Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur Dipulangkan ke Keuskupan Bogor, Berikut Jadwal Prosesi Pemakamannya

Setelah dialog dengan keluarga dengan Uskup Keuskupan Bogor, jenazah dipulangkan ke Bogor.

0 1,383

Katolikana.com, Labuan Bajo – Hari ini Jumat (20/12/2024) perayaan ekaristi mohon keselamatan arwah Uskup Emeritus Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM dipimpin langsung oleh Uskup Labuan Bajo Mgr. Maksimus Regus di Kapela Seminari Yohanes Paulus II Labuan Bajo.

Dalam Khotbahnya Mgr. Maksimus Regus menyampaikan bahwa Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur tidak lagi menjalankan tugas-tugas formal, kalau kita tidak lagi menjalankan tugas-tugas formal dan mungkin kadar kesetiaan akan berkurang. Namun Uskup Emeritus Mgr. Michael justru sebaliknya, kadar kesetiaannya sebagai seorang imam, gembala, dan sebagai seorang Fransiskan tidak memudar sedikit pun, bahkan walaupun tidak menjalankan tugas secara formal dalam Gereja.

“Nilai yang kita dapat adalah nilai kesederhanaan. Kesederhanaan adalah buah dari kesetiaan. Dari kesetiaan munculah kesederhanaan,” kata Mgr Maksi.

Menurut Mgr. Maksi tidak terbantahkan Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur adalah pribadi yang sangat sederhana. Bisa saja ia meninggalkan kesederhanaan karena statusnya sebagai imam dan uskup. Namun, uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur tidak memilih jalan itu. Ia melakukan pekerjaan itu sendiri tanpa membebani orang lain.

Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur menjalankan tugas-tugas karyanya dengan sendiri tanpa merepotkan orang lain. Bahkan dalam usia yang kita pikir tidak perlu lagi melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti itu, ia tetap memilih mengikuti jalan tersebut.

Ia menempuh jalan penyangkalan diri, pengingkaran diri, dari godaan-godaan mewah dan godaan-godaan tuntutan, godaan-godaan keistimewaan, yang mungkin diterima sebagai seorang imam dan uskup.

 

Mgr. Maksimus Regus saat memimpin misa pemberkatan jenasah Mgr. Michael Angkur pada Jumat (20/12/2024). Foto: Vinsensius Patno/katolikana.com

 

Mgr. Maksi menambahkan bahwa Mgr. Michael Angkur  tidak mengharapkan selain kedamaian. Mati dalam kedamaian. Bahkan tidak ada nilai yang tertinggi dari situ yang dia harapkan agar  bisa mati dalam kedamaian. Setelah hidup panjang sebagai orang baik, dia berharap mati dalam kedamaian. Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur mati tidak diterangkan. Ia justru mati diterangkan dalam kedamaian.

Selama ini kita tahu Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur dirawat di rumah sakit dan dibawa  beberapa kali ke rumah sakit tetapi ketika ia meninggal, ia tidak meninggalkan rasa sakit melainkan meninggal dalam kedamaian. Wajahnya memancarkan kedamaian.

“Sempurna sudah perjalanan Bapa Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur karena meninggal dalam kedamaian dan ia sudah melakukan perjalanan panjang sebagai manusia yang baru dan kematiannya termasuk dalam kedamaian. Kita hanya kehilangan sosok yang kita teladani tentang kesederhanaan, tentang kebaikan, tentang keterbukaan, persaudaraan dalam kebersamaan dengan Uskup Emeritus Mgr. Mikhael Angkur,” kata Mgr. Maksi.

“Kita bisa banyak belajar dari nilai-nilai, tentang keutamaan-keutamaan sebagai manusia, sebagai orang katolik dan sebagai warga masyarakat dan warga Gereja. Semoga bapa uskup mendoakan kita semua dan bapa uskup beristirahat dalam pangkuan bapa di surga.” kata Mgr Maksi lagi.

Dialog Keluarga Mgr. Michael Angkur dan Uskup Bogor

Sementara itu, Yoakim dalam kata sambutannya mewakili keluarga, mengungkapkan terima kasih kepada semua pihak baik keuskupan Labuan Bajo, pemerintah Manggarai Barat dan biarawan-biarawati serta pihak rumah sakit yang sudah membantu dan merawat Mgr. Michael. Semoga jasa baik bapak ibu mendapat ganjaran yang besar dari Tuhan.

Kemudian, Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi juga menyampaikan bahwa atas nama pribadi dan atas nama pemerintah Manggarai Barat mengucapkan selamat jalan kepada Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur. “Semoga bapa uskup tidak meninggalkan kami semua dimana bapa uskup pernah mengabdi,” katanya.

Menurutnya, Uskup Emeritus Mgr. Michael adalah sosok seorang gembala yang sangat sederhana dan dia adalah orang kudus. Dia tidak merubah jati dirinya sebagai uskup. Dalam situasi apapun dan dimanapun ia berada dia tetap menjadi jati dirinya seorang uskup.

 

Dialog keluarga Mgr. Michael Angkur dan Uskup Bogor Mgr. Paskalis yang memutuskan jenasah dimakamkan di Keuskupan Bogor. Foto: Vinsensius Patno/Katolikana.com

 

“Saya kenal beliau sejak tahun 2010. Kalau sebelumnya mengenal dari cerita tetapi sejak tahun 2010 saya mengenal beliau secara mendalam. Sampai kemarin ia meninggal pun saya tetap mengenalnya  secara baik. Ia adalah Sosok  uskup yang menurut saya dan kita semua adalah sosok yang menjadi teladan dalam berbagai aspek. Sejak kemarin Gereja katolik dunia, Gereja katolik indonesia, Gereja katolik keuskupan Labuan Bajo dan keuskupan Ruteng kehilangan seorang sosok yang teladan ini,” kata Edistasius Endi.

“Kita mengikhlaskan Mgr Michael untuk pergi ke rumah bapa di surga. Sebab kalau kita semua mengikhlaskan untuk pergi maka beliau akan tersenyum,” katanya.

“Kami mohon Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur tidak meninggalkan kami tidak hanya di dua keuskupan ini tetapi semua orang yang pernah dijumpai oleh bapa uskup,” kata  Endi.

Praeses seminari Yohanes Paulus II Labuan Bajo Romo Bene Bensi dalam kata sambutannya menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh umat yang telah terlibat membantu proses kelancaran seluruh acara dan mendoakan uskup, khususnya selama jenazah Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur berada di kapela Seminari Yohanes Paulus II Labuan Bajo.

Uskup Keuskupan Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur tiba di Labuan Bajo pukul 12.30.

Setelah selesai perayaan misa di Kapela Seminari Yohanes Paulus II Labuan Bajo, jenazah Mgr. Michael diantar ke rumah kediamannya di Gorontalo bersama Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur.

Pada saat di Gorontalo, sesuai dengan kebiasaan dan adat budaya Manggarai pihak keluarga memohon kepada Mgr Paskalis agar uskup Emeritus Michael Angkur dikuburkan di Gorontalo sesuai dengan pesan Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur.

Namun Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur menyampaikan bahwa tujuan kami ke Labuan Bajo hari ini adalah untuk mengantar Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur pulang ke Bogor. Ia mengungkapkan bahwa kita yang masih hidup ini selalu mendoakan beliau dan mendoakan mereka yang sudah meninggal. Dan itulah kewajiban kita sebagai umat.

Dia adalah uskup Bogor, Uskup Emeritus Bogor. Itu adalah hal yang sangat kuat sekali pada diri Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur. Dulu ia datang di sini memang untuk membuka misi yaitu misi OFM. Bukan pertama-tama mau berada terus dengan keluarga. Bahwa dia tahu ada keluarga di sini namun dia pertama memikirkan misi Fransiskan.

“Dirinya sudah mengetahui bahwa nanti Labuan Bajo itu adalah keuskupan tersendiri. Maka Fransiskan perlu berada Labuan Bajo ini. Dia ingin mengabdi disini dan masa emeritusnya di sini. Karena menurut Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur  kalau dirinya  tinggal di Karot atau Pagal cuacanya sangat dingin sekali, lebih baik di Labuan Bajo karena daerahnya panas. Selain itu katanya di sini lebih mudah ke Bogor. Oleh karena itu selama ada kegiatan penting di Keuskupan Bogor saya selalu mengajak dia ke sana”, kata Mgr. Paskalis.

“Karena saya meyakini bahwa saya meneruskan apa yang beliau sudah mulai dan mencari hal-hal baru dan menyempurnakan apa yang sudah dibuat,” katanya.

“Selama hidupnya, khususnya, pada saat dia sakit saya selalu mencari waktu dan meminta suara beliau. Sebagai uskup saya bertanggung jawab dan saya harus dengar dari mulut beliau. Suatu hari saya ke kamarnya untuk bertemu secara pribadi. Tentu saya dengan menggunakan bahasa lembut dan bersahabat saya bertanya Bapak uskup kalau bapa uskup meninggal nanti kuburnya dimana?”, kata Mgr. Paskalis dalam perbincangan dengan perwakilan keluarga.

“Ia dengan tegas menjawab bahwa soal kematian itu adalah misteri Tuhan tetapi pasti datang waktunya. Saya ini adalah orang keuskupan. Saya adalah uskup Bogor. Kalau tiba saat saya mati saya harus dikuburkan di Keuskupan Bogor,” kata Mgr. Paskalis dengan tegas.

Oleh karena itu, kata Mgr. Paskalis, bahwa kami datang untuk membawa jenazah Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur ke Keuskupan Bogor. Ia harus dimakamkan di keuskupan, bersama dengan para imam keuskupan dan para imam Fransiskan.

“Ini adalah keputusan yang terbaik supaya saya jangan dimarahi oleh umat saya. Selain itu daripada juga saya tidak bisa tidur,” kata Mgr. Paskalis.

Selain itu dalam dialog dengan Mgr. Paskalis, pihak keluarga juga meminta kepada Mgr. Paskalis sesuai dengan pesan Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur agar membuat museum Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur di Lewur, tempat kelahirannya.

Berkaitan dengan tawaran ini Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi menyampaikan bersedia dan bertanggunjawab untuk mewujudkannya. “Soal pembangunan museum saya siap menanggungnya untuk membangun museum Uskup Emeritus Mgr. Mikcael Angkur  Nanti soal museum itu saya yang akan membangunnya,” kata Endi.

Kemudian, Uskup Bogor Mgr Paskalis merespon usulan pembangunan museum Mgr. Michael  menyampaikan bahwa permintaan ini adalah maksud yang baik sekali untuk mengabadikan nama Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur.

“Ini merupakan suatu hal yang menolong kita untuk mengenang beliau melalui sarana-sarana yang ada seperti museum. Ada kebiasaan di keuskupan kalau seorang pastor meninggal atau bapa uskup biasanya kamarnya langsung di kunci. Kita biasanya membentuk tim untuk membuka kamarnya. Saya setuju bahwa apa yang perlu kita lestarikan dari peninggalan beliau itu dibuat dalam bentuk museum,” kata Mgr. Paskalis.

Adanya museum Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur diharapkan ada panggilan banyak dari sana agar jangan hanya berhenti di beliau saja. Ini merupakan karya cinta kasih kita kepada beliau sehingga bukan hanya tempat museum tetapi tempat ini juga sebagai tempat untuk mengajukan doa dan permohonan kita agar membawanya kepada Tuhan. Sehingga tempat ini bukan hanya museum tetapi menjadi tempat doa.

Pater Mikhael Peruhe Provinsial OFM mengungkapkan bahwa Mgr. Emeritus Mikhael Angkur bukan hanya milik Fransiskan, tetapi keluarga ini sudah menjadi keluarga kami, yakni keluarga Fransiskan. Karena itu yang kami rasakan sebagai satu keluarga, dan sesuai yang diteladankan oleh Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur.

 

Bapak Yoakim, perwakilan keluarga memberikan sambutan melepas jenazah Mgr. Michael dipulangkan ke Bogor. Foto: Vinsensius Patno/katolikana.com

 

Mengenai usulan dari pihak keluarga berkaitan berkaitan pembangunan museum Uskup Emeritus  tadi, menurut saya kita bicara bersama sebagai satu keluarga. Rencana apapun berkaitan bapa uskup emeritus  yang akan dilaksanakan di Lewur, maka  mari kita omong sebagai satu keluarga.

“Harapan saya kedepan kendati Mgr. Sudah meninggal kita tetap keluarga. Kami dari Fransiskan juga ambil bagian karena kita satu keluarga. Bersama pemerintah Manggarai Barat dan keuskupan Labuan Bajo sudah dibicarakan dan disepakati dengan penuh persaudaraan agar emeritus dikuburkan di Bogor. Karena disana ada teman-temanya yang lainnya. Ia masuk sebagai Fransiskan dan pergi sebagai Fransiskan,” katanya.

Hari Ini jenazah Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur akan dihantar ke Keuskupan Bogor. Dari agenda yang kami terima dari keuskupan berkaitan dengan pemakaman Uskup Emeritus Mgr. Michael Angkur yang ditandatangani oleh Sekretaris Keuskupan Bogor Romo Marselinus Wisnu Wardhana.

Dalam agenda keuskupan Bogor tersebut bahwa hari ini pemberkatan jenazah dari Labuan Bajo menuju Bogor pada hari Jumat, 20 Desember 2024 pukul 14.00 WITA. Dan akan disemayamkan di Kapel Sacra Familia Jalan Kapten Muslihat No.22 Bogor.

Pada hari Jumat dan Minggu akan dilaksanakan misa atau Ibadat Rosario dimulai pukul 19.00 WIB. Umat diperkenankan untuk hadir. Misa Requiem dilaksanakan di Gereja Beatae Mariae Virginis katedral Bogor.

Pada hari senin tanggal 23 Desember 2024 pukul 10.00 WIB. Setelah misa dilaksanakan pemberangkatan jenazah menuju tempat pemakaman umum Kalimulya Depok.

Editor: Basilius Triharyanto

Penulis adalah kontributor Katolikana.com di Labuan Bajo.

Leave A Reply

Your email address will not be published.