Harapan yang Membuahkan Mukjizat

Apa makna dari mukjizat Yesus menyembuhkan seorang perempuan dan menghidupkan kembali anak perempuan Yairus?

0 184

Katolikana.com — Para Ibu dan Bapak, serta Saudari dan Saudara yang baik, selamat siang. Semoga Anda beserta keluarga, sanak-saudara, serta sahabat dan teman dalam keadaan baik. Selamat menikmati akhir pekan untuk sejenak beristirahat dan mencecap kembali segala kebaikan Allah yang telah dilimpahkannya selama sepekan yang lalu.

Minggu ini kita merayakan hari Minggu ke-13 tahun B dalam kalender liturgi. Injil (Mrk 5:21-43) yang kita dengarkan dalam Perayaan Ekaristi berkisah tentang dua buah mukjizat yang dilakukan oleh Yesus: (1) penyembuhan terhadap seorang perempuan dari sakit pendarahan (Mrk 5:25-34) dan (2) penghidupan kembali anak perempuan Yairus (Mrk 5:21-24, 35-43). Kedua peristiwa itu terjalin satu sama lain lewat harapan yang kuat dan penuh kepercayaan dari orang-orang yang mendekat kepada Yesus, baik Yairus maupun perempuan tadi.

Apa maknanya bagi kehidupan kita sekarang? Marilah kita renungkan bersama dengan memperhatikan beberapa catatan berikut.

Pertama, ketika Yesus kembali dari seberang danau dengan perahu, orang banyak datang berbondong-bondong mengerumuni-Nya (ay. 21). Mereka ingin mendengarkan pengajaran-Nya. Orang-orang itu juga meminta-Nya menyembuhkan orang sakit. Seorang di antara mereka bernama Yairus, kepala rumah ibadat (ay. 22a).

Kedua, kepala rumah ibadat adalah orang yang berkedudukan tinggi dan terpandang. Ia datang ke hadapan Yesus dan bersujud (ay. 22b). “Bersujud di depan seseorang” merupakan tindakan penghormatan yang luar biasa, apalagi bila hal itu dilakukan oleh seorang kepala rumah ibadat.

Ketiga, Yairus meminta dengan sangat agar Yesus datang menumpangkan tangan pada anak perempuannya yang sedang sakit, “agar selamat” dan “tetap hidup” (ay. 23b). Permintaan ini mengungkapkan harapan yang amat besar kepada Yesus.

Ketiga, boleh diduga, sudah macam-macam upaya dijalankannya demi kesembuhan anaknya, tetapi tanpa hasil. Kini ia amat khawatir anak perempuannya itu tidak bakal sembuh. Harapan satu-satunya hanya pada Yesus.

Keempat, tidak diceritakan oleh penginjil Markus apa jawaban Yesus. Hanya disebutkan bahwa Ia pergi bersama Yairus diikuti orang banyak yang berdesak-desakan (ay. 24). Dengan cara ini, Markus kiranya hendak mengungkapkan betapa besarnya harapan Yairus dan rasa ingin tahu orang banyak itu: Apa yang bakal dilakukan Yesus? Dapatkah Ia menyembuhkan seperti biasa?

Kelima, di antara kerumunan itu ada seorang perempuan yang menderita penyakit pendarahan selama dua belas tahun (ay. 25). Ini semacam haid yang berkepanjangan dan tak teratur. Menurut hukum agama Yahudi, perempuan yang sedang dalam masa haid dianggap menajiskan tempat yang dipakainya berbaring atau tikar tempat duduknya. Juga siapa saja, lelaki atau perempuan, yang bersentuhan dengan barang-barang tadi akan ikut najis. Mereka harus menjalankan upacara pembersihan diri untuk dapat ikut dalam upacara-upacara keagamaan (Lihat peraturan yang terperinci dalam Im 15:25-30).

Keenam, karena penyakitnya itu perempuan tersebut harus disingkiri dan dijauhi. Dan karena keadaannya tidak membaik, ia tetap dianggap perlu menjauh dan dijauhi. Boleh jadi ia sendiri sengaja memisahkan diri. Hidupnya terkucil. Ia sudah menerima nasib. Putus asa. Tidak ada tabib yang bisa menyembuhkannya dan uangnya sudah habis dipakai berobat tanpa hasil (ay. 26).

Ketujuh, tetapi kali ini ada sesuatu yang lain. Banyak hal telah didengarnya mengenai Yesus. Kabar tentang Yesus yang sampai ke telinganya ternyata menghidupkan kembali harapan yang sudah berangsur-angsur pudar dan mati. Perempuan itu menemukan keberanian mendekat ke tokoh tenar dan penyembuh hebat ini (ay. 27a). Ia juga tidak membiarkan diri terhalang oleh rambu-rambu yang telah menyingkirkan dirinya (lihat catatan kelima).

Kedelapan, kata perempuan tadi dalam hati, “Asal kusentuh saja jubahnya, aku akan sembuh!” (ay. 28). Dan terjadilah demikian; ia sembuh dari pendarahannya (ay. 29).

Kesembilan, “jubah” (pakaian terluar) (ay. 28). Bagi orang zaman itu pakaian membuat orang yang memakainya bisa dikenal secara khusus. Bagi perempuan yang sakit pendarahan tadi, melihat “jubah” Yesus membuat dia mengenali siapa Yesus itu. Baginya, Yesus adalah satu-satunya tumpuan harapan. Dan itulah yang ia sentuh. Dari sentuhan itu ada kekuatan yang keluar daripada-Nya yang mengubah keadaannya; ia menjadi sembuh (ay. 29).

Kesepuluh, ketika Yesus mengetahui apa yang terjadi dan memandang sekeliling serta melihat perempuan itu, perempuan itu menjadi ketakutan dan “sujud di depan Yesus” (ay. 32-33). Tindakan perempuan itu merupakan pengakuan akan siapa Yesus itu, yakni pribadi yang memiliki kuasa Allah.

Kesebelas, tanggapan Yesus terhadap tindakan perempuan itu justru sapaan penuh perhatian: “Nak, imanmu telah menyelamatkanmu. Pergilah dengan damai dan tetaplah sembuh dari penyakitmu!” (ay. 34). Perkataan Yesus ini menyatakan bahwa perempuan itu bukan hanya mendapatkan kesembuhan dari pendarahan, tetapi juga kesembuhan dari apatisme dan keputusasaan serta pengucilan diri dari masyarakat. Ia juga dapat hidup damai dengan diri sendiri dan dengan orang lain. Inilah yang didapat oleh perempuan yang mengenali siapa Yesus itu dan berani mendekat kepada-Nya.

Keduabelas, pada saat itu datanglah beberapa orang dari keluarga Yairus dan mengatakan bahwa anak perempuannya sudah mati. Tidak perlu lagi merepotkan sang Guru (ay. 35). Mereka tidak dapat melihat siapa Yesus itu sesungguhnya.

Ketigabelas, tetapi Yesus berkata kepada Yairus: “Jangan takut, percaya saja!” (ay. 36). Dan Ia berjalan ke rumahnya untuk menemui anak perempuannya. Dalam Injil, kata “jangan takut” dipakai untuk mengisyaratkan kekuasaan ilahi. Ungkapan “percaya saja” mengandaikan bahwa orang itu memang sudah percaya dan ia diminta agar tetap demikian. Injil Lukas menambahkan “maka ia akan diselamatkan!” Luk 8:50).

Keempatbelas, orang-orang yang ribut, menangis dan meratap (ay. 38) mulai menertawakan Yesus ketika Ia berkata bahwa anak perempuan itu hanya tidur, tidak mati, maka tak usah ribut-ribut menangisinya (ay. 39). Mereka itu tak bisa percaya bahwa di hadapan Yesus, Sang Utusan Allah, kematian pun tidak dapat bertahan.

Kelimabelas, anak itu usianya 12 tahun (ay. 42). Pada usia 12 tahun seorang anak mulai menjadi dewasa menurut hukum Taurat. Hingga umur 12 tahun seorang anak ada di bawah pengajaran bapaknya, yakni Yairus. Sejak umur 12 tahun seorang anak akan diserahkan kepada Taurat sendiri.

Keenambelas, di dalam kisah ini anak perempuan itu dipanggil bangun oleh Sang Taurat yang hidup, yakni Yesus, dengan sapaan: “Talita kum” (ay. 41). “Talita” (Bahasa Aram) adalah sapaan untuk anak perempuan: “Nak.” “Kum” (Bahasa Aram) artinya “Bangunlah.” Mendengar sapaan dari Yesus, Sang Taurat yang hidup, anak perempuan Yairus tadi menurut dan hidup kembali (ay. 42).

Ketujuhbelas, Petrus, Yakobus, dan Yohanes (ay. 37) ikut menyaksikan bagaimana kematian pun tidak bisa bertahan di hadapan perkataan Dia (Yesus) yang membawakan kehidupan baru ini. Mereka melihat sendiri bagaimana harapan dan kepercayaan Yairus menjadi hidup dalam diri anak perempuannya. Dan inilah yang dibagikan oleh tokoh-tokoh yang paling berwibawa itu kepada kita semua lewat Markus dalam Injilnya yang kita renungkan ini.

Injil yang kita renungkan ini mengingatkan kita bahwa berhadapan dengan harapan yang begitu besar dan iman yang begitu sederhana dan lugu, seperti ditunjukkan oleh perempuan yang sudah sakit pendarahan selama 12 tahun dan Yairus yang anaknya sakit keras dan mati, Yesus tidak dapat tinggal diam. Yesus menanggapinya dengan penuh perhatian dan kasih. “Perjumpaan” antara harapan dan iman (dari pihak manusia) dengan perhatian dan kasih (dari Yesus) itulah yang menghasilkan mukjizat; memberikan kesembuhan serta hidup baru. Semoga kita berani mendekat kepada Yesus seperti yang dilakukan oleh perempuan yang sakit itu serta Yairus, agar hidup kita diperbarui.

Teriring salam dan doa.

 

Penulis: Romo Ignatius Loyola Madya Utama, SJdosen Seminari Tinggi Santo Petrus, Sinaksak—Pematang Siantar, dan pendiri Gerakan Solidaritas untuk Anak-anak Miskin

Editor: Ageng Yudhapratama

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.