Oleh Fr. Siorus Ewainaibi Degei
Katolikana.com—Sebuah karya pustaka perdana telah tiba di Wisma Konfrater Keuskupan Timika pada Senin (3/11/2025). Judulnya sarat akan makna dan visi: KEBADABI VOICE: Pena Cair Dunia Mengenal, Menulis Demi Perdamaian Papua (2025).
Buku ini adalah karya Frater Sebedeus Mote, S.S., seorang calon imam Keuskupan Timika yang tengah menempuh studi pascasarjana di STFT Fajar Timur. Dari sampulnya saja, sebuah visi emas telah terpancar: sebuah upaya intelektual dan spiritual untuk menyuarakan perdamaian di Tanah Papua.
Buku setebal 124 halaman ini sejatinya adalah sebuah mozaik, kumpulan artikel opini yang pernah ditulis Frater Sebedeus Mote dan dimuat di JUBI, salah satu portal berita terdepan di Papua, semasa ia menempuh studi strata pertama (S2).
Identitas Buku
- Judul: KEBADABI VOICE: Pena Cair, Dunia Mengenal, Menulis Demi Perdamaian Papua
- Penulis: Fr. Sebedeus Mote S.S
- Prolog: Octovianus Pekei S.S., Msc
- Epilog: Siorus Degei S.S
- Endorsmen: Timotius Marten (Editor Jubi) & Pastor Yohanes Aweegada Wiyai Kayame, Pr
- Didukung Oleh: Yayasan Rumah Edukasi Mandiri; Ko’Sapa (Komunitas Sastra Papua); Gerakan Papua Mengajar; Papua Peace Network; Komunitas Kebadabi Voice, Abepura.
- Penerbit: Ko’Sapa 2025, Komunitas Sastra Papua
- ISBN: 983-43008-0-8
- Halaman: iii + 124 hal. (14x21cm)
- Cetakan: Pertama, Oktober 2025
- Catatan: Tidak untuk dijual, stok terbatas. Akan dijual pada cetakan kedua.
Menghidupi Spirit ‘Kebadabi’
Judul buku ini bukanlah sekadar nama. Ia adalah sebuah spirit, sebuah warisan, dan sebuah manifesto perjuangan. “Kebadabi Voice” (KV) secara harfiah adalah gabungan dua bahasa: “Kebadabi” (Bahasa Suku Mee) dan “Voice” (Bahasa Latin).
“Kebadabi” berarti “orang yang membuka pintu atau jalan.” Ini adalah nama inisiasi adat yang sakral, yang diberikan oleh orang Suku Mee di Wakeite (kini Deiyai) kepada mendiang Pater Neles Tebay saat perayaan tahbisan imamatnya pada 28 Juli 1992. Nama inilah yang dijadikan motto imamat Pater Neles.
Maka, “Kebadabi Voice” adalah “Suara Pembuka Jalan”—suara perjuangan Pastor Neles Tebay.
Spirit inilah yang dihidupi oleh sebuah perhimpunan kecil para frater asli Papua dari lima keuskupan Regio Papua yang menempuh studi filsafat-teologi di Kampus STFT Fajar Timur dan Seminari Tinggi Interdiosesan Yerusalem Baru (STIYB).
Mereka dipersatukan oleh “kesamaan passion akan realitas patologis: penindasan di bumi Papua.” Komunitas Kebadabi Voice ini dibentuk sekitar tahun 2019, pasca wafatnya Pastor Neles Tebay, bertempat di makam beliau. Frater Sebedeus Mote adalah salah satu anggota yang paling vokal dan konsisten menyuarakan realitas ini.
Pena yang Dibungkam, Spirit yang Terus Mengalir
Buku “Kebadabi Voice” adalah buah dari konsistensi dan kegelisahan intelektual Fr. Mote. Ia adalah “pena cair” yang sesungguhnya, memotret isu-isu kemanusiaan di atas tanah Papua dengan kritis dan tajam.
Komunitas KV berikhtiar untuk terus mewariskan perjuangan almarhum Pater Neles lewat kiat menulis. Mereka bahkan mendirikan sebuah situs web kampus bernama “Suara Fajar Timur, Pena Cair Dunia Mengenal.” Awalnya media ini terawat baik dan menjadi wadah mekarnya semangat menulis.
Namun, seraya dengan semangat menulis yang mulai bermekaran ini, “maka tentu banyak pihak juga yang ketar-ketir.” Alhasil, di medio tahun 2022, media ini mengalami fase pasang-surut yang membuatnya vakum total pada tahun 2023.
Kendati pun demikian, upaya memunahkan “benih-benih kebadabian” itu gagal. Misi meneruskan karya keselamatan manusia dan tanah Papua lewat tapak menulis tidak pernah surut.

Neles Tebay Masih Hidup di Bukit Hening
“Suara Fajar Timur” boleh dibungkam, tetapi spirit “kebadabian” tak bisa dimatikan. Buku Frater Sebedeus Mote adalah bukti bahwa misi ini terus berlanjut.
Ia menjadi bagian dari “habitus” baru yang kami saksikan sejak 2022 di Kampus STFT Fajar Timur, di mana para mahasiswa memecahkan rekor dengan menerbitkan buku-buku bertema Papua saat masih berstatus mahasiswa aktif.
Melihat produktivitas intelektual kawan-kawan sepanggilan dan seperjuangan ini, kami yakin bahwa Pater Neles Tebay benar-benar masih hidup bersama generasi muda, aset manusia, tanah, dan Gereja Papua di Bukit Hening Yakonde.
Secara simbolik, Makam Pater Neles merepresentasikan spiritualitas kebadabian yang ia tinggalkan. Banyak frater mendapatkan kharisma khusus di bidang ilmu tatkala berdoa di makam tersebut.
Semoga buku Saudara Sebedeus Mote ini melengkapi karya-karya intelektual yang mengalir lancar dari “pancuran bukit Yakonde.” Dalam sebuah mimpi, seorang teman penyair muda yang rutin mengunjungi Makam Pater Neles mengisahkan perjumpaan terbatasnya dengan Pater Neles, yang berpesan: “Air yang turun dari gunung itu rasanya selalu enak dan segar.”
Semoga buku “Kebadabi Voice” dan karya kawan-kawan frater lain yang lahir dari rahim Mama Fajar Timur dapat menjadi “air segar dan enak yang turun dari gunung Tuhan bagi manusia dan alam Papua yang panas terpanggang api penjajahan.” Amin. (*)
Penulis: Fr. Siorus Ewainaibi Degei, Alumnus STFT Fajar Timur Abepura-Papua dan Frater TOPER di Paroki Mauwa
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.