Katolikana.com – Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-9 September 2024 punya arti penting dalam konteks mempromosikan toleransi, perdamaian, dan persaudaraan antarumat beragama.
Para tokoh agama dan bangsa menekankan bahwa kedatangan Paus Fransiskus bukan hanya penting bagi umat Katolik, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Dengan semangat persaudaraan dan kemanusiaan yang dibawa oleh Paus Fransiskus, diharapkan kunjungan ini akan membawa dampak positif dan mendalam bagi bangsa Indonesia, memperkuat toleransi dan kerukunan antarumat beragama di tanah air.
Hal ini terungkap pada diskusi virtual yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), Selasa (23/7/2024). Acara ini dihadiri oleh tokoh-tokoh terkemuka seperti Yenny Wahid dari Wahid Institute, Suster Veronica Endah dari Ikatan Rohaniwan Indonesia, Ulil Abshar Abdalla dari Nahdlatul Ulama, A. Mughni dari Muhammadiyah, dan Mgr. Christophorus Tri Harsono dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).
Selain itu, hadir juga akademisi seperti Dr. Sumanto Al Qurtuby dari King Fadh University dan Komaruddin Hidayat dari Universitas Islam Internasional Indonesia. Bertindak sebagai moderator Romo Markus Solo Kewuta SVD.
Promosi Toleransi dan Kemanusiaan
Duta Besar Vatikan Michael Trias Kuncahyono menekankan pentingnya kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia sebagai momen bersejarah yang tidak hanya bermakna bagi umat Katolik, tetapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia. Menurutnya, kedatangan Paus Fransiskus merupakan simbol penting dari toleransi dan persaudaraan yang harus terus dijaga dan dipromosikan di Indonesia.
Paus Fransiskus dikenal sebagai pemimpin yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian, dan persaudaraan. Kedatangannya ke Indonesia diharapkan dapat memperkuat semangat toleransi antarumat beragama yang sudah ada di negara ini.
Ketua Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia Mgr. Christophorus Tri Harsono menekankan bahwa kunjungan Paus Fransiskus bukan hanya untuk umat Katolik tetapi juga untuk semua umat beragama di Indonesia.
“Kedatangan Paus Fransiskus tidak hanya menyapa orang Katolik saja, tetapi juga umat beragama lainnya seperti Islam,” ujarnya.
Yenny Wahid dari Wahid Institute juga mengungkapkan rasa hormatnya kepada Paus Fransiskus yang dianggap sebagai sosok inspiratif dalam mempromosikan kebaikan kepada orang-orang yang lemah dan tersingkir.
“Paus Fransiskus selalu menunjukkan kepedulian terhadap mereka yang terpinggirkan. Ini menginspirasi banyak orang, termasuk saya, untuk berbuat kebaikan,” ungkap Yenny.
Suster Veronica Endah dari Ikatan Rohaniwan Indonesia menambahkan bahwa keragaman di Indonesia adalah sesuatu yang harus disyukuri dan dipertahankan. Ia berbagi pengalaman pribadi tentang keluarganya yang multireligius, di mana ia sebagai biarawati hidup harmonis dengan saudara-saudaranya yang beragama Islam.
“Saya bersyukur terlahir di Indonesia yang penuh dengan keberagaman,” kata Suster Veronica.
Makna Kunjungan
Sumanto Al Qurtuby dari King Fadh University melihat kunjungan Paus Fransiskus sebagai momen penting yang memperlihatkan komitmen Gereja Katolik terhadap pluralisme dan perdamaian. Menurutnya, Paus Fransiskus telah membangun Gereja Katolik di atas tiga fondasi penting yaitu ekumenisme, pluralisme, dan pasifisme.
“Paus Fransiskus memiliki semangat untuk menyatukan gereja-gereja yang terpecah, menghargai keragaman ekspresi Ketuhanan, dan mempromosikan perdamaian,” jelas Sumanto.
Komaruddin Hidayat dari Universitas Islam Internasional Indonesia menekankan bahwa kunjungan Paus Fransiskus mengangkat citra Indonesia dalam konteks kemanusiaan dan hubungan antaragama. Ia percaya bahwa kunjungan ini akan memperkuat suara kemanusiaan, perdamaian, dan spiritualitas di mata dunia.
“Lewat kunjungan ini, pesan tentang kemanusiaan dan perdamaian akan lebih jelas terdengar oleh dunia,” ujarnya.
Selain itu, Ulil Abshar Abdalla dari Nahdlatul Ulama menyatakan bahwa kedatangan Paus Fransiskus sangat dinantikan dan dianggap sebagai momen bersejarah. Ia mencatat bahwa kunjungan ini terjadi hanya dua bulan setelah kunjungan Ahmed Al-Tayeb, Imam Besar Al-Azhar, ke Indonesia, yang memperkuat semangat dialog antaragama di Indonesia.
“Kunjungan dua tokoh besar ini terjadi dalam situasi yang tepat, di mana ada angin dialog antaragama yang berhembus kuat,” kata Ulil.
Pesan Toleransi
Diskusi ini juga membahas kondisi toleransi antarumat beragama di Indonesia. Para narasumber sepakat bahwa hubungan antarumat beragama di Indonesia sangat baik, meskipun masih ada tantangan yang harus dihadapi.
Yenny Wahid mencatat bahwa masih ada kasus kekerasan dan radikalisme yang terjadi di Indonesia, namun kunjungan Paus Fransiskus diharapkan dapat memberikan inspirasi dan dorongan untuk memperkuat semangat toleransi dan perdamaian.
Dalam pandangan Syafiq A. Mughni dari Muhammadiyah, kunjungan Paus Fransiskus memiliki makna substantif dan simbolik dalam membangun persaudaraan kemanusiaan. Ia berharap kunjungan ini akan semakin menggelorakan semangat dialog antaragama dan memperkuat kesamaan definisi terhadap situasi global saat ini, termasuk krisis iklim dan ketidakadilan sosial.
“Kunjungan Paus Fransiskus memberikan pesan kuat tentang perlunya kerjasama untuk mengatasi tantangan global,” kata Syafiq. (*)
Penulis freelance. Menyelesaikan studi jurnalistik di Universitas Budi Luhur, Jakarta. Suka menuangkan ide-ide dalam sebuah tulisan.