Katolikana.com, Italia — Petinggi Vatikan menyampaikan doanya untuk Presiden terpilih AS, Donald Trump, agar Tuhan memberinya hikmah “karena itulah kebajikan utama dari mereka yang memerintah sesuai dengan Alkitab.”
Demikian yang disampaikan Kardinal Pietro Parolin, Sekretaris Negara Vatikan, saat berbicara singkat kepada wartawan pada Kamis (7/11/2024), di luar Universitas Kepausan Gregoriana, Roma, Italia.
Ketika ditanya tentang kemenangan Trump pada Pemilu tanggal 5 November dan menjelanf masa jabatan kedua Trump sebagai Presiden AS, Parolin berkata, “Saya pikir dia harus bekerja keras untuk menjadi presiden bagi seluruh negara dan karena itu (Trump harus) mengatasi polarisasi yang telah terjadi. Ini sangat jelas.”
“Kami juga berharap dia bisa menjadi faktor untuk meredakan ketegangan dan pengamanan dalam konflik yang sedang berdarah di dunia saat ini,” kata Kardinal Parolin.
“Dia bilang dia akan mengakhiri perang. Semoga saja begitu. Tapi, tentu saja, dia juga tidak punya tongkat ajaib,” tambahnya secara diplomatis.
Mengenai janji Trump yang berulang kali untuk “meluncurkan program deportasi terbesar dalam sejarah Amerika” dan membatasi semua imigrasi, Parolin mengatakan Vatikan mendukung “kebijakan yang komprehensif dan bijaksana terhadap migran sehingga tidak bertindak ekstrem.”
Paus Fransiskus mengakui hak suatu negara untuk mengatur imigrasi namun juga menegaskan bahwa kebijakan tersebut mendorong sikap menyambut orang-orang yang mencari keselamatan dan kehidupan yang lebih baik, mendampingi mereka ketika mereka menetap dan membantu mereka berintegrasi.
Parolin mengatakan kepada wartawan, “Saya pikir ini adalah satu-satunya cara untuk mengatasi masalah ini (imigran) dan (Trump harus) menyelesaikannya dengan cara yang manusiawi.”
Hubungan AS-Vatikan
Kardinal Parolin mengaku tidak khawatir hubungan AS-Vatikan akan memburuk di bawah kepemimpinan Trump.
“Kami memelihara hubungan (baik) dengan Presiden (Trump) selama masa jabatan sebelumnya dan akan terus melakukannya,” kata Kardinal Parolin.
“Seperti biasa, ada unsur-unsur yang mendekatkan kita dan unsur-unsur yang membedakan dan menjauhkan kita, dan ini akan menjadi kesempatan untuk melakukan dialog dan mencoba menemukan lebih banyak titik konsensus demi kepentingan kebaikan bersama dan perdamaian dunia,” tambahnya lagi.
Penentangan terhadap aborsi adalah salah satu posisi yang umum, dan Parolin mengatakan dia berharap Trump akan berupaya mencapai pemahaman yang lebih luas tentang pembelaan kehidupan manusia dan melakukannya dengan cara yang akan menyatukan orang-orang “dan tidak membiarkannya lagi menjadi kebijakan polarisasi dan perpecahan.”
Di Universitas Gregoriana, Kardinal Parolin berpidato di sebuah konferensi untuk memperingati 75 tahun Konvensi Jenewa. Ia secara khusus mengamati dampak kecerdasan buatan terhadap hukum humaniter internasional, khususnya dalam situasi konflik.
“Perkembangan kecerdasan buatan menunjukkan betapa kreatifnya manusia, namun teknologi harus selalu berada di bawah kendali manusia,” ujarnya.
Mesin tidak dapat membuat keputusan moral, dan keputusan tersebut sangat penting dalam situasi perang dan kekerasan, kata Parolin pada konferensi tersebut, itulah sebabnya Takhta Suci sangat mendukung perjanjian internasional yang mengatur penggunaan sistem senjata otomatis mematikan.
“Kita tidak bisa membiarkan kehidupan dan masa depan siapa pun ditentukan oleh suatu algoritma,” katanya. (*)
Sumber: NCR
Kontributor Katolikana.com di Jakarta. Alumnus Fisipol Universitas Gadjah Mada. Peneliti isu-isu sosial budaya dan urbanisme. Bisa disapa via Twitter @ageng_yudha