David Cees Rijke Saijuna Jatuh Cinta pada Sape’ dan Sasando

Pemuda berdarah campuran Dayak dan Rote ini bisa memainkan alat musik tradisional Sape’ dan Sasando.

0 202

Katolikana.com—Di sela-sela aktivitas sebagai wiraswastawan, David Cees Rijke Saijuna (25 tahun) tetap melakukan hobinya bermain alat musik dawai tradisional yaitu Sape’ dan Sasando.

Sape’ merupakan alat musik tradisional dari Pulau Kalimantan. Sedangkan Sasando merupakan alat musik dawai dari Pulau Rote.

Ahli dalam memainkan dua alat musik tradisional menjadi kebanggan tersendiri.

“Saya bangga dapat bermain Sape’ dan Sasando. Dengan keahlian ini, saya dapat mengkampanyekan kedua alat musik tradisional ini kepada publik” ujar David.

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Am Kohe (@davidcees)

Awal Mula

Saat duduk di bangku sekolah menengah pertama, tepatnya di usia 13 tahun, David mulai menekuni alat musik tradisional Sape’ secara otodidak.

Sebelum itu, David terlebih dahulu membuat Sape’ pertamanya.

David Cees Rijke Saijuna

Sekitar tahun 2013 di tempat tinggal David Pontianak, Kalimantan Barat, alat musik Sape’ belum terlalu dikenal oleh masyarakat.

“Ketika itu belum banyak orang tahu karena alat music Sape’ tidak lahir dari seluruh suku Dayak melainkan dari suku tertentu yang tradisinya berSape’ di beberapa pesta adat,” ujar David.

Keinginan untuk memperkenalkan alat musik Sape’ membuatnya tertarik menekuni alat musik dawai tersebut.

Memasuki usia 18 tahun, David mulai belajar Sasando secara otodidak.

Alasan yang sama menjadi penguat David menekuni alat musik tradisional tersebut.

“Sasando belum dikenal di Kalimantan Barat. Jadi aku coba belajar Sasando. Kebetulan Bapakku orang sana sehingga dalam diriku ada darah Suku Rote,” terang David.

Sape’ VS Sasando

Meski Sape’ dan Sasando termasuk alat musik dawai, keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Menurut David, Sape’ lebih mudah untuk dimainkan karena terdiri dari tiga hingga delapan senar, menyesuaikan kebutuhan pemain Sape’.

“Jika disuruh untuk memilih kedua alat musik tersebut, saya lebih menyukai Sape’ karena ketika dimainkan, Sape’ mengeluarkan lantunan yang sangat khas,” terang David.

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Am Kohe (@davidcees)

Menurut David, kelebihan Sasando dapat dimainkan dari nada apa pun.

“Sasando terdiri dari tujuh senar yaitu dari nada Do sampai dengan Si. Bahkan Sasando dapat di setel nada # (kres) sesuai kebutuhan pemain,” terang David.

David beranggapan, kelebihan yang dimiliki Sasando merupakan kekurangan Sape’.

Senar Sape’ biasanya disetel pada struktur nada dasar C sehingga ketika pemain bermain di luar nada tersebut, maka senar sape’ harus disetel ulang mengikuti nada berjalan.**

Kontributor: Putri Lomo (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

 

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.