Katolikana.com, Vatikan — Delegasi organisasi pemuda lintas agama Indonesia melakukan diplomasi keagamaan global saat memulai kampanye Dokumen Abu Dhabi dengan kunjungan ke Vatikan, Rabu (21/8/2024).
Dipimpin oleh Ketua Umum GP Ansor, Addin Jauharudin, rombongan beranggotakan pemimpin organisasi pemuda lintas iman termasuk Ketum Muhammadiyah Dzulfikar Ahmad Tawalla, Ketum Pemuda Katolik Stefanus Asat Gusma, Ketum Pemuda Kristen (GAMKI) Sahat MP Sinurat, dan Ketum Pemuda Hindu (Paradah) I Gede Ariawan.
Delegasi ini bertujuan untuk menggali lebih dalam dan menyebarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Dokumen Abu Dhabi, sebuah manifest perjanjian yang menekankan persaudaraan umat manusia dan ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Syekh Ahmed At-Tayyeb pada 4 Februari 2019. Dokumen ini dikenal karena menyerukan toleransi dan perdamaian antar umat beragama.
Para ketua umum organisasi kepemudaan lintas iman sepakat bahwa kunjungan ini merupakan langkah awal yang bersejarah yang dilandasi kesadaran bahwa pemuda Indonesia bergandengan tangan untuk mewujudkan perdamaian yang pertama di Indonesia dan kemudian ditindaklanjuti ke dunia.
Mereka sepakat memilih poin ketiga dari Dokumen Abu Dhabi sebagai fokus kampanye, bahwa keadilan berdasarkan belas kasihan adalah jalan yang perlu diikuti untuk mencapai hidup bernartabat yang menjadi hak setiap manusia.
Dzulfikar Ahmad Tawalla mengungkapkan, upaya menegakkan keadilan seiring dengan upaya membangun kesejahteraan sosial.
Dua hal ini juga sangat dibutuhkan oleh dunia global yang penuh gejolak, konflik sosial dan kemiskinan. Dirinya mendorong generasi muda di dunia, terlibat berpikir dan bekerja untuk menata semesta, menegakkan keadilan itu semua, membangun kemakmuran itu sesama.
“Sebagai umat Katolik dan warga Indonesia, kami sepenuhnya memperjuangkan nilai-nilai kekatolikan dan ke-Indonesiaan kami. Perjalanan ini ke Vatikan, saya lihat sebagai misi nyata dari persaudaraan,” kata Stefanus Asat Gusma, menekankan pentingnya meningkatkan nilai-nilai perdamaian dan toleransi yang diajarkan oleh Paus dan Imam Al Azhar. “Ini adalah simbol yang harus kita pelihara dan kembangkan dalam setiap aspek kehidupan.”
I Gede Ariawan, merujuk pada prinsip Hindu Vasudhaiva Kutumbakam, yang berarti “Dunia adalah Satu Keluarga,” menjelaskan bahwa ungkapan ini relevan karena mempromosikan perspektif global dan prioritas pada kesejahteraan kolektif di atas kepentingan pribadi.
“Ini mendorong saya untuk berpikir tentang kesejahteraan orang lain dan membangun solidaritas serta tanggung jawab global, khususnya dalam mengatasi isu seperti perubahan iklim, pembangunan berkelanjutan, perdamaian, dan toleransi. Mari kita hidup dengan murah hati,” ujarnya.
Sahat MP Sinurat menyatakan, kunjungan lintas iman ke Vatikan ini menunjukkan komitmen pemuda Indonesia untuk memelihara keberagaman dan mendukung perdamaian di tengah konflik global yang sedang berlangsung.
“Inisiatif ini mengejawantahkan gagasan mediator positif yang telah lama kami usung di GAMKI. Kami berkomitmen untuk terus memperkuat solidaritas antariman dan berharap perjalanan ini akan berlanjut untuk merajut persaudaraan serta menciptakan keadilan dan perdamaian global,” ujarnya.
Dalam kunjungannya, rombongan tidak hanya bertemu dengan tokoh-tokoh penting di Vatikan tetapi juga berencana untuk melanjutkan perjalanan ke Mesir untuk bertemu dengan Imam Besar Al-Azhar.
Selain itu, mereka berencana mengunjungi tokoh-tokoh agama dunia dan penerima Nobel Perdamaian untuk memperkuat dukungan terhadap solidaritas kemanusiaan dan perdamaian global.
Romo Samuel Pangestu, yang juga ikut serta dalam rombongan, mengungkapkan pentingnya kunjungan ini sebagai misi persaudaraan sejati yang selaras dengan ajaran agama-agama tersebut. Selain itu, Stefanus Asat Gusma mengungkapkan harapannya agar kunjungan ini dapat menumbuhkan nilai-nilai perdamaian dan toleransi yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh Paus dan Imam Al Azhar.
Kunjungan ini mendapat dukungan penuh dari Gereja Katolik Indonesia, yang diwakili oleh Kardinal Ignatius Suharyo dan Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr. Antonius Bunyamin. Mereka berdua telah memberikan restu kepada inisiatif ini, yang menegaskan pentingnya peran Indonesia dalam menjembatani perbedaan dan memperkuat perdamaian dunia.
Dengan mengedepankan dokumen Abu Dhabi, Addin Jauharudin dan rekan-rekannya berharap untuk memperkuat landasan untuk perdamaian dan toleransi, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di kancah global. (*)
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.