Katolikana.com—Jogja Heritage Track adalah program Balai Pengelolaan Sumbu Filosofi Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta dan difasilitasi oleh dana keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Edukator Jogja Heritage Track Ratna Wahyuningtyas menjelaskan tujuan program ini adalah untuk menyosialisasikan hal-hal yang berkaitan dengan sumbu filosofi ke masyarakat luas.
“Sangkan, Paraning, dan Dumadi bercerita tentang asal mula kehidupan manusia dan bagaimana manusia akan kembali ke Sang Pencipta. Tergambar dalam sumbu filosofi, yaitu garis yang menghubungkan Tugu Jogja, Keraton Jogja, dan Panggung Krapyak,” ujar Ratna.

Dikutip dari laman Instagram @sumbufilosofi, peserta program Jogja Heritage Track akan diajak berkeliling ke kawasan Sumbu Filosofis ditemani edukator yang akan menjelaskan sejarah dan kisah-kisah menarik dari setiap tempat yang dilewati.
Sumbu Filosofi sedang dalam pengajuan ke UNESCO untuk menjadi warisan dunia. Namun, sebelum menjadi warisan dunia lebih baik jika warga Yogyakarta terlebih dahulu tahu tentang apa itu Sumbu Filosofi.
“Kemarin pihak Dinas Kebudayaan sudah mendapatkan tanggapan positif dari UNESCO. Rencananya pihak UNESCO akan melakukan kunjungan ke Jogja untuk meninjau hal-hal berkaitan dengan Sumbu Filosofi ini,” sebut Ratna.
Jogja Heritage Track memiliki misi untuk memperkenalkan Sumbu Filosofi kepada masyarakat, terutama anak muda yang belum mengenal tentang Sumbu Filosofi.
View this post on Instagram
Ratna juga menjelaskan mengenai garis imajiner atau biasa disebut Sumbu Filosofi berkaitan dengan keberadaan Gunung Merapi, Keraton Yogyakarta dan Laut Selatan dalam satu garis tegak lurus.
“Garis tersebut merupakan konsep Hinduistik, berhubungan dengan pemilihan tempat suci agama Hindu. Tempat untuk mendirikan kerajaan selalu menerapkan konsep ini, yaitu Tri (Tiga) Hita (Kesejahteraan) dan Karana (Penyebab),” jelas Ratna.
Elemen pertama dalam Tiga Penyebab Kesejahteraan adalah Parahyangan (hubungan manusia dengan Tuhan) dan di Yogyakarta direpresentasikan oleh Gunung Merapi, yaitu tempat yang tinggi, suci, dan dekat dengan Khayangan yang merupakan tempat tinggal para dewa.
Elemen kedua yaitu Pawongan (Hubungan manusia dengan manusia) direpresentasikan oleh Keraton Yogyakarta, dan elemen Palemahan (Hubungan manusia dengan alam) direpresentasikan oleh Laut Selatan.

Konsep Hinduistik ini kemudian diadaptasi dengan konsep Islam Jawa (Mataram Islam). Terdapat dua konsep, yaitu Sangkan Paraning Dumadi dan Manunggaling Kawula Gusti.
Jogja Heritage Track ini masih dalam tahap uji coba selama bulan Ramadan dan hanya terbatas untuk tamu undangan. Untuk masyarakat umum, akan diresmikan bulan Mei 2022.
Rute bus selama uji coba menggunakan rute lengkap yaitu Sangkan, Paraning, dan Dumadi. Rute uji coba ini memakan waktu kurang lebih 60 sampai dengan 90 menit.

Ke depan, ketika sudah dibuka untuk umum, Jogja Heritage Track akan ada sembilan rute, di antaranya adalah Sangkaning Dumadi, Paraning Dumadi, Colonial Trip, Colonial Heritage Trip, Historical Trip, The Legacy, Religious Trip 1, Religious Trip 2, dan Jogja Culinary.
Selain itu juga akan ada The Heritage of Jogja, yaitu program bersepeda dari Tugu menuju ke Panggung Krapyak dan akan dilaksanakan setiap hari minggu.
Informasi mengenai reservasi tiket, rute, dan jadwal keberangkatan dapat dilihat pada laman media sosial Sumbu Filosofi dan Dinas Kebudayaan DIY.
Kontributor: Petra Carmelita Aldora (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.