GUSDURian Perkuat Narasi Indonesia Rumah Bersama di Mojokerto

Perbedaan memang menjadi ciri khas negara Indonesia. Narasi damai menjadi krusial untuk membuat semua pihak mau menerima hal tersebut.

0 336

Katolikana.com, Mojokerto — Dalam rangka memperkuat narasi damai dan Indonesia Rumah Bersama, Sekretaris Nasional (Seknas) GUSDURian bekerja sama dengan Yayasan Keadilan dan Perdamaian Indonesia (YKPI) mengadakan workshop Peningkatan Kapasitas Pemuda Lintas Iman, Sabtu-Minggu (24-25/2), di Warung Rakyat Dusun Mengelo Desa Sooko, Kabupaten Mojokerto.

Workshop ini berlangsung selama dua hari dengan sasaran 20 orang peserta. Latar belakang para peserta pun beragam. Mulai dari social leader GUSDURian, penggerak inti komunitas, dan jejaring pemuda lintas iman yang bisa dilibatkan dalam agenda pendampingan masyarakat, serta perwakilan dari kelompok perempuan atau gender lainnya.

Adapun tajuk Indonesia Rumah Bersama sendiri merupakan upaya pengembangan narasi keislaman dan keindonesiaan yang digagas oleh Jaringan GUSDURian Indonesia sepanjang tahun 2019 hingga 2020. Narasi ini menegaskan bahwa Indonesia sebagai sebuah kesatuan wilayah dan politik merupakan ruang bersama milik berbagai kelompok agama, sosial, etnis, dan gender yang berbeda-beda.

Narasi ini juga mengandaikan bahwa Indonesia sebagai rumah bersama harus sama-sama dijaga dan dirawat oleh semua pihak yang beragam. Merawat Indonesia dalam hal ini maksudnya adalah menjaga agar Indonesia bisa menjadi tempat yang nyaman bagi semua tanpa adanya diskriminasi. Karena itu aspek keadilan menjadi sangat penting dalam narasi damai rumah bersama tersebut. Sebab sebagaimana pernah dikatakan Gus Dur, perdamaian tanpa keadilan adalah ilusi.

Bertemali dengan itu, Setara Institute mencatat pada 2022 pelanggaran kondisi Kebebasan Beragama/Berkeyakinan (KBB) terbanyak terdapat di Jawa Timur. Setara Institute mencatat ada 34 peristiwa pelanggaran KBB di Provinsi Jawa Timur. Padahal selama lima belas tahun terakhir, Setara Institute mengumumkan pelanggaran KBB selalu paling banyak terjadi di Jawa Barat. Ironisnya, di tahun 2022 Jawa Timur berhasil “menggeser” posisi Jawa Barat di peringkat teratas.

Pelanggaran KBB di Jawa Timur didominasi penolakan ceramah sebanyak 8 peristiwa, penolakan pendirian tempat ibadah sebanyak 6 peristiwa, kebijakan diskriminatif sebanyak 4 peristiwa, dan pelaporan penodaan agama sebanyak 3 peristiwa.

Ada beberapa kasus terkait yang pernah terjadi di Mojokerto  Selain penolakan tempat ibadah, juga penolakan terhadap pendirian kampus yang berbasis agama yakni Sekolah Tinggi Teologi (STT). Berikutnya adalah pelarangan ibadah umat Kristen di Desa Ngastemi, Bangsal, Mojokerto. Lalu tercatat pula kasus penolakan pemakaman beda agama di Desa Sooko. Hasil dari pendampingan yang dilakukan oleh jaringan GUSDURian menyangkut persoalan makam adalah adanya respon dari Pemerintah Kabupaten Mojokerto dengan menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Mojokerto Nomor 4 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pemakaman.

Oleh karena itu penting untuk terus mengembangkan budaya toleran Mojokerto tersebut dengan melibatkan kalangan anak muda. Sinergi antar kelompok menjadi modal dalam mengembangkan budaya toleran. Ketika ada kasus intoleransi di Mojokerto, antar kelompok membangun jejaring gerakan untuk melakukan aksi. Aksi tersebut dalam rangka untuk menguatkan narasi Indonesia Rumah Bersama.

Sebelum kegiatan workshop dimulai, Laila Fajrin Rauf dari Seknas GUSDURian melemparkan pertanyaan pemantik kepada para peserta, “Apa yang membuatmu bangga menjadi warga Mojokerto?” Setiap peserta menyampaikan jawaban beraneka ragam sesuai persepsi masing-masing. Diantara berbagai pendapat yang berbeda itu, sebagian menyebutkan mereka bangga karena Mojokerto adalah pusat Kerajaan Majapahit di masa lalu dan memiliki makanan khas yakni onde-onde.

Dua puluh peserta dari beragam latar belakang mengikuti workshop Peningkatan Kapasitas Pemuda Lintas Iman. (Sumber: John Lobo)

 

Salah satu fasilitator, Ubaidillah Fatawi, menyebut penguatan kapasitas komunitas GUSDURian Mojokerto digelar untuk memperkuat narasi #IndonesiRumahBersama melalui pendampingan masyarakat. Menurut Ubai, begitu sapaannya sehari-hari, workshop ini memiliki beberapa tujuan. Pertama, menyiapkan kapasitas komunitas untuk mampu melakukan pendampingan masyarakat. Kedua, meningkatkan kapasitas penggerak keberagaman untuk mampu mengelola agenda pendampingan masyarakat.

Sementara itu luaran yang akan dihasilkan pasca-rapat kerja antara lain berupa dokumen analisis situasi toleransi dan narasi #IndonesiaRumahBersama dengan U-Theory. Selain itu, masih ada pula dokumen action plan dari komunitas GUSDURian serta dokumen manajemen tim penggerak komunitas untuk membantu pengelolaan agenda pendampingan masyarakat ke depan.

Kendati berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda, para peserta mengikuti kegiatan workshop dengan sukacita. Sebabnya acara dikemas dengan menarik dalam suasana yang santai dan penuh keakraban.

Seperti disampaikan oleh Gabriela Agatha Paun, perwakilan dari Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Santo Yosef Mojokerto, workshop memperkuat narasi Indonesia rumah bersama yang diadakan oleh Seknas GUSDURian sangat menyenangkan dan membuatnya semakin terbuka dalam banyak hal. Seperti wawasan atau cara pandangnya tentang keanekaragaman. “Pola pikir yang terbuka tentu akan mempengaruhi pola sikap, perilaku, dan interaksi saya dalam kehidupan sehari-hari ketika berada di sekolah maupun dalam hidup bermasyarakat,” sebut Agatha.

Sementara itu menurut Maria Grace Mozella Putri Puas, perwakilan OMK lainnya yang saat ini duduk di kelas X SMA Negeri 2 Kota Mojokerto menilai workshop Seknas GUSDURian ini “seru dan menarik”. Dalam workshop, ia diajak untuk memahami berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan ia diajak untuk menemukan solusi dari setiap masalah tersebut.

“Melalui workshop tersebut, rasa kemanusiaan kami dapat terbuka sehingga kami semakin mampu untuk menerima perbedaan yang memang menjadi ciri khas negara kita Indonesia,” pungkas Grace.

Guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto. Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku (GKdB), Anggota Pustaka Bergerak Indonesia, Pendiri Sa’o Pustaka dan beberapa Taman Baca serta pegiat literasi nasional. Lewat GKdB penulis menggerakan masyarakat baik secara pribadi maupun komunitas dalam mendonasikan buku untuk anak-anak di seluruh Indonesia. Guru Motivator Literasi (GML) tahun 2021.

Leave A Reply

Your email address will not be published.