Ramai-Ramai Membela Koruptor Religius

Orang-orang Indonesia sangat mengkultuskan agama, sehingga mereka memandang orang-orang religius, aktif di gereja, sudah pasti orang suci. Padahal kita semua tahu, kita ini adalah pendosa.

0 131

Kasus korupsi timah yang terungkap pada bulan Maret 2024 kini memasuki babak baru. Dilansir dari kumparan.com pada tanggal 22 Juli 2024, uang sebesar 55 Miliar Rupiah, beberapa mobil mewah, dan tas bermerk kelas dunia sudah berhasil disita kembali oleh Kejaksaan Agung. Berkas dilimpahkan ke penuntut umum di Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan. Kerugian Negara ditaksir mencapai 300 Triliun Rupiah hasil dari keserakahan para koruptor di Negara Indonesia ini.

Yang menjadi sorotan adalah seorang koruptor yang beristrikan seorang artis cantik Indonesia, Sandra Dewi. Ya, dia adalah Harvey Moeis, pengusaha yang (katanya) sukses di usia muda berkat hasil usahanya di bidang pertambangan sejak lebih dari satu dekade.

Kedua pasangan ini sempat menjadi pasangan idaman dan ideal beberapa waktu lalu. Siapa perempuan yang tidak iri melihat artis itu bisa resepsi pernikahannya di Disneyland Tokyo dan dihujani barang-barang mewah. Belum lagi sosok Harvey yang (katanya) seorang family man, sangat meratukan istrinya, meminta sang istri untuk lebih boros dalam berbelanja, bahkan menghadiahkan anaknya pesawat jet pribadi dalam rangka merayakan ulang tahun kesatu.

Sandra Dewi sendiri tidak hanya dikenal sebagai artis, tetapi juga kolektor barang-barang branded di tengah Negara yang rakyat miskinnya saja masih tergolong tinggi jumlahnya. Sangat jauh dengan seorang Cinta Laura yang mau beli HP Iphone saja bisa bepikir sampai 1000 kali.

Sandra Dewi dan keluarga masa bodoh dengan kondisi rakyat Indonesia, makanya jangan berharap dia akan mau terlibat dalam kegiatan amal seperti Cinta Laura yang sudah terlalu banyak memberi segalanya bagi bangsa dan rakyat Indonesia. Tetapi namanya juga netizen +62 yang sudah mendewakan Sandra Dewi yang hidup bergelimang harta, anak-anak yang lucu, dan tentu saja religius.

Orang-orang Indonesia sangat mengkultuskan agama, sehingga mereka memandang orang-orang religius, aktif di gereja, sudah pasti orang suci. Padahal kita semua tahu, bahwa kita ini adalah pendosa.

Saat berita korupsi timah diangkat, banyak netizen di salah satu platform yang justru kasihan dengan Sandra Dewi dan keluarga. Saya prihatin dengan cara berpikir orang-orang Indonesia (terutama orang Katolik) yang masih memandang keluarga ini adalah keluarga suci se-Indonesia sehingga tidak mungkin tersandung kasus korupsi.

Saya paham, korupsi dilakukan berjamaah, tetapi namanya korupsi ya tetap saja salah sekecil apapun itu dan apalagi dilakukan dengan kesadaran penuh. Mereka membenarkan Sandra Dewi pasti tidak tahu perbuatan suaminya.

Apa iya, sebodoh itukah seorang istri sampai tidak menaruh curiga pada suaminya atau tidak tahu pekerjaan suaminya sampai punya kekayaan yang tidak masuk akal dari waktu yang sebentar? Belum lagi sang artis sering sekali melakukan humble bragging, merendah dengan menjadikan Tuhan ‘bemper’. Padahal, tujuannya adalah ingin memamerkan tas-tas dan liburan mewah di tengah kemiskinan yang menyeruak ini.

Saya sih sudah ngeh ya jauh sebelum berita korupsi ini naik, tapi ya itu namanya netizen sudah buta dengan label “religius dan Katolik taat” jadi netizen pun menganggap Sandra Dewi adalah sosok suci tanpa punya dosa seperti kita rakyat jelata ini.

Tidak sedikit juga netizen yang membenarkan tindakan korupsi Harvey adalah demi menyenangkan istri dan anak serta para karyawan yang bekerja untuk dirinya. Agak lain emang!

Saya harap agar ke depannya masyarakat Indonesia, khususnya umat Katolik lebih waras dalam menyikapi berita.

Banyak umat Katolik terjebak dalam pikiran kalau aktif di gereja, rajin berdoa, sudah pasti orang baik bahkan suci. Padahal, perbuatan sendiri tidaklah kalah penting. Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati (Yakobus 2:17).

Di Katolik sendiri memang tidak terlalu ditekankan pentingnya menerapkan ajaran-ajaran Tuhan seperti dalam kitab suci, yang mana ini bisa jadi pertimbangan pentingnya menekankan penerapan iman dalam kehidupan sehari-hari.

Itu harus banyak diajarkan tidak hanya di lingkungan keluarga, melainkan juga di sekolah dan di tempat ibadah bahwa perbuatan dan hati manusia tidak kalah penting ketimbang hanya doa semata, tetapi tidak diimbangi dengan perbuatan yang memuliakan nama Tuhan.

Lahir di Bandung, domisili Jakarta. Pemerhati pendidikan, isu sosial, dan psikologi umum. No IG, prefer genuine relationship. Let’s make Indonesia greater than before!

Leave A Reply

Your email address will not be published.