Kala Anak Muda Seoul Ramai-ramai Camping di Katedral Myeongdong

Keuskupan Agung Seoul menyulap halaman belakang Katedral Myeongdong menjadi area perkemahan untuk bisa berdialog dengan kaum muda di Korea Selatan.

0 175

 

Katolikana.com, Korea Selatan — Anak-anak muda Seoul ramai-ramai berkumpul di Katedral Myeongdong pada Jumat petang (28/6). Alih-alih berkumpul karenahendak merayakan misa, mereka berbondong-bondong datang ke katedral justru untuk berkemah.

Peristiwa unik ini sungguh-sungguh terjadi dalam acara “Kemah di Katedral”. Sebuah acara yang diadakan oleh Local Organizing Committee (LOC) World Youth Day (WYD) Seoul 2027.

Halaman belakang Katedral Myeongdong sejenak disulap menjadi area perkemahan di akhir pekan lalu. Acara ini sengaja diselenggarakan sebagai bagian dari persiapan untuk menyambut WYD 2027.

Kemah anak muda ini memang memiliki tujuan utama untuk membangun jembatan antara Gereja dan para umatnya yang berusia muda. Format kemah dipilih untuk membuat anak muda mau berdialog dan berbagi pengalaman dengan Gereja.

Mengambil tema “Jangan takut: Aku menyertai kamu” (Yesaya 41:10), suasana di Katedral Myeongdong tidak terlihat seperti hari-hari biasanya.

Para anak muda peserta “Kemah di Katedral”. (Foto: Keuskupan Agung Seoul)

 

Halaman belakang Katedral Myeongdong benar-benar ditata selayaknya area perkemahan. Anak-anak muda diminta berkelompok dengan anggota sepuluh orang. Mereka lalu duduk melingkar di kursi-kursi kemah, dengan didampingi oleh pastor, suster, atau sukarelawan, sebagai fasilitator.

Panitia bahkan menyediakan pula cemilan, minuman ringan, dan bir. Sehingga atmosfer yang akrab dan ramah dapat terasa dalam acara kemah tersebut.

Mulanya, memang banyak anak muda yang terkejut dan sedikit berhati-hati saat harus duduk berdekatan dengan para uskup. Namun seiring malam yang semakin larut, kecanggungan tersebut perlahan-lahan sirna. Percakapan pun mulai semakin cair dan penuh makna.

 

Apatis secara Spiritual

Dalam acara tersebut, empat pembicara muda membahas tantangan-tantangan yang dihadapi kaum muda masa kini dan berbagi pengalaman iman mereka. Setiap presentasi mengarah pada diskusi kelompok, yang terinspirasi oleh sinode.

Presiden Federasi Pemuda Keuskupan Agung Seoul, Sang-wook Lee, menyoroti berkurangnya dukungan Gereja terhadap kegiatan pelayanan kaum muda. Hal ini lantas mengakibatkan munculnya kaum muda yang memilih bersikap apatis secara spiritual.

“Kita memerlukan acara komunitas yang baru, yang tidak konvensional, serta pemimpin yang baik untuk membantu kaum muda menemukan makna pelayanan,” kata Lee.

Sementara itu, Uskup Agung Seoul, Mgr. Peter Soon-Taick Chung, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas kejujuran dan kesediaan para peserta muda untuk berbagi cerita.

“Ini adalah waktu yang berharga untuk mendengarkan kisah hidup Anda. Saya berterima kasih kepada kaum muda atas waktu mereka yang berharga. Berbagai pertemuan akan terus kami selenggarakan untuk berbagi cerita dengan kalian sebagai pemeran utama,” ujar Mgr. Chung.

Uskup Agung Seoul, Mgr. Peter Soon-Taick Chung, ikut ambil bagian dalam acara “Kemah di Katedral”. (Foto: Keuskupan Agung Seoul)

 

Senada dengan Paus Fransiskus, sang uskup menambahkan, “Tuhan mengasihi kita apa adanya, tidak peduli apa yang kita capai atau kelak kita menjadi siapa. Semoga Anda mengalami, melalui proses persiapan WYD ini, bahwa Tuhan selalu menyertai Anda dalam suka, duka, dan sakit hati Anda.”

 

Mendengar Kaum Muda

Dalam sebuah pernyataan, LOC WYD Seoul 2027 menyebut jika inisiatif mereka mengadakan acara ini mencerminkan dedikasi Mgr. Chung untuk mendengar suara kaum muda.

“‘Kemah di Katedral’ menjadi contoh nyata dari visi Mgr. Chung, sekaligus menyediakan platform unik untuk berdialog antara para pemimpin Gereja dan umatnya di masa depan,” sebut pernyataan tersebut.

Pada tahun lalu, Paus Fransiskus telah mengumumkan Seoul dipercaya untuk menjadi tuan rumah WYD 2027. Menanggapi pengumuman tersebut, Mgr. Chung pun berkomitmen menciptakan sebuah acara yang mempromosikan “persaudaraan, spiritualitas, dan kohesi sosial” yang melintasi sekat-sekat perbedaan budaya dan agama.

 

Sumber: Vatican News

Kontributor Katolikana.com di Jakarta. Alumnus Fisipol Universitas Gadjah Mada. Peneliti isu-isu sosial budaya dan urbanisme. Bisa disapa via Twitter @ageng_yudha

Leave A Reply

Your email address will not be published.