Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM: Dari ‘Pastoral Tembakau’ di Papua, Ketua DPRD Jayawijaya, Uskup Bogor, dan Berakhir di Bukit Gorontalo

Perjalanannya dari Papua, dikenal dengan 'pastoral tembakau", politikus, lalu jadi uskup Bogor, dan mendirikan Biara Fransiskan di Bukit Gorontalo, Labuan Bajo.

0 504

Katolikana.com, Labuan Bajo – Perjalanan hidup dan panggilan Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM penuh kejutan. Ibarat seorang pesulap, Uskup Emeritus Bogor itu membuat orang-orang di sekitarnya keheranan dan bertanya satu sama lain. “Kok, bisa ya?” demikian sepenggal ungkapan yang kerap terdengar tentangnya.

Kejutan pertama yang ia buat saat menjelang lulus SD. Kepala Paroki Tritunggal Mahakudus Ranggu waktu itu, Pastor Yosef da Silva SVD, bertanya satu per satu kepada anak-anak parokinya soal pendidikan lanjut. Betapa terkejutnya Pastor Yosef ketika Cosmas sapaan akrab masa kecil Mgr. Michael Cosmas Angkur mengatakan ingin masuk seminari.

Pastor Hendrikus dalam misa requiem di Kapela Seminari Yohanes Paulus II Labuan Bajo pada Rabu sore, 18 Desember 2024 menyampaikan mengantikan khotbahnya dengan menceritakan perjalanan hidup Uskup Emeritus Michael Angkur.

Pertama perjalanan Mgr. Emeritus Michael yakni bertugas sebagai provinsial. Setelah bertugas sebagai provinsial pada tahun 1988 beliau adalah vikariat Fransiskan di bawah provinsi Belanda. Setelah menjadi vikaris itu, ia terpilih menjadi Provinsial pertama untuk Fransiskan Indonesia.

Sebelum menjadi vikaris, ia menerima tugas di Papua. Ia bertugas di Paroki Ewagaima. Di situ pendekatan pastoralnya adalah rokok. Ini adalah sarana untuk mendekatkan diri dengan umat karena sebagaian besar umat, khususnya para orang tua sebagian besarnya perokok, baik laki-laki maupun perempuan.

Selain melayani sakramen untuk umat dan kunjungan ke tengah umat, beliau membuka kebun tembakau.

Umat menceritakan beliau sebagai pedagang tembakau. Tidak untuk dijual tapi dibawa saat mengunjungi umat. Itulah sebabnya, umat daerah Baloing dekat dengan uskup ini. Namun, belum diketahui berapa lama ia ada di situ.

BACA JUGA: Uskup Emeritus Mgr. Michael C. Angkur OFM Tutup Usia 87 Tahun, Kini Disemayamkan di Kapela Seminari Labuan Bajo

 

 

Misa Requiem Mgr. Michael Cosmas Angkor OFM di Kapela Semintari St. Yohanes Paulus II, Labuan Bajo pada Rabu (18/12/2024). Foto: Vinsensius Patno/Katolikana.com

 

Politikus Golkar dan Ketua DPRD Jayawijaya

Pada 1969, ketika bermisi di Paroki Kristus Penebus Hepuba, Keuskupan Jayapura, Pastor Cosmas – sapaan akrabnya – didatangi sejumlah politikus. Mereka meminta sang imam menjadi Ketua DPRD II Kabupaten Jayawijaya.

Pastor Cosmas tak langsung menyanggupi. Ia meminta mereka berkomunikasi dengan uskup dan pemimpin daerah setempat. Selain itu, ia meminta jabatan politik itu jangan sampai mengganggu karyanya sebagai pastor paroki.

Para politikus menyanggupi permintaan sang gembala. Puncaknya pada Januari 1970, Pastor Cosmas menjadi Ketua DPRD Tingkat II Jayawijaya, sekaligus Pembina Golkar di Kabupaten Jayawijaya. Ia juga sempat menjadi anggota DPRD I Provinsi Irian Barat (1971-1977).

Setelah menjabat menjadi anggota DPRD ia diutus ke Philipina melanjutkan studi pastoral, lalu menjadi Vikaris dan Provinsial pertama Fransiskan untuk Indonesia. Ketika itu Fransiskan Indonesia terbentuk sebagai satu provinsi tersendiri terlepas dari Belanda.

Setelah selesai bertugas sebagai provinsial, biasanya eks provinsial ditanya mau tugas apa. Beliau memilih menjadi Bapa Asrama. Dan beliau menjadi bapa asrama di Panti Asuhan Vincentius.

Kejutan lain yang mewarnai panggilan Pastor Cosmas ketika tengah menjalankan tugasnya sebagai Bapa Asrama Panti Asuhan Vincentius, ia diminta kesediaannya menjadi Uskup Bogor. Ia pun menyetujuinya.

Takhta Suci menunjuknya sebagai Uskup Bogor. Ia menggantikan posisi Uskup Bogor Mgr. Ignatius Harsono (1975-1993).

Banyak orang tak menyangka, mantan Minister Provinsi OFM Provinsi Indonesia pertama itu terpilih sebagai orang nomor satu di Keuskupan Bogor. Memang, Bogor bukan daerah baru bagi Pastor Cosmas, tapi saat itu ada calon kuat yang digadang-gadang sebagai pengganti Mgr. Ignatius Harsono.

Di Bogor, Mgr. Michael Cosmas Angkur bertugas sampai selesai jabatannya sebagai uskup pada umur 75 tahun.

Menjalani Pensiun di Kampung Gorontalo dan Mendirikan Biara Fransiskan

Setelah pensiun dan menjalani tugas perutusan sebagai Uskup Emiritus, ia berpikir untuk mendapat sebuah tempat istrahat. Ia memilih Labuan Bajo ini sebagai tempat israhatnya. Tempat yang dipilih adalah Gorontalo. Itu sebabnya Gorontalo itu menjadi kediaman beliau.

Cita-citanya hanya satu untuk Fransiskan, yaitu membangun satu komunitas di Labuan Bajo.

Rupanya beliau tahu Labuan Bajo ini suatu saat akan menjadi sebuah keuskupan. Beliau ingin agar Fransiskan memiliki sebuah komunitas di Labuan Bajo. Gorontalo dipilihnya menjadi sebuah komunitasnya. Beliau minta para Fransiskan yang tidak bekerja di paroki untuk tinggal di Gorontalo bersamanya.

Sejak purnakarya sebagai Uskup Bogor, Mgr. Angkur tinggal di komunitas Fransiskan di Kampung Gorontalo, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Di biara yang ia dirikan itu, Mgr. Angkur tinggal bersama dua kolega setarekat. Pastor Lasarus Subagi OFM menceritakan, Mgr. Angkur masih giat berdoa bersama konfraternya, bekerja di kebun, dan melayani kebutuhan rohani umat di sekitar biara.

Spirit pemegang suluh masih Mgr. Angkur jaga hingga akhir hidupnya. Kata Pastor Lasarus, tiap pagi Mgr. Angkur yang membuatkan roti dan kopi untuk sarapan koleganya. Kadang kala, Mgr. Angkur juga memasak untuk mereka. Menu favoritnya adalah daun dan bunga pepaya.

“Bapa Uskup Emeritus Michael Angkur ingin meninggal di Gorontalo. Namun itu hanya keinginan beliau dan itu ia ungkapkan kepada siapa saja,” kata Pater Hendrik.

Pater Hendrik mengungkapkan bahwa hal itu sudah diberitahu kepada dirinya dan menunjuk tempat dimana ia dikuburkan yaitu di samping Gua Maria.

Pater Hendrik memberitahu bapa uskup bahwa bapa uskup sekarang boleh bilang begitu tetapi setelah bapa uskup meninggal orang lain yang mengambil keputusan di mana Bapa uskup dikuburkan. Tentu yang mengambil keputusan bukan kami, bukan pimpinan ordo tetapi Keuskupan Bogor.

Namun keinginan beliau untuk membentuk komunitas itu sudah terwujud. Di Gorontalo sudah dibangun rumah formasi pendidikan untuk aspiran. Calon-calon imam Fransiskan. Beliau juga bersuka cita karena Labuan Bajo sudah terbentuk sebuah keuskupan baru dan ditahbisan uskup baru Mgr. Maksimus Regus.

Dalam khotbahnya Pater Hendrik menyampaikan bahwa Uskup Emeritus Michael Angkur sering masuk rumah sakit. “Beliau memang memang sering sakit dan keluar masuk rumah sakit.”

Pater Hendrik menambahkan, menariknya setelah ia pulang dari pemeriksaan dari rumah sakit di Jakarta ia minta kepada magister aspiran agar dirinya diberi kesempatan untuk mengajar. Pater menerima dengan permintaan beliau dengan senang hati.

Dan setelah hari pertama ia masuk kelas dan mengajar,keesokan harinya ia berpulang untuk selamanya. Ia dipanggil Tuhan.

Menurut Pater Hendrik, apa yang ia katakan dalam pelajarannya adalah bicara tentang hidupnya dan memberitahukan kepada para aspiran di dalam kelas bahwa hidupnya tidak lama lagi. Ia memberi nasehat kepada para aspiran agar setia dalam panggilannya.

Pesan itu menunjukkan bahwa ia adalah orang yang setia. Ia setia melayani ordo dan setia melayani Gereja. Walau beliau usianya sudah tua, ia ingin supaya ordo dimana ia bekerja itu juga berkembang.

Mgr. Michael sangat taat kepada Gereja dengan berpesan tetaplah menjadi setia. Beliau sangat senang sekali kalau dikunjungi, apalagi dikunjungi oleh umatnya.

 

Jenasah Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM disemayamkan di Kapela Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo pada Rabu (18/12/12024). Foto: Vinsensius Patno/Katolikana.com

 

Namanya Cosmas, Pemain Bola dan Rajin Bekerja  

Menghormati sosok Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM untuk terakhir kalinya, beberapa sahabat dan kolega mengungkapkan selintas sosoknya, terutama yang dikenang ketika menjalani pendidikan calon imam di Seminari Menengah Matoloko, Bajawa.

Gurunya, Pater William Pop SVD dan Rektor Seminari – tempat Cosmas menimba pendidikan calon imam, menyuruh Cosmas mengulang kelas. Cosmas amat berterima kasih kepada mereka karena masih diberikan kesempatan untuk  meneruskan pendidikan di seminari.

“Kemudian hari, bahasa Inggris yang menjadi kendala studi di seminari menengah, menjadi bahasa kedua (yang saya kuasai) untuk tugas kemudian hari,” ujarnya.

Lemah di bidang akademik, Cosmas justru menonjol dalam bidang olahraga, terutama sepak bola. Ia juga terkenal sebagai siswa yang rajin bekerja, punya fisik yang kuat, dan siap membantu teman-temannya yang kesulitan.

“Dia bukan orang pandai, tapi sifatnya baik. Orang mengingatnya sebagai seminaris yang rajin,” puji Pastor Yosef Lalu, rekan seangkatannya.

Kesan senada juga dikemukakan Severinus Lanur, yang kelak menjadi saudara setarekatnya di Saudara Hina-Dina (Ordo Fratrum Minorum/OFM), dan dikenal dengan nama Pastor Alex Lanur.

Cosmas, menurutnya, pemberi semangat. Dia mengayomi adik-adik kelasnya. Ia juga memiliki fisik yang kuat.

Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM saat pentahbisan Uskup Keuskupan Labuan Bajo Mgr. Maksimus Regus pada 1 November 2024. Foto: Vinsensius Patno/Katolikana.com

Kesetiaan Mgr. Michael Untuk Kita Semua

Kesetiaan dan ketaatan membingkai hidup Mgr Michael. Sampai akhir hayat hidupnya. Artinya ia setia dan taat kepada pimpinan uskupnya di Bogor.  Manusia pada umumnya adalah perjalanan dari rahim ke rahim. Peziarahan kita adalah peziarahan dari rahim. Pada akhirnya rahim yang terakhir adalah rahim Allah sendiri

Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur  tidak melihat usianya tua. Ia tetap suka cita menjalani hidup, sesederhana apapun, cinta akan akan tanah itu mandarah daging padanya. Mulai tugas pastoralnya di Papua sampai tugasnya terakhir di bukit Gorontalo dan meninggal.

Di akhir khotbahnya Pater Hendrik berpesan semoga kesetiaan dan ketaatan Bapa Uskup Emeritus Michael Angkur menjadi pelajaran untuk kita semua.

Editor: Basilius Triharyanto

Penulis adalah kontributor Katolikana.com di Labuan Bajo.

Leave A Reply

Your email address will not be published.