Yustinus Rahangiar, Pr Wafat Hari Ini: Selamat Jalan Pastor Pejuang Kemanusiaan Papua

Keuskupan Timika kehilangan salah satu tokoh pejuang kemanusiaan, Pastor Yustinus Rahangiar Pr yang wafat di RS Provita, Jayapura.

0 222

Katolikana.com, Jayapura – Hari ini, Jumat, 6 September 2024, Gereja Katolik Papua, khususnya Keuskupan Timika kehilangan salah satu tokoh pejuang kemanusiaan, Pastor Yustinus Rahangiar Pr yang wafat di RS Provita, Jayapura.

“Aita Pastor”, begitulah umat Paroki Bilogai, Intan Jaya memanggilnya. Bulan April 2020, saya bertemu Aita Pastor di Bilogai. Waktu itu saya meneliti tentang konflik bersenjata dan perjuangan masyarakat Moni di kabupaten Intan Jaya. Masyarakat Moni berjuang mempertahankan tanah adat mereka dari rencana pemerintah memperluas pertambangan Freeport ke Intan Jaya. Nama proyeknya “Blok Wabu”.

Rencana pemerintah mendapatkan respons dalam aksi yang beragam dari masyarakat Moni. Para pemuda Moni ada yang memutuskan bergabung dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) OPM untuk lawan proyek pemerintah itu. Mereka angkat senjata dan lawan. pemerintah menjawab dengan mobilisasi pasukan TNI dan Polri. Peperangan pecah. Saling tembak. Ada korban warga sipil. Salah satunya, Pendeta Yeremia Zanembani yang ditembak oleh TNI di kandang babi miliknya yang tak jauh dari kampungnya, Hitadipa.

Dalam situasi itu, kami tinggal dengan Aita Pastor di Pastoran Gereja Katolik, Bilogai. Setiap pagi, kami bangun langsung berkumpul di dapur. Bukan kami lapar, tapi dingin sekali. Dekat api supaya badan hangat. Kami duduk mengelilingi tungku api dan cerita tentang pergumulan umat Katolik di Intan Jaya.

 

Pastor Yustinus (jaket orange) berkumpul bersama di tungku perapian di dapur rumah pastoran Bilogai, Intan Jaya, Papua, pada Oktober 2020. Foto: istimewa

 

Suatu malam, ada bunyi tembakan yang sangat dekat dengan Pastoran. Saya cari selamat di bawa kolong tempat tidur. Tidur sampe pagi di kolong tempat tidur. Ternyata bukan saja saya, tapi juga penghuni lain di Pastoran. Aita Pastor tertawa ketika saya cerita. Dia bilang: “Itu sudah sering.”

Suatu hari, Aita Pastor sangat tegang.

“Sobat, saya tidak tahu harus jawab apa kepada tentara yang mau pinjam mobil Paroki. Mereka mau antar pasukan dari Sugapa ke Hitadipa,” ungkapnya.

“Amakaneee aita. Saya pikir, gereja tidak perlu melayani tentara. Kita ada bersama masyarakat sipil. Tanpa bermaksud mendukung tentara, tapi dengan meminjamkan mobil paroki, kita tanpa sengaja telah memberi pesan kepada para pihak yang berkonflik bahwa kita sedang dukung salah satu. Sebaiknya tidak beri mobil untuk tentara pakai.” Respon saya.

Aita Pastor sepakat dan tidak beri mobil paroki untuk tentara pakai.

Ada banyak kisah bersama Aita Pastor. Tapi saya tutup kenangan kami dengan kalimat ini: SELAMAT BERBAHAGIA BERSAMA PARA KUDUS DI SURGA, AITA. Aita telah berjuang dalam sepih demi merawat Umat Allah di tanah Papua. Doakan kami, Aita.

Parjuangan Aita Pastor tak sendiri. Bapa Paus Fransiskus sudah angkat soal “Indonesia sebagai rumah dari tambang emas terbesar di dunia”. Aita Pastor dan Bapa Paus memberi tanda pengharapan bahwa orang Papua tidak berjuang sendiri.

RIP Pastor Yustinus Rahangiar, Pr, imam Keuskupan Timika.

Baca juga: Mengenang Pastor Yustinus Rahangiar, Pr: Sosok Gembala Sederhana di Daerah Konflik Papua

Editor: Basilius Triharyanto

Penulis, pembuat film, peneliti di Papua

Leave A Reply

Your email address will not be published.