DOA ANAK
apa Tuhan mendengar ratap kita, Bunda?
di antara belukar Ciputat yang meremas mimpi
dan matahari remaja yang meludahi langit,
ada neraka yang meresap ke sumsum,
membawaku bertaruh nyawa
di dalam aliran arus yang tak kenal arah.
apa Tuhan melihat wajah kita, Bunda?
setelah langkah tertinggal di jalan becek,
menyisakan percikan lumpur di cermin jiwa—
lalu siapa yang membawa dosa itu?
hanya hawa panas yang menyambar ubun-ubun,
sedang aku merindukan hujan
yang mencairkan kehidupan.
apakah Tuhan merasakan hati kita, Bunda?
gersang menggeliat di dada
dan harapan tampak seperti lampu tua
berkedip di batas cakrawala.
langit menjelma badai pasir
yang kita titipi doa
dalam cermin pecah.
Bunda, adakah jawab bagi anak-anak sibuk ini?
yang mengejar api di luar jangkauan
dan pulang dengan abu.
2019
***
SUARA ANAK
dada kecil berteriak ke ibunya, di siang
terkutuk, di jalanan panas gila, langit sialan memuntahkan debu, anak-anak lari di gang busuk, tidak ada pelukan,
hanya bau aspal busuk, tangan kotor meraih sisa makan yang basi, wajah
kumal sudah lupa caranya menangis.
di tengah beton besar menjilat langit,
dada kecil terlempar keluar dari dongeng,
main di tumpukan sampah,
sembunyi dari mata-mata yang tidak peduli,
mengais mimpi di antara botol pecah
dan puntung rokok sisa para bajingan
yang terlalu sibuk mengejar
angka di layar sialan.
kota ini membakar dada kecil pelan-pelan, lampu neon mengumbar janji-janji palsu,
di antara rintih mesin-mesin
busuk dada kecil meraba surga
yang palsu, hidup dari satu
detik terkutuk ke detik berikutnya,
sekadar untuk melewati malam
yang dingin ini.
dengar, sialan, dengar dada kecil ini!
dada kecil menari di atas bara neraka,
dada kecil ini pelarian yang
terjebak, mimpi yang diremas ibu
jari kota busuk, dan harapan
yang terbakar di pinggir trotoar kotor.
dada kecil dari malam panjang!
biarkan kaki telanjang menjejak
aspal panas, biarkan angin malam
menggigit kulit sialan itu,
dada kecil adalah sinar lemah yang mati,
dada kecil adalah dendam lorong gelap, pecahkan kaca sangkar sialan ini,
keluar, terbang ke mana pun,
walau cuma untuk satu malam,
walau cuma untuk merasakan
sedikit rasa bebas.
dada kecil bukan pahlawan,
bukan malaikat, dada kecil cuma ingin bertahan hidup, membakar sisa-sisa
nyali yang masih ada,
meraih mimpi yang dirampas habis, kota
ini monster, sialan, dan dada
kecil ini cuma tangan kecil berdebu,
hati yang babak belur tapi belum juga
mau menyerah.
2019
***
SUARA
Dengan kaidah nafsu yang baku
keramaian memanggil namaku dan namamu
dan tikus liar menggigit jiwaku
dalam kepingan gelap yang beku.
Hei! langkahku tergesa-gesa.
sebuah cermin retak memantul di depanku
dan kehampaan menyulutkan jiwaku
dalam mabuk yang paling kutahu.
Hei, malam, jangan sembunyikan wajah itu.
biarkan rintihan merobek langit,
membawa badai ke hati yang tengik,
menyeretku ke mabuk yang tak berujung.
Dengan kaidah takdir kehidupan
Cinta ini, tak lebih dari bayangan.
nafsu dan harapan mengabaikan
diriku dan dirimu
dalam suara gelap yang beku.
2019
***
CERITA ANAK
Surga, terjerat dalam pengkhianatan,
Kekaguman Adam membara dalam hitam,
Ciuman pertama—bukan yang manis,
Hanya serpihan nafsu di celah-celah malam,
Dosa, mengalir seperti angin dingin,
Menggigit jiwa yang telanjang di jalanan.
Adam terputus dari angan,
Darah suci terperangkap dalam batu hitam,
Anak-anak berlarian di antara tumpukan sampah,
Tak peduli pada gelap, mereka terbang,
Seakan bahagia adalah kebodohan,
Berani menghadapi yang tak terduga,
Dalam mimpi yang terbakar, semua tawa sia-sia.
Di dunia, Apel tak tumbuh dua kali,
Ular, pelaku bisu, menghapus jejak,
Ciuman itu jadi abu—pelukan yang terbuang,
Di antara keheningan yang bising,
Cinta terbenam dalam kebisingan,
Patah dan hancur dalam dingin malam.
Semua mata tertuju pada firman,
Menyusutkan kebencian dari akar,
Pohon apel bulan Juni—
Mengulang segala kesalahan,
Seperti suara yang tak bisa terucap,
Di ruang sempit yang terkurung waktu.
Ketika Adam terlempar ke tanah kita,
Buah masih utuh—sebuah nyawa tanpa ikatan,
Antara deru hidup yang terdistorsi,
Hidup adalah komedi tanpa naskah,
Di mana tawa adalah isyarat kegilaan,
Dalam panggung yang goyang.
Surga bergetar dalam kata-kata,
Adam, dihadiahi ide-ide kusut,
Berbagi kesepian, keuntungan dari kerinduan,
Di tengah kerumunan yang berbisik,
Menanti suara yang menembus kegelapan,
Mencari kejujuran di balik topeng.
Ketika pengkhianatan menari di bibir surga,
Kekaguman Adam pada ciuman pertama—
Melahirkan dunia ini, liar dan terputus,
Di antara puing-puing harapan yang membara,
Di mana kita, terperangkap dalam gelap,
Mencari cahaya yang sudah lama mati.
2019
***
JAZ BUAT LUKA
: buat Adilav Angsi Daretin, kawanku.
ikan lele bergerak cepat
di sungai coklat
diburu Priayi
berwajah Al-masih
patil lele melukai
tangan suci
dari firman
yang bertabrakan
segelas jamu
menahan perasaan
dingin
sendiri, malu-malu
peradaban lari
ke belakang
cinta lahir dari
kehancuran.
2019
***
Korespondensi: ahrizki048@gmail.com & Instagram: @ah_rzkiii

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.