Gereja yang Merangkul: Pastoral Keluarga untuk Umat Berkebutuhan Khusus di Kevikepan Surakarta

Vikep Surakarta Romo Herman Yosep Singgih Sutoro, Pr : Sakramen bukan hanya hak umat yang ‘sempurna secara fisik’.

0 329

Surakarta, Katolikana.com – Dalam semangat kasih yang inklusif, Komisi Keluarga Kevikepan Surakarta kembali menunjukkan komitmennya untuk hadir bagi setiap umat, termasuk mereka yang hidup dengan keterbatasan fisik, mental, maupun intelektual.

Pastoral keluarga kembali digelar dalam bentuk Sarasehan Umat Berkebutuhan Khusus (UBK) yang berlangsung di Gereja Santo Paulus Paroki Kleco, Surakarta, Minggu (4/5/2025).

Dukungan Gereja bagi “Ecclesia Domestica”

Pastoral keluarga merupakan pelayanan yang menyasar jantung kehidupan iman umat Katolik—keluarga sebagai Gereja rumah tangga (Ecclesia Domestica). Melalui pelayanan ini, Gereja ingin agar setiap keluarga, termasuk yang memiliki anggota berkebutuhan khusus, tumbuh dalam iman dan kasih, dan menjadi teladan di tengah masyarakat.

Khusus bagi keluarga UBK, Gereja hadir sebagai sahabat: mendengarkan, meneguhkan, serta membimbing dengan penuh pengharapan. Gereja tidak hanya memberi ruang bagi kehadiran mereka, tetapi juga menyediakan wadah untuk bertumbuh bersama, menerima sakramen, dan berpartisipasi penuh dalam kehidupan menggereja.

Sarasehan UBK

Dalam sarasehan ini, hadir sekitar 43 orang tua dan anak UBK, serta 16 anggota Tim Komisi Keluarga Kevikepan Surakarta, yang terdiri dari tenaga medis, psikolog, terapis, dan relawan. Hadir pula Romo Yoseph Aris Triyanto MSF selaku pendamping Komisi Keluarga dan Vikep Surakarta Romo Herman Yosep Singgih Sutoro, Pr.

Sarasehan ini bukan sekadar forum diskusi, melainkan ruang curhat rohani dan emosional bagi para orang tua UBK. Mereka diberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman, bertanya langsung kepada para ahli, sekaligus saling menguatkan satu sama lain dalam dinamika mendampingi anak-anak mereka.

“Gereja hadir untuk menopang, menuntun, dan mendamaikan,” ujar Romo Yoseph Aris Triyanto. Ia menegaskan bahwa pelayanan kepada UBK bukanlah pelayanan kelas dua, melainkan bentuk konkrit kehadiran Gereja yang penuh kasih kepada seluruh umat—tanpa kecuali.

Sakramen bagi UBK

Romo Yoseph Aris juga menyampaikan bahwa pada Minggu (11/5/2025) mendatang, akan dilaksanakan baptisan dan penerimaan komuni pertama bagi anak-anak UBK yang sudah memenuhi kriteria Gereja, yaitu mampu membedakan makna hosti sebagai tubuh Kristus, bukan sekadar roti biasa. Ini merupakan bentuk nyata pelayanan sakramental yang inklusif dan adil bagi umat difabel.

Sarasehan UBK di Gereja Paroki Kleco.

Menuju Gereja Inklusif

Sarasehan ini menjadi bagian dari gerak pastoral yang lebih besar, yakni pembentukan tim pelayanan khusus difabel di tingkat paroki. Tim ini bertugas menindaklanjuti pelayanan kepada UBK secara rutin dan sistematis.

Langkah-langkah tindak lanjut pastoral yang telah dirancang antara lain:

  • Perayaan Ekaristi khusus bagi UBK.
  • Pelayanan baptisan dan komuni.
  • Pelatihan keterampilan untuk UBK (terkait UMKM).
  • Pelatihan bagi orang tua untuk pendampingan afektif dan motorik anak.
  • Pemetaan dan sosialisasi di sekolah-sekolah Katolik tentang inklusi UBK.
  • Pembentukan jaringan formasi kerja untuk UBK agar mandiri secara ekonomi.

Romo Yoseph menegaskan bahwa UBK bukan beban Gereja, melainkan bagian dari wajah Kristus yang harus dirangkul. Gereja bukan sekadar tempat ibadah, melainkan komunitas yang menyembuhkan, mengangkat, dan memberi harapan.

Membaptis dan Merawat

Dalam percakapan bersama Katolikana.com, Vikep Surakarta Romo Herman Yosep Singgih Sutoro, Pr menekankan pentingnya kesadaran pastoral bagi keluarga yang memiliki anggota difabel.

Ia mengajak keluarga yang anak-anaknya belum dibaptis untuk segera berpartisipasi dalam pelayanan sakramen yang telah disediakan.

Menurutnya, sakramen bukan hanya hak umat yang ‘sempurna secara fisik’, melainkan juga bagi mereka yang berkebutuhan khusus, selama memenuhi persyaratan iman yang layak.

Menuju Gereja yang Inklusif

Gereja hari ini ditantang untuk tidak hanya memelihara iman umat yang “normal”, tetapi justru bersaksi di tengah keterbatasan. UBK bukan sekadar penerima belas kasih, tetapi pengingat akan kehadiran Kristus dalam rupa yang paling rapuh.

Pastoral keluarga bagi UBK adalah wajah Gereja yang seutuhnya: terbuka, setara, mengasihi. Ketika Gereja berani hadir secara penuh dalam kehidupan UBK, di situlah Injil sungguh diberitakan. (*)

Katekis di Paroki Kleco, Surakarta

Leave A Reply

Your email address will not be published.