“My Love, My Bride”: Perspektif Katolik Memaknai Cinta

Film ini dapat menjadi sarana kita menengok kembali ajaran Gereja Katolik dalam memandang pernikahan.

0 75

Katolikana.com — My Love, My Bride adalah sebuah film komedi romantis asal Korea Selatan yang sudah bisa dibilang cukup lawas. Film ini baru saja ditayangkan dalam aplikasi streaming film di Indonesia sebulan terakhir.

Akan tetapi, sesungguhnya film ini sudah tayang di negeri asalnya pada tahun 2014. Bahkan film ini pun merupakan remake dari sebuah film klasik rilisan tahun 1990 dengan judul yang sama.

Meskipun sudah berumur sedekade sejak dirilis, My Love, My Bride masih menarik untuk dinikmati. Utamanya karena film ini dapat ditonton sembari kita menengok kembali ajaran-ajaran Gereja Katolik tentang pernikahan, cinta, dan komitmen, di dalam hubungan antara suami-istri.

Sutradara Im Chan-sang di dalam film ini mengisahkan dinamika perjalanan hidup pasangan muda yang baru menikah. Dua orang pasangan muda yang menjadi tokoh sentral yaitu Young-min (diperankan oleh Jo Jung-suk) dan Mi-young (diperankan oleh Shin Min-a ).

Secara umum, film ini menggambarkan kehidupan sepasang keluarga muda yang berusaha menavigasi dinamika kehidupan pernikahan mereka. Film ini mengangkat isu seputar keluarga, seperti, penemuan jati, perselisihan, karier hingga isu sensitif seperti tuduhan atau kecemasan akan perselingkuhan.

Berikut adalah beberapa aspek di dalam My Love, My Bride yang bisa ditinjau dari sudut pandang kekatolikan.

 

Kesucian Sakramen Pernikahan

Dalam Gereja Katolik, pernikahan dianggap sebagai salah satu dari tujuh sakramen gereja. Sakramen perkawinan dimaknai gereja sebagai ikatan suci antara seorang pria dan seorang wanita yang telah ditetapkan oleh Allah untuk menjadi tanda kasih-Nya yang tidak berkesudahan.

Paus Fransiskus memberikan arti pada perkawinan sebagai suatu panggilan karena merupakan jawaban terhadap panggilan khusus untuk menghayati kasih suami-istri sebagai tanda belum sempurna cinta antara Kristus dan Gereja (Seruan Apostolik Pascasinode-Paus Fransiskus, Amoris Laetitia Art. 72).

Pernikahan di dalam Gereja menekankan komitmen, kesetiaan, dan pengorbanan. Bahkan perkawinan dilihat sebagai suatu persekutuan yang berlaku untuk seumur hidup (KHK, 1055).

Film ini menampilkan realitas pernikahan sehari-hari yang penuh tantangan. Dari perspektif Katolik, pasangan Young-min dan Mi-young sedang menjalani proses pembelajaran tentang apa arti dari pengorbanan dan cinta tanpa syarat, yang merupakan inti dari sakramen perkawinan.

Meskipun mereka mengalami banyak konflik, hal ini menggambarkan bahwa perjalanan pernikahan memang tidak selalu mudah. Namun, film menunjukkan pentingnya untuk terus berjuang dan bertahan, sejalan dengan ajaran Gereja tentang komitmen pernikahan yang tidak boleh diputuskan dengan mudah.

 

Cinta Sejati, Pengorbanan, dan Kepercayaan

Bagi Gereja Katolik,  cinta sejati tidak hanya tentang perasaan romantis tetapi tentang kehendak untuk mengasihi, bahkan ketika berada situasi sulit. Film ini mengilustrasikan dinamika ketika Young-min dan Mi-young berusaha menavigasi kesulitan sehari-hari.

Mereka belajar bahwa pernikahan membutuhkan kerja keras, pengertian, dan pengampunan. Nilai-nilai yang sangat dihargai dalam ajaran Katolik.

Dalam suatu kesempatan, Me-Young secara terbuka menyatakan perasaan ketidaknyamanannya pada hobi Young-Min untuk menulis puisi. Baginya, puisi akan membuat banyak perempuan mendekati sang suami dan membuka peluang perselingkuhan. Kesalahpahaman ini akhirnya diselesaikan dengan baik dalam perjalanan waktu, karena kepercayaan di antara mereka terus tumbuh.

Salah satu nilai inti dalam pernikahan Katolik adalah cinta yang penuh pengorbanan, mengikuti teladan Yesus Kristus yang memberikan diri-Nya bagi umat manusia. Dalam film, meskipun Young-min dan Mi-young sering berselisih paham, pada akhirnya mereka berusaha untuk saling mengerti dan mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan bersama.

 

Pengampunan dan Rekonsiliasi

Dalam Gereja Katolik, pengampunan dan rekonsiliasi adalah elemen penting dalam kehidupan Kristen. Di dalam pernikahan, pasangan diundang untuk saling mengampuni ketika mereka berbuat salah. Film ini menggambarkan proses rekonsiliasi antara Young-min dan Mi-young setelah pertengkaran mereka. Meskipun ada banyak kesalahpahaman dan kekecewaan, pada akhirnya mereka memilih untuk saling memaafkan dan memulai kembali.

Ajaran Katolik menekankan bahwa cinta sejati tidak lepas dari kemampuan untuk mengampuni, mencerminkan cinta Allah yang penuh belas kasih.

Adegan-adegan di film ini menunjukkan bagaimana pasangan ini, meskipun terluka oleh ego mereka sendiri, selalu kembali kepada pengampunan sebagai cara untuk menyelamatkan hubungan mereka.

 

Kesederhanaan dan Kerendahan Hati

Sebagai pasangan muda, Young-min dan Mi-young sering kali merasa frustrasi dengan kehidupan sehari-hari yang tidak selalu sesuai harapan. Dari perspektif Katolik, tantangan ini bisa dilihat sebagai panggilan untuk kerendahan hati dan penerimaan terhadap realitas hidup.

Gereja mengajarkan bahwa pernikahan bukan hanya tentang kebahagiaan, tetapi juga tentang menerima kelemahan diri sendiri dan pasangan, dan bertumbuh bersama dalam kesederhanaan dan ketekunan.

Dalam film, mereka belajar bahwa pernikahan bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan pribadi tetapi juga tentang bersedia menempatkan pasangan di atas kepentingan diri sendiri. Nilai-nilai ini selaras dengan ajaran Katolik yang mendorong suami dan istri untuk melayani satu sama lain dengan rendah hati.

 

Penulis: Eufrosina Desi Lango

Editor: Ageng Yudhapratama

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.