang kelas harus dibuka agar pertukaran udara dapat terjadi.
Mahasiswa yang menjalani kuliah hybrid dijaga oleh students staff untuk mengikuti peraturan.
“Selesai kelas, student staff mengaarahkan mahasiswa harus segera pulang, karena tidak boleh berada di kampus di luar sesi yang telah dijadwalkan,” ungkapnya.
Setiap mahasiswa yang mengikuti kuliah hybrid diatur jadwalnya agar kapasitas orang di kampus tidak melebihi kuota.
Saat masuk kampus mahasiswa melakukan scan barcode menggunakan aplikasi Entrypass 3.0.
“Setiap mahasiswa memiliki sesi kuliah sinkronnya masing-masing mulai dari sesi 2 hingga sesi 3,” ujarnya.

Tak hanya mahasiswa, dosen dan karyawan juga wajib menaati protokol kesehatan.
“Dosen menggunakan masker, menjaga jarak, menggunakan hand sanitizer, dan melakukan scan barcode,” ujar Stev.
Universitas Atma Jaya Yogyakarta mempersiapkan kuliah hybrid ini dengan baik sehingga mahasiswa merasa nyaman berada di kampus.
“Suasana kuliah di kampus jauh lebih nyaman daripada kuliah online,” ujar Stev tegas.
Kuliah hybrid membuat mahasiswa memahami materi dan bertemu dan mengenal dosen serta teman-teman secara bertatap muka.
“Ketika kuliah online, aku sulit mengenal dosen dan teman-teman sekelas. Dengan adanya hybrid, semuanya menjadi jauh lebih baik,” ujar Stev.
Stev berharap kampus dapat menerapkan sistem perkuliahan offline seutuhnya, kembali normal, semua mahasiswa hadir di kampus dan bertemu dengan semua dosen.
Kontributor: Hana Setian, Antonia Rosita, Alexander Christian Setyadi, Boni Fatius Nugroho, Faustina Rosalia, Credentia Gisela. (Universitas Atma Jaya Yogyakarta).

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.