Katolikana.com—Yayasan Sayap Ibu memberikan kegiatan pengasuhan, perawatan, dan penyantunan kepada anak-anak terlantar.
Yayasan Sayap Ibu merangkul anak-anak telantar dengan memberikan kegiatan pengasuhan, perawatan, dan penyantunan hingga akhir hayat.
Pekerja sosial sekaligus pengurus Yayasan Sayap Ibu Panti II Yogyakarta Annisa Dwi Rachman mengungkapkan, anak-anak yayasan sering mengalami kejenuhan dengan rutinitas pascapandemi Covid-19.
Sebelum pandemi, acara di Panti II Yayasan Sayap Ibu Cabang Daerah Istinewa Yogyakarta sangat bervariasi. Annisa menyebutkan jadwal papan kegiatan selalu terisi penuh dengan nama pengunjung setiap harinya.
Setelah pandemi Covid-19, keadaan mulai berubah. Anak-anak di panti II Yayasan Sayap Ibu bisa dibilang rentan terkena berbagai macam penyakit.
Anissa menjelaskna, di DIY, Yayasan Sayap Ibu mempunyai tiga panti: Panti I, Panti II, dan Panti III.
Panti I merupakan tempat awal bagi anak-anak terlantar yang ditemukan dan diserahkan kepada Yayasan Sayap Ibu. Anak-anak di panti I akan melakukan cek kesehatan dan dibantu secara administratif jika belum mempunyai akta kelahiran.

Setelah proses tersebut selesai, pengurus yayasan akan mencari solusi pengentasan anak tersebut. Salah satunya, membantu mencarikan keluarga kandung, atau pencarian keluarga baru bagi anak melalui proses pengangkatan anak atau adopsi.
Panti II merupakan tempat bagi anak-anak panti I maupun anak-anak yang mendapatkan rujukan dari masyarakat atau suatu lembaga dengan kondisi disabilitas. Panti II dijadikan sebagai pusat rehabilitasi anak-anak disabilitas.
Kegiatan rehabilitasi di panti II dilakukan sebagai upaya memberikan peluang kepada anak-anak disabilitas untuk menjadi terlatih dan terdidik.
Dalam proses tersebut, setiap anak mempunyai proses rehabilitasi yang berbeda.
Rehabilitasi yang dilakukan di panti II sendiri didukung oleh berbagai macam profesi, di antaranya perawat, terapis, pekerja sosial, serta kerja sama secara langsung bersama dengan puskesmas dan juga rumah sakit.
Setelah anak-anak di panti II dinilai mampu dididik dan dilatih, mereka akan dipindahkan ke panti III. Namun, tak menutup kemungkinan anak-anak tersebut akan kembali ke panti II di kemudian hari.
Meskipun sudah mampu latih dan mampu didik di panti III, jika nantinya dinilai terdapat penurunan kondisi atau kondisi makin buruk, anak-anak tersebut akan kembali ke panti II untuk melakukan rehabilitasi kembali.
Panti III merupakan tempat yang dikhususkan untuk anak-anak mampu didik dan mampu latih.
Rata-rata anak panti III merupakan anak-anak yang berusia remaja ke atas. Anak-anak di panti III akan mendapatkan semacam pelatihan agar mereka bisa hidup secara mandiri.
Dalam mengadakan pelatihan kemandirian untuk anak-anak, Panti III Yayasan Sayap Ibu mendapatkan bantuan dari pihak luar. Tak jarang, pusat pelatihan disabilitas wilayah Yogyakarta ikut berpartisipasi dalam mengadakan kegiatan.

Jadi, bisa dikatakan bahwa anak-anak di panti II paling rentan terkena penyakit.
Untuk mencegah risiko terinfeksi penyakit kegiatan-kegiatan yang melibatkan banyak pengunjung terpaksa dihentikan sementara.
Terdapat perubahan sistem kunjungan sesuai dengan protokol kesehatan.
Bukan hanya itu, interaksi secara langsung kepada anak-anak panti II juga menjadi sangat dibatasi.

Akhirnya anak-anak melakukan rutinitas yang sama setiap harinya. Ternyata hal ini menyebabkan anak-anak merasa jenuh dan bosan.
“Biar tidak bosan, solusinya kadang kita coba ajak anak-anak buat naik mobil terus putar-putar dan keliling Yogyakarta. Hal ini dilakukan biar mereka tidak merasa bosan dengan rutinitas,” ujar Anisa.
Kini proses kunjungan dan interaksi diperbolehkan kembali. Namun, untuk acara-acara dan kegiatan besar yang sifatnya melibatkan banyak orang masih harus dibatasi dan perlu melakukan konfirmasi ke panti I sebagai tempat administratif.
Anisa berharap kegiatan kunjungan secepatnya bisa segera dilakukan seperti sedia kala karena pengadaan kegiatan kunjungan merupakan salah satu hal yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak Panti II Yayasan Sayap Ibu.
“Mereka senang kalau ada yang mengunjungi. Hal itu terlihat jelas kok, kalau mereka melihat ada orang atau mobil yang datang, mereka pasti bergegas pergi ke luar,” ujar Anisa. (*)
Kontributor: Bernadyta A.W., Natasya Dewi Yolanda, Sem Darmawan, dan Yoakim Dyas Trisantana.

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.