Katolikana.com, Manggarai Barat — Sejak dikeluarkannya ensiklik Laudato Si’ oleh Paus Fransiskus, fokus perhatian Gereja Katolik terhadap masalah lingkungan hidup semakin kuat di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Gereja Katolik di Indonesia semakin giat melakukan berbagai kebijakan untuk mengarusutamakan perhatian mereka pada lingkungan hidup. Gereja menyadari bahwa tujuan hidup manusia bukan hanya sekedar untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi.
Lebih dari itu, Gereja mengajak umatnya berupaya bagaimana sumber alam yang mendukung kemakmuran manusia dapat dipertahankan dan terus digunakan oleh generasi yang akan datang.
Keuskupan Ruteng memberikan wujud nyata dalam hal ini melalui pencanangan tahun pastoral Ekologi Integral. Dengan pastoral ini, segenap umat Allah di Keuskupan Ruteng berusaha membangun suatu kesadaran akan pentingnya melestarikan lingkungan hidup.
Sebagai bentuk aksi nyata dari kesadaran itu, pada hari Senin (17/6), segenap frater (calon imam) Keuskupan Ruteng mengadakan aksi penanaman pohon mangrove (bakau) di Hutan Bakau Terang, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Bersama para frater, hadir juga Pastor Paroki Hati Kudus Yesus, Lando, RD. Soni Selatan. Selain Romo Soni, hadir pula para tokoh adat, para tokoh agama, aparat TNI, serta beberapa warga setempat yang menjadi pegiat wisata Hutan Bakau Terang.
Penanaman pohon di Hutan Bakau Terang sebenarnya merupakan aksi nyata dari bahan ajar (katekese) yang diselenggarakan oleh para frater di tengah umat Paroki Lando. Dengan begitu, para Frater membuktikan kepada umat kalau mereka tidak hanya kreatif dalam menyusun materi katekese, tetapi juga aktif dalam tindakan nyata.
Kegiatan ini mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat Terang. Mereka mengaku sangat senang dengan kehadiran para frater yang sekarang sedang menjalankan masa live-in di Paroki Lando selama seminggu.
“Kami sangat senang dan bahagia dengan kehadiran para frater. Sebagai pegiat wisata Hutan Bakau Terang, kami merasa sangat didukung,” demikian kata Ahmad Burhan, seorang tokoh muslim sekaligus pegiat wisata Hutan Bakau Terang.
Pertobatan Ekologis
Menurut Fr. Handri Hambur, ketua rombongan frater Keuskupan Ruteng, kegiatan ini merupakan suatu bentuk wujud nyata pertobatan ekologis.
Secara tegas, Fr. Handri menegaskan
kembali tanggung jawab manusia atas alam, seperti yang telah diungkapkan oleh Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si’. Laudato Si’ merupakan ensiklik kedua yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus setelah ensiklik Lumen Fidei.
Laudato Si’ secara khusus berbicara tentang krisis iklim dan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh ulah manusia. Melalui ensiklik tersebut, Paus Fransiskus mengkritik tindakan manusia yang membahayakan lingkungan hidup melalui pembangunan dan kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak ramah lingkungan.
Tak hanya melontarkan kritik, dalam ensiklik yang sama, Paus juga menyerukan suatu pertobatan ekologis sebagai bentuk tanggung jawab manusia terhadap lingkungan hidup.
Pada akhirnya, seruan itu semestinya tidak hanya berhenti sebatas dokumen saja. Sebagai Gereja yang hidup, umat Katolik punya tanggung jawab besar untuk mewujudkan seruan itu dalam tindakan nyata demi dunia yang lebih baik. (*)
Penulis: Dominikus Zinyo Darling, kontributor Katolikana.com di NTT
Editor: Ageng Yudhapratama

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.