Katolikana.com — Para Ibu dan Bapak, serta Saudari dan Saudara yang baik, selamat malam. Semoga Anda beserta keluarga, sanak-saudara, serta sabahat dan teman dalam keadaan baik. Selamat menikmati akhir pekan untuk sejenak beristirahat dan mencecap kembali semua kebaikan Allah yang sudah dilimpahkan kepada kita selama sepekan ini.
Besok kita akan merayakan Hari Minggu Biasa ke-12 tahun B dalam kalender liturgi. Bacaan Injil (Mrk 4:35-41) berbicara tentang mukjizat Yesus meredakan angin topan.
Apa makna kisah ini bagi kehidupan kita sekarang? Marilah kita renungkan bersama dengan memperhatikan beberapa catatan berikut.
Pertama, mukjizat meredakan angin topan ini merupakan salah satu rangkaian mukjizat yang dikerjakan Yesus. Mukjizat-mukjizat lain adalah mengusir roh jahat (Mrk 5:1-20), membangkitkan anak Yairus dari kematian (Mrk 5:21-24; 35-43), dan menyembuhkan seorang perempuan yang mengalami pendarahan selama duabelas tahun (Mrk 5:25-34).
Kedua, serangkaian mukjizat di atas dikerjakan oleh Yesus setelah Ia selesai menyampaikan ajaran-Nya tentang benih yang ditaburkan (Mrk 4:1-9), pelita dan ukuran (Mrk 4:21-24), benih yang bertumbuh (4:26-29), dan biji sesawi yang tumbuh menjadi pohon besar (Mrk 4:30-34).
Ketiga, tujuan penginjil Markus meletakkan kisah-kisah tentang mukjizat berdekatan dengan bagian-bagian yang menyampaikan pengajaran Yesus adalah agar orang semakin melihat siapa sebenarnya Yesus itu. Kisah mukjizat ditampilkan dengan tujuan membuat orang lebih dekat pada diri Yesus dan pengajaran-Nya. Markus ingin mengatakan bahwa Yesus yang pengajaran-Nya telah kita dengar adalah tokoh yang memiliki kuasa besar atas alam, terhadap penyakit dan roh jahat, bahkan terhadap kematian sendiri.
Keempat, dalam kisah yang kita renungkan ini diperlihatkan betapa para murid yang terdekat mengalami sendiri bagaimana Yesus mempunyai kuasa atas kekuatan-kekuatan yang menakutkan. Hal ini terkait erat dengan gagasan yang terdapat dalam dunia keagamaan Perjanjian Lama.
Kelima, dalam Kitab Mazmur dilukiskan mengenai kekuatan Allah yang menguasai gejolak laut dan badai (Mzm 89:9-10; 93:3-4; 106:8-9; Lih. Yes 51:9b-10). Badai dan laut selalu dihubungkan dengan kekuatan yang selalu mengancam kehidupan orang yang takwa. Itulah kiranya yang dirasakan para murid waktu itu; dan dalam keadaan seperti itu mereka berseru kepada Yesus (ay. 38b).
Keenam, Markus mengisahkan bahwa Yesus tidur di buritan, bagian belakang perahu, dengan memakai bantal (ay. 38a). Markus hendak mengatakan bahwa Yesus benar-benar sedang tidur nyenyak!
Ketujuh, barang yang berperan sebagai “bantal” (ay. 38a) adalah semacam papan melintang yang biasanya dipakai duduk atau bersandar oleh orang yang bertugas memegang kemudi perahu di buritan. Tempat itu biasanya sempit dan hanya bisa diduduki oleh juru mudi; tidak ada cukup ruang untuk orang lain. Apakah dengan penggambaran ini Markus ingin mengatakan bahwa Yesus waktu itu berperan sebagai pengemudi perahu? Bila begitu, Ia seharusnya mengarahkan perahu ke tempat yang tidak diamuk gelombang. Tetapi mengapa Ia malah enak-enak tidur di situ?! Melihat sikap Yesus seperti itu para murid menjadi sangat jengkel (ay. 38b).
Kedelapan, bisa tidur dengan nyenyak, bagi orang sekarang dan orang zaman dulu, punya arti sama. Orang seperti itu adalah orang yang hati nuraninya bersih dan percaya bahwa dilindungi Allah sendiri (Amsal 3:23-24; Mzm 4 9; Ayub 11:18-19). Dengan penggambaran seperti itu, Markus ingin mengatakan bahwa Yesus adalah manusia yang sedemikian merasa aman karena dilindungi oleh Allah. Ia juga berani menyerahkan orang-orang yang mengikuti-Nya berada dalam lindungan Allah sendiri.
Kesembilan, Yesus bangun dan menghardik angin serta membuat danau menjadi teduh (ay. 39). Markus menyampaikan hardikan-Nya dalam bentuk kutipan: “Diam! Tenanglah!” Kata “tenanglah” secara harfiah artinya “terberanguslah!; seperti moncong ular naga yang tadinya terbuka mengancam dan kini diikat rapat. Dalam sastra Ibrani dan sekitarnya, badai dan ombak dibayangkan sebagai ular naga raksasa yang menghujat wibawa ilahi yang telah mengatur jagat ini. Kekuatan-kekuatan yang mengacaubalaukan itulah yang oleh Yesus disuruh diam dan terberangus.
Kesepuluh, melalui kisah ini Markus ingin menonjolkan perbedaan antara sikap Yesus yang pasrah dan bisa tidur nyenyak di tengah-tengah ancaman badai dan ombak di satu pihak, dan para murid yang mudah guncang di lain pihak. Yang hendak diperlihatkan dalam kisah mukjizat ini adalah para murid diminta agar belajar bersikap tenang dalam bahaya.
Kesebelas, melalui kisah ini penginjil Markus juga ingin mengajarkan agar para pembacanya percaya kepada dua sisi Yesus ini: Dia yang sedemikian pasrah kepada perlindungan Yang Maha Kuasa, dan Dia yang mampu membungkam badai. Dua sisi ini berada dalam diri Yesus secara bersama dan tidak dapat dipisahkan yang satu dari yang lain. Inilah jawaban yang diberikan oleh Markus terhadap pertanyaan para murid dan para pembaca yang terdapat dalam ayat 41: “Siapa sebenarnya orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?”
Melalui kisah mukjizat ini, penginjil Markus mengundang kita untuk memahami bahwa bukan setiap kesulitan yang kita alami dalam kehidupan kita dapat disamakan dengan “badai” yang hanya dapat ditenangkan oleh kekuatan Allah. Hanya kesulitan dalam kehidupan, yang menggugat wibawa ilahilah, yang akan disuruh diam dan diikat mulutnya oleh kuasa Allah. Itulah badai ketidakpercayaan kepada-Nya. Semoga Allah manghindarkan kita dari badai seperti ini.
Teriring salam dan doa.
Penulis: Romo Ignatius Loyola Madya Utama, SJ, dosen Seminari Tinggi Santo Petrus, Sinaksak—Pematang Siantar, dan pendiri Gerakan Solidaritas untuk Anak-anak Miskin
Editor: Ageng Yudhapratama

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.