Katolikana.com—Menjadi seorang pelatih tentu tak mudah. Butuh tanggung jawab besar karena menjadi panutan. Prosesnya pun tidak instan. Pahit, manis, asam semuanya dilalui.
Mario Eldo adalah pelatih Marching Band Atma Jaya Yogyakarta. Pria kelahiran 1995 ini merupakan alumni Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) dan pernah bergabung di UKM Marching Band Atma Jaya Yogyakarta.
“Aku sering melihat drumband pada acara pawai 17 Agustus. Aku melihat bahwa seni dari bermain alat-alat ini yang membuat aku tertarik mengikuti UKM Marching Band Atma Jaya,” jelas Eldo.
Tahun 2013 Eldo memulai perjalanannya di Marching Band Atma Jaya Yogyakarta. Eldo dilantik resmi menjadi anggota Marching Band Atma Jaya Yogyakarta (MBA) pada Februari 2014.

“Pertama kali masuk MBA mengikuti proses dan dilantik menjadi anggota tahun 2014,” ujar Eldo.
Awalnya Eldo menjadi asisten pelatih. Lalu, pada 2017 Eldo diangkat menjadi pelatih Marching Band Atma Jaya Yogyakarta di bagian perkusi (battery).
Eldo selalu menekankan proses. Proses yang membuat kita makin kuat. Rasa capek, lelah, bosan, kesal dimarahi, dan lainnya, merupakan proses yang harus dilalui dan akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. “Proses tidak akan menghianati hasil,” ujar Edo.
“Setiap manusia memiliki kertas yang sama. Tergantung orang itu bagaimana mewarnai kertasnya sendiri.”
Inilah motto yang dipegang kuat oleh Eldo, hingga bisa mencapai titik menjadi seorang pelatih.
Eldo kerap membicarakan tentang rasa insecure. Saat melatih player-player Marching Band Atma Jaya Yogyakarta, Eldo sering menemukan anak yang tidak percaya diri dengan hasil usahanya.
“Ada beberapa anak yang merasa dirinya tidak pantas mengikuti Marching Band Atma Jaya. Perasaan ini timbul setelah melihat pencapaian-pencapaian player-player sebelumnya,” ujar Eldo.
Eldo selalu menekankan bahwa niat dan usaha merupakan kunci utama yang harus ditanamkan dalam diri.
“Prestasi bagus itu merupakan bonus atas proses yang telah dijalani. Namun yang harus diterima dan dijalani itu adalah proses perjalanannya. Tentunya disokong dengan yang namanya berusaha,” tambahnya.
Menurut Eldo, suatu usaha yang maksimal tidak akan lepas dari hasil yang memuaskan.
“Maka dari itu, mengikuti proses dan usaha menjadi yang terbaik merupakan kunci utama. Aku berusaha untuk membangkitkan rasa percaya diri mereka,” ujar Eldo.
Eldo sering mendapatkan anak-anak yang gugup di awal sehingga membuat permainan menjadi tidak fokus.
Tahun 2015 Eldo memiliki tekad kuat agar Marching Band Atma Jaya Yogyakarta lebih dipandang oleh dunia marching band di seluruh Indonesia.
“Mereka kebanyakan gugup. Jadi aku mau marah takut mereka tambah gugup. Aku jadi putar otak bagaimana cara menghadapi mereka? Aku tidak bisa memberi tekanan besar. Aku mencoba menarik fokus mereka,” jelas Eldo.
Eldo terus mem-bonding para player agar merasa nyaman dan meyakinkan meeka agar semangat dan percaya diri saat memainkan alat.
UKM Marching Band tak hanya mengajari Eldo tentang musik, namun juga kehidupan organisasi.
“Di sini saya belajar menerima pendapat orang lain, belajar berbicara di depan umum, juga bagaimana mengerti satu sama lain. Ikut organisasi merupakan hal penting karena banyak pelajaran berharga,” ujarnya.
Eldo menambahkan, dengan bergabung di Marching Band Atma Jaya, ia mampu memahami seseorang, menerima pendapat, belajar bicara di publik, dan lain-lain yang tidak diperoleh di bangku kuliah.**
Kontributor: Yulicia (Univeristas Atma Jaya Yogyakarta)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.