Rico Jiu Pertahankan Budaya Dayak di Tengah Gempuran Budaya Global

Pemuda asli Dayak Modang ini tetap mempertahankan Tarian Hudoq dan adat istiadatnya meski tinggal di Yogyakarta.

0 428

Katolikana.com–Maraknya budaya global tidak melunturkan semangat Rico Jiu untuk mempertahankan budaya asli Dayak Modang di Kalimantan Timur.

Tarian Hudoq merupakan salah satu tarian khas Kalimantan Timur yang keberadaannya mulai ditinggalkan generasi muda di daerah tersebut.

Keluarga menanamkan pentingnya adat Dayak Modang sejak Rico masih kecil.

“Sejak kecil saya, kakak, dan sepupu diajarkan oleh nenek dalam kehidupan sehari-hari tentang cerita rakyat, kebiasaan orang Dayak Modang, tata cara, dan aturan adat. Saya juga dari dulu menjalankan Adat Naqlom, yakni pemberian nama saat masih bayi,” ujar Rico ketika dijumpai Katolikana, Kamis (1/9/2022) di Kampus FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Ritual adat pemberian nama Dayak Modang anak (Naqlom) di Desa Long Nah. Foto: Istimewa

Suka Menari

Tarian Hudoq adalah salah satu tarian yang kerap dimainkan Rico. Tarian ini Hudoq memiliki arti pengusiran hama yang sering mengganggu tanaman padi, membawa kebaikan, rezeki, kemakmuran, dan hal baik lainnya.

Ada beberapa tarian yang dikuasai oleh Rico, seperti Tari Topeng (Hudoq),Tari Kejien Petjab (tari tunggal), Tari Tambambaqtaq, Tari Keleng Long Nah, Kejien Ding Nga, dan Tari Ngewai.

Rico bercita-cita menekuni adat, cerita-cerita lisan, mengumpulkan sumber-sumber tentang adat Dayak Modang.  Ia berharap bisa menulis buku tentang adat Dayak Modang.

Tarian Kejien Petjab oleh Rico Jiu dalam acara Sumpah Pemuda. Pemuda asli Dayak Modang ini tetap mempertahankan Tarian Hudoq dan adat istiadatnya meski tinggal di Yogyakarta. Foto: Istimewa

Keprihatinan

Bermula dari keprihatinan atas masyarakat Dayak Modang yang mulai melupakan adat dan penerus tradisi, Rico bergerak dengan terjun langsung melestarikan adat, salah satunya melalui tarian.

“Saya merasa perlu ambil bagian untuk melakukan tindakan nyata, tidak hanya sebatas kata-kata saja,” ujarnya.

Dia mengakui literatur tertulis tentang kehidupan leluhur dan adat istiadat Dayak Modang sangat terbatas. Karena itu dia tidak hanya meneruskan kesenian tapi juga menciptakan dokumentasi tertulis tentang Dayak Modang yang berguna bagi generasi selanjutnya.

“Sayang sekali apabila tidak menjaga adat istiadat yang telah diwariskan oleh leluhur. Jangan sampai kesakralan Adat Dayak Modang tergerus oleh perubahan zaman yang dikuasai oleh budaya global,” papar Rico.

Bangga dengan Adat Dayak Modang

Tak seperti kebanyakan orang muda Indonesia lain yang berkiblat pada fashion dan budaya global, Rico tampil sebagai pemuda Indonesia yang bangga terhadap adat istiadat daerahnya.

Kecintaan terhadap daerah asalnya ia tunjukkan dengan menggunakan aksesoris berupa Lebeat (Anjat) atau tas, Tepa atau penutup kepala, dan Kentuang atau kalung di mana saja, bahkan hingga di tanah rantau.

Dalam keseharian dia suka memakai kaos bertuliskan nama daerah, baik di kampus maupun ketika hangout bersama teman.

Dalam berkomunikasi bersama teman satu daerah di tanah rantau ia masih menggunakan bahasa asli Dayak Modang. Begitu pula ketika berkomunikasi jarak jauh dengan keluarga di kampung halaman.

“Di manapun dan kapanpun saya dengan bangga membawa identitas saya sebagai orang Dayak Kalimantan Timur,” tegasnya.

Lebeat (Anjat), tas yang merupakan ciri khas dari Suku Dayak secara umum. Foto: Istimewa

Harapan 

Begitu besar kecintaan Rico akan adat daerahnya. Ia berharap peran dari beberapa pihak, seperti pemerintah, masyarakat khususnya orang muda, untuk melestarikan adat Dayak Modang.

Kesadaran orang muda sangat penting, karena masa depan suku dan adat istiadat ada di tangan kita.

Menurut Rico, mempertahankan identitas masing-masing kesukuan itu perlu. Namun kita harus menghargai perbedaan dengan suku lain.

“Menghargai perbedaan suku lain tapi juga tetap mempertahankan apa yang kita punya, sehingga kita tidak terpengaruh budaya lain, lalu tetap bisa mempertahankan budaya asli kita,” paparnya.

Rico Jiu merupakan pemuda hebat yang patut menjadi contoh bagi orang muda di Indonesia dalam melestarikan budaya dan adat istiadat daerah.

Kekayaan Indonesia salah satunya terlihat pada keragaman budaya lokal. Jika generasi muda mampu mengelola dan melestarikannya, maka kita tidak akan menjadi bangsa yang kehilangan identitas diri.

Kontributor: Frederico Hanung, Prisca Iresti, Amanda Stevany, Tiksow Febrianty

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.