Uskup Agung Dili Mgr. Virgilio do Carmo da Silva, SDB Resmi Menjadi Kardinal Pertama di Timor-Leste

Bertepatan dengan momentum perayaan 20 tahun kemerdekaan Timor-Leste.

0 701

Katolikana.com—Paus Fransiskus telah menyematkan topi merah kepada Uskup Agung Dili, Mgr. Virgilio do Carmo da Silva, SDB, pada konsistori umum yang dilaksanakan pada Sabtu (27/8/2022).

Dengan menerima topi merah, Mgr. da Silva resmi diangkat sebagai seorang kardinal.

Mgr. da Silva menduduki takhta Keuskupan Dili sejak 2016. Lantas pada September 2019, hierarki provinsi gerejawi di Timor-Leste resmi terbentuk.

Uskup Agung Dili, Mgr. Virgilio do Carmo da Silva, SDB. Foto: rvasia.org

Keuskupan Dili ditingkatkan kedudukannya menjadi Keuskupan Agung Dili dan berperan sebagai keuskupan metropolit bagi Keuskupan Baucau serta Keuskupan Maliana. Mgr. da Silva pun menjadi Uskup Agung Dili yang pertama.

Berselang tiga tahun kemudian, di usia 54 tahun—usia yang masih relatif muda di antara jajaran kardinal pada umumnya—Mgr. da Silva juga menjadi kardinal pertama yang berasal dari Timor-Leste.

Pengangkatan Mgr. da Silva sebagai kardinal boleh dibilang menjadi hadiah istimewa bagi segenap masyarakat Timor-Leste.

Pengangkatan kardinal pertama sepanjang sejarah Timor-Leste tersebut bertepatan dengan momentum perayaan 20 tahun kemerdekaan Timor Leste.

Penunjukkan Mgr. da Silva sebagai kardinal telah diumumkan Paus Fransiskus sejak 30 Mei 2022.

Dalam pengumuman tersebut, Sri Paus menunjuk 21 kandidat kardinal yang dipilih dari seluruh dunia. Termasuk di antaranya lima uskup yang bertugas di Asia, dua uskup dari Afrika, dan empat uskup dari Amerika Selatan.

Namun, tak semua kandidat kardinal ikut diangkat menjadi kardinal pada konsistori umum Sabtu lalu.

Uskup emeritus Ghent, Belgia, Mgr. Lucas van Looy, SDB, yang menjadi salah satu calon kardinal, telah memohon kepada Paus untuk tidak turut diangkat menjadi kardinal untuk menghindari kontroversi.

Mgr. van Looy selama ini telah dituduh ikut bertanggung jawab karena dianggap gagal bertindak tegas atas kasus pelecehan seksual para klerus di masa ia menjabat sebagai uskup.

Paus Fransiskus telah menyematkan topi merah kepada Uskup Agung Dili, Mgr. Virgilio do Carmo da Silva, SDB, pada konsistori umum yang dilaksanakan pada Sabtu (27/8/2022).

Kardinal Pertama Singapura, Paraguay, dan Mongolia

Sementara itu, umat Katolik Singapura juga tengah berbahagia karena mereka kini juga memiliki seorang kardinal.

Uskup Agung Singapura, Mgr. William Goh Seng Chye, turut menerima topi merah dari tangan Sri Paus pada konsistori umum dan resmi menjadi kardinal pertama dari Singapura.

Mgr. William Goh telah menjadi pemimpin bagi sekitar 300.000 umat Katolik di Keuskupan Agung Singapura sejak 2003.

Umat Katolik hanya mencakup 5% dari total populasi Singapura yang mencapai 5,6 juta penduduk.

Tak ayal, pengangkatan Mgr. William Goh sebagai kardinal menjadi tanda perhatian istimewa dari Paus Fransiskus bagi umat Katolik Singapura.

Selain di Timor-Leste dan Singapura, Sri Paus juga mengangkat kardinal untuk pertama kalinya dari dua negara lainnya.

Uskup Agung Asuncion (Paraguay), Mgr. Adalberto Martinez Flores, dan Prefek Apostolik Ulaanbataar (Mongolia), Mgr. Giorgio Marengo, IMC, turut dipercaya untuk menjadi kardinal pertama sepanjang sejarah yang berasal dari Paraguay dan Mongolia.

Nama terakhir—yang masih berusia 48 tahun—bahkan menjadi sosok termuda yang saat ini bergabung dengan Dewan Kardinal.

Gereja Universal

Melalui penunjukan para kardinal baru ini, Paus Fransiskus tampak ingin menekankan pesan tentang Gereja yang universal dengan menunjuk kardinal yang berasal dari berbagai belahan dunia, tidak lagi didominasi oleh para kardinal dari Eropa.

Seperti biasanya, Sri Paus lagi-lagi menegaskan perhatian khususnya kepada kawasan pinggiran dan belahan bumi selatan.

Sri Paus juga secara eksplisit menunjukkan atensinya kepada kawasan-kawasan yang sepanjang sejarah belum pernah memiliki kardinal.

Dengan adanya tambahan lima uskup dari Asia yang kini duduk di Dewan Kardinal—dan memiliki hak suara untuk memilih dan dipilih sebagai paus, jika kelak Paus Fransiskus mangkat atau mengundurkan diri—bukan tidak mungkin apabila paus selanjutnya berasal dari benua Asia.**

Kontributor Katolikana.com di Jakarta. Alumnus Fisipol Universitas Gadjah Mada. Peneliti isu-isu sosial budaya dan urbanisme. Bisa disapa via Twitter @ageng_yudha

Leave A Reply

Your email address will not be published.