Katolikana.com — Setiap tanggal 28 Oktober, Gereja Katolik merayakan pesta Santo Simon dan Yudas, dua rasul yang dipilih oleh Yesus untuk menjadi pembawa kabar gembira dan membangun fondasi Gereja awal. Meski tidak terlalu banyak disebutkan dalam Injil, peran mereka sangat besar dalam sejarah kekristenan.
Kedua rasul ini mengajarkan kita tentang komitmen yang mendalam dan keberanian dalam mengikuti panggilan Tuhan. Dalam renungan dari bacaan Kitab Suci: Efesus 2:19-22, Mazmur 19:2-3.4-5, dan Lukas 6:12-19, kita dapat mendalami serta merenungkan bagaimana teladan hidup Santo Simon dan Yudas dapat menginspirasi kita.
Dalam bacaan dari Efesus 2:19-22, Rasul Paulus mengajak kita untuk menyadari identitas kita sebagai umat Allah yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Yesus sebagai batu penjuru. Paulus menggambarkan umat sebagai “bangunan” rohani yang dipersatukan oleh iman yang sama, di mana setiap kita memiliki peran penting.
Inilah yang menjadi teladan utama dari Santo Simon dan Yudas—meski mereka berasal dari latar belakang yang berbeda, mereka setia membangun Gereja bersama dengan penuh kesetiaan. Santo Simon, yang dikenal sebagai “Simon orang Zelot,” pada awalnya adalah bagian dari kelompok Zelot, yang berjuang untuk pembebasan Israel dari penindasan Romawi. Namun, setelah bertemu dengan Yesus, semangatnya beralih menjadi semangat pembebasan rohani yang jauh lebih mendalam.
Ia mengarahkan semangatnya untuk mewartakan Injil dan membawa orang-orang kepada Yesus. Kisah ini mengajarkan kita tentang bagaimana tujuan duniawi yang baik harus dapat diubah menjadi tujuan rohani yang lebih besar ketika kita menerima panggilan Tuhan.
Santo Yudas Tadeus, di sisi lain, dikenal sebagai rasul pengharapan. Meskipun ia tidak sering disebut dalam Injil, tradisi Gereja menjadikannya sebagai perantara dalam situasi yang sulit atau hampir mustahil. Banyak umat yang bersaksi tentang mukjizat-mukjizat yang terjadi berkat doa kepada Santo Yudas Tadeus. Ini menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang penuh pengharapan dan setia pada Yesus bahkan dalam kondisi paling sulit.
Seorang umat bercerita bahwa dalam situasi keuangan yang sulit, ia berdoa kepada Santo Yudas Tadeus dengan penuh iman, dan tak lama setelahnya, ia menemukan solusi yang tidak terduga yang mengubah kehidupannya. Kesaksian-kesaksian seperti ini menegaskan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, terutama jika kita memiliki iman yang kuat dan pengharapan yang tak tergoyahkan.
Bacaan Injil dari Lukas 6:12-19 menggambarkan bagaimana Yesus memulai langkah-Nya dalam memilih para rasul dengan berdoa sepanjang malam. Yesus menghabiskan waktu yang panjang dalam doa sebelum memanggil kedua belas rasul, termasuk Santo Simon dan Yudas. Keputusan ini bukanlah keputusan yang asal-asalan, tetapi merupakan hasil dari hubungan yang sangat mendalam dengan Allah Bapa melalui doa.
Tindakan Yesus ini mengajarkan kita tentang pentingnya doa dalam setiap keputusan besar yang kita ambil. Sama seperti Yesus yang memulai pelayanan-Nya dengan doa, kita juga harus memulai setiap keputusan penting dalam hidup dengan doa yang mendalam. Doa bukan hanya sekadar rutinitas, tetapi adalah fondasi kehidupan rohani yang kuat, yang menuntun kita pada bimbingan Tuhan dalam setiap langkah yang kita ambil.
Setelah memilih kedua belas rasul, Yesus bersama mereka segera turun dari gunung dan menemui kerumunan besar yang menunggu-Nya. Orang-orang datang untuk mendengarkan ajaran-Nya dan untuk disembuhkan dari berbagai penyakit. Hal ini menunjukkan bahwa panggilan menjadi murid Kristus tidak hanya berhenti pada pemilihan, tetapi harus diikuti oleh tindakan nyata di lapangan, yaitu melayani sesama dengan sepenuh hati.
Para rasul tidak hanya diminta untuk mendengarkan dan mempelajari ajaran Yesus, tetapi juga menerapkannya dengan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dipanggil untuk berani menghadapi tantangan dunia sambil tetap teguh dalam iman dan kasih.
Mazmur 19 lantas menekankan keagungan Tuhan yang terlihat melalui ciptaan-Nya. “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.” Seperti langit yang setia menampilkan kemuliaan Tuhan, kita juga dipanggil untuk menjadi saksi yang setia akan kasih dan kebaikan-Nya.
Mazmur ini mengajarkan bahwa setiap langkah dan tindakan kita adalah bagian dari rencana besar Allah. Dengan menjadi saksi melalui tindakan nyata, kita ikut menyatakan kebesaran Tuhan di dunia ini. Mazmur ini juga menjadi pengingat bahwa segala sesuatu yang kita lakukan, meski terlihat kecil, memiliki dampak besar jika dilakukan dengan cinta dan iman yang tulus.
Pesta Santo Simon dan Yudas juga mengingatkan kita akan pentingnya persatuan dalam Gereja. Rasul Paulus dalam Efesus 2 menegaskan bahwa kita adalah bagian dari “bangunan yang kokoh,” di mana Yesus adalah batu penjuru yang mempersatukan kita semua. Persatuan ini adalah sesuatu yang harus kita jaga, terutama di tengah perbedaan dan tantangan yang ada.
Santo Simon dan Yudas menunjukkan bahwa dengan komitmen yang kuat dan doa yang tekun, kita dapat bersama-sama membangun Gereja yang kokoh dan penuh kasih. Mereka mengajarkan bahwa persatuan bukan berarti keseragaman, tetapi adalah keberagaman yang disatukan oleh iman yang sama dalam Kristus.
Teladan hidup Santo Simon dan Yudas menawarkan pelajaran yang sangat relevan bagi kehidupan kita sehari-hari. Pertama, mereka mengajarkan pentingnya komitmen dalam mengikuti panggilan Tuhan, meskipun terkadang terasa berat atau bahkan menantang. Mereka berani menghadapi segala risiko demi menyebarkan Injil dan membangun Gereja.
Kedua, mereka menunjukkan bahwa doa adalah fondasi utama dalam kehidupan rohani. Setiap keputusan dan tindakan yang berakar pada doa akan menghasilkan buah yang baik. Ketiga, mereka memperlihatkan bahwa tidak ada situasi yang terlalu sulit atau mustahil bagi Tuhan. Dengan iman yang kuat dan pengharapan yang tak tergoyahkan, kita dapat menghadapi segala tantangan dan menemukan jalan keluar dari kebuntuan.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita, seperti Santo Simon dan Yudas, siap menerima panggilan Tuhan dengan sepenuh hati? Apakah kita siap memulai setiap langkah dengan doa dan memadukannya dengan tindakan nyata? Teladan kedua rasul ini mengingatkan kita bahwa setiap dari kita memiliki peran penting dalam membangun Gereja.
Kita tidak perlu takut menghadapi tantangan, karena Tuhan selalu menyertai dan memberi kita kekuatan yang dibutuhkan. Sebagai umat Katolik, mari kita jadikan semangat dan teladan St. Simon dan Yudas sebagai inspirasi untuk hidup lebih berani, berkomitmen, dan penuh pengharapan.
Sebagai penutup, mari kita perbarui komitmen kita untuk melayani dengan penuh kasih dan pengharapan, sambil memulai setiap langkah dengan doa yang mendalam. Semoga semangat Santo Simon dan Yudas menuntun kita untuk menjadi saksi Kristus yang berani dan penuh kasih di tengah dunia yang seringkali penuh tantangan ini.
Mari kita terus melangkah dengan iman yang teguh, percaya bahwa Tuhan selalu menyertai kita, dan bahwa tidak ada yang mustahil bagi-Nya. (*)
Penulis: Yulius Evan Christian, dosen Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, warga Lingkungan Santo Markus, Taman Harapan Indah, Jelambar Baru, Jakarta Barat
Editor: Ageng Yudhapratama

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.