
Oleh Jemi Kelen
Katolikana.com—Pertanyaan mengenai keselamatan sering kali menjadi perdebatan teologis yang panjang. Apakah keselamatan hanya bisa diperoleh melalui Yesus Kristus? Jika demikian, bagaimana dengan mereka yang tidak mengenal Kristus? Apakah mereka otomatis binasa? Pertanyaan-pertanyaan ini telah menjadi bahan diskusi teologi selama berabad-abad.
Pada masa awal Gereja, pandangan eksklusivis sangat dominan. Gereja mengklaim bahwa tidak ada keselamatan di luar Gereja Katolik. Keyakinan ini bertahan cukup lama dalam sejarah perkembangan Gereja. Namun, pada dekade terakhir, Gereja Katolik mulai menyadari realitas keberagaman iman dan membuka wawasannya terhadap kemungkinan keselamatan di luar Gereja Katolik.
Artikel ini akan meninjau berbagai perspektif mengenai klaim eksklusivitas keselamatan dalam Gereja Katolik, ajaran resmi Gereja, serta pemahaman yang lebih luas mengenai peran kasih karunia Allah dalam keselamatan umat manusia.
Dasar Ajaran Gereja Katolik tentang Keselamatan
Salah satu dokumen yang sering dikutip dalam pembahasan ini adalah Bulla Unam Sanctam yang dikeluarkan oleh Paus Bonifasius VIII pada tahun 1302. Dokumen ini menegaskan bahwa “di luar Gereja tidak ada keselamatan” (extra Ecclesiam nulla salus). Gereja Katolik dipandang sebagai satu-satunya jalan menuju keselamatan, karena merupakan Gereja yang didirikan oleh Kristus sendiri.
Namun, Konsili Vatikan II membawa perubahan paradigma dalam ajaran Gereja tentang keselamatan. Dalam dokumen Lumen Gentium, Gereja mengakui bahwa keselamatan juga dapat diperoleh oleh mereka yang berada di luar Gereja Katolik, asalkan mereka hidup dalam kebenaran dan dengan tulus mencari Allah. Ini menunjukkan bahwa meskipun Gereja tetap menjadi sarana utama keselamatan, kasih karunia Allah tidak terbatas hanya pada Gereja Katolik.
Perspektif Eksklusivisme, Inklusivisme, dan Pluralisme dalam Teologi Katolik
Dalam upaya memahami keselamatan dalam konteks yang lebih luas, tiga pendekatan sering muncul dalam teologi Katolik: Eksklusivisme, Inklusivisme, dan Pluralisme.
1. Eksklusivisme: Keselamatan Hanya dalam Kristus dan Gereja Katolik
Eksklusivisme adalah paham yang menyatakan bahwa hanya ada satu jalan keselamatan, yaitu melalui Kristus dan Gereja Katolik. Pandangan ini didasarkan pada perkataan Yesus dalam Yohanes 14:6, “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
Menurut eksklusivisme, hanya mereka yang secara sadar menerima Kristus dan menjadi bagian dari Gereja Katolik yang dapat memperoleh keselamatan. Pandangan ini pernah menjadi doktrin dominan dalam sejarah Gereja, dengan klaim bahwa agama lain tidak memiliki jalan keselamatan.
2. Inklusivisme: Gereja Katolik sebagai Jalan Utama, tetapi Keselamatan Dapat Dicapai di Luar Gereja
Inklusivisme adalah paham yang mengakui bahwa meskipun Gereja Katolik adalah jalan utama menuju keselamatan, orang-orang di luar Gereja juga dapat diselamatkan jika mereka hidup dalam kebaikan dan tanpa sadar mengikuti kehendak Allah.
Dasar dari inklusivisme ini dapat ditemukan dalam Lumen Gentium, yang menegaskan bahwa mereka yang dengan tulus mencari Allah dan hidup dalam keadilan tetap dapat memperoleh keselamatan, meskipun mereka tidak secara resmi menjadi bagian dari Gereja Katolik.
Pendekatan ini mencoba menjembatani eksklusivisme dan pluralisme dengan mengakui bahwa ada kebenaran dalam agama lain, tanpa melepaskan keyakinan akan peran Gereja Katolik sebagai jalan keselamatan.
3. Pluralisme: Keselamatan Dapat Ditemukan dalam Berbagai Agama
Pluralisme menegaskan bahwa keselamatan tidak terbatas hanya pada Gereja Katolik, tetapi juga dapat ditemukan dalam berbagai tradisi agama. Teolog seperti John Hick berpendapat bahwa semua agama besar dunia adalah manifestasi dari kebenaran ilahi yang sama dalam bentuk yang berbeda-beda.
Meskipun pluralisme dianggap sebagai pendekatan yang lebih progresif, pandangan ini tetap kontroversial dalam tradisi Katolik. Sebagian besar doktrin Katolik masih menegaskan keunikan Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.
Inklusivisme: Pendekatan yang Relevan dan Transformasi dalam Gereja Katolik
Dalam menghadapi realitas dunia yang semakin plural dan multikultural, Gereja Katolik mengakui bahwa ada nilai kebenaran dalam setiap tradisi agama. Pendekatan inklusivisme mendorong dialog antaragama dan menjadikan Gereja lebih terbuka terhadap keberagaman iman.
Pergeseran paradigma ini memungkinkan Gereja Katolik untuk bertransformasi dari sikap eksklusif menuju inklusif dalam menghadapi perbedaan kepercayaan. Sikap inklusif ini membuka ruang bagi diskusi yang lebih konstruktif dan mendukung harmoni antarumat beragama.
Gereja Katolik juga semakin menyadari pentingnya membangun komunitas yang harmonis di tengah masyarakat yang majemuk. Pendekatan inklusivisme membantu Gereja untuk menjangkau lebih banyak orang dan membangun relasi yang lebih baik dengan pemeluk agama lain.
Peluang dan Tantangan dalam Pendekatan Inklusivisme
Meskipun pendekatan inklusivisme menawarkan banyak peluang dalam dialog dan toleransi, ada juga tantangan yang harus dihadapi oleh Gereja Katolik.
Peluang yang ditawarkan inklusivisme antara lain:
- Meningkatkan dialog lintas agama.
- Membangun hubungan harmonis dalam masyarakat yang beragam.
- Memperkenalkan nilai-nilai Kristiani dalam lingkungan yang multikultural.
Namun, tantangan yang dihadapi juga tidak sedikit:
- Risiko mencampuradukkan ajaran Gereja Katolik dengan kepercayaan lain.
- Kesulitan mempertahankan identitas Gereja di tengah pluralisme.
- Munculnya kesalahpahaman atau kecurigaan dari kelompok agama lain terhadap niat Gereja Katolik.
Maka, Gereja Katolik perlu berhati-hati dalam menerapkan pendekatan inklusivisme, dengan tetap mempertahankan ajaran inti tentang Kristus sebagai pusat keselamatan.
Kesimpulan
Keselamatan dalam Gereja Katolik merupakan topik yang kompleks dan penuh nuansa. Secara historis, Gereja Katolik telah menegaskan dirinya sebagai satu-satunya jalan keselamatan, tetapi perkembangan teologi modern membuka pemahaman yang lebih luas dan inklusif.
Konsili Vatikan II menegaskan bahwa meskipun Gereja Katolik adalah jalan utama keselamatan, kasih karunia Allah tidak terbatas hanya pada Gereja. Mereka yang dengan tulus mencari kebenaran dan hidup dalam keadilan tetap dapat memperoleh keselamatan.
Sebagai umat Katolik, kita diajak untuk tidak terjebak dalam perdebatan batasan keselamatan, tetapi lebih fokus pada hidup yang penuh iman, kasih, dan penghormatan terhadap sesama.
Gereja tetap menjadi jalan keselamatan bagi umatnya, tetapi kita juga harus mengakui bahwa Tuhan bekerja dengan cara yang lebih luas dari yang bisa kita pahami.
Alih-alih mempertanyakan siapa yang berhak masuk surga, lebih baik kita menjalani hidup dengan kebaikan, kasih, dan keadilan, sebagaimana diajarkan oleh Kristus.**

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.