
Katolikana.com, Labuan Bajo — Uskup perdana Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus, menanam dua pohon di Rumah Keuskupan Labuan Bajo, Senin (28/10/2024). Dalam penanaman pohon ini, Bapa Uskup didampingi oleh Romo Richardus Manggu, Vikaris Episkopal Labuan Bajo, Romo Lorens Sopang, Romo Frans Nala, dan Romo Martinus Tolen. Kegiatan ini menjadi salah satu rangkaian agenda pra-Tahbisan Uskup Baru Labuan Bajo.
Ketua Panitia Tahbisan Uskup Baru Labuan Bajo, Romo Risno Maden mengatakan bahwa ada dua jenis pohon yang ditanam oleh Mgr. Maksimus Regus. Terkait tentang pilihan terkait dua jenis pohon tersebut, panitia menjelaskan beringin dan evergreen mengandung makna filosofis yang sangat tinggi.
“Pertama, pohon beringin menjadi pohon kenangan dari keuskupan baru Labuan Bajo. Lalu yang kedua adalah pohon evergreen yang merupakan pohon kenangan dari uskup perdana Keuskupan Labuan Bajo,” sebut Romo Risno.
Lokasi penanaman kedua pohon ini ada di sisi depan dan belakang Rumah Keuskupan Labuan Bajo. Pohon beringin di tanam di sudut kiri depan Rumah Keuskupan. Sedangkan titik penanaman pohon evergreen ada di bagian belakang dari Rumah Keuskupan.
Baca juga: Pemberkatan Rumah Keuskupan Labuan Bajo, Simbol Kasih dan Pelayanan
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Manggarai Barat, Vinsensius Gande, mengatakan ada tiga kegiatan uskup terkait dengan ekologi jelang tahbisan. Pria yang juga menjadi Ketua Panitia Seksi Kebersihan dan Ekologis Tahbisan Uskup Baru Labuan Bajo ini merinci tiga kegiatan itu adalah penanaman terumbu karang, penanaman pohon, dan kegiatan membersihkan lingkungan.
Titik Nol Keuskupan
Uskup Mgr. Maksimus Regus, dalam kata sambutannya, mengingatkan kepada umat bahwa dalam beberapa hari ke depan Labuan Bajo akan menerima banyak tamu istimewa. Sebanyak 44 uskup dan 1 kardinal akan datang ke Labuan Bajo untuk merayakan perayaan tahbisan uskup tanggal 1 November 2024.
“Kita mendapatkan berkat atas kunjungan dari para gembala seluruh Indonesia datang ke Labuan Bajo. Hal ini merupakan hal pertama kali terjadi di Labuan Bajo,” sebutnya.
Maka sebagai salah satu persiapan menjelang hari bersejarah tersebut,Mgr. Maksi menegaskan ada beberapa kegiatan yang berkaitan erat dengan ekologi. Ia turut menyinggung bahwa beberapa hari lalu ada kegiatan rehabilitasi terumbu karang di Pantai Binongko.
Baca juga: Tobat Ekologis, Uskup Terpilih Labuan Bajo Tanam Terumbu Karang di Pantai Binongko
“Hari ini penanaman dua pohon sebagai simbol titik berangkat Keuskupan Labuan Bajo, atau bisa dikatakan titik nol Keuskupan Labuan Bajo. Dua pohon ini adalah saksi hidup dari perjalanan Keuskupan Labuan Bajo. Dua pohon ini menjadi saksi perjalanan hidup kita bersama dalam menjalankan Keuskupan Labuan Bajo, dan orang-orang yang percaya kepada Kristus,” ujarnya.
Namun lebih dari tujuan simbolik, sejumlah agenda ekologis jelang tahbisan uskup juga memiliki tujuan jangka panjang untuk membangun budaya anti-sampah di Labuan Bajo. Uskup menyebut, setiap hari Labuan Bajo memproduksi sampah hingga 30 ton per hari.
“Budaya anti sampah dan budaya kebersihan harus menjadi bagian dari kehidupan kita. Ada ungkapan menyatakan kebersihan adalah bagian dari iman. Kebersihan itu wajib menjadi bagian dari kehidupan kita,” tegasnya.
Maka ia mengharapkan kegiatan menjaga kebersihan dan penanaman pohon yang dilakukannya bisa menjadi contoh untuk membangun kultur yang ramah lingkungan di lingkup Keuskupan Labuan Bajo.
Dalam kesempatan tersebut, Mgr. Maksi juga berterima kasih atas kehadiran para seminaris yang ikut serta dalam kegiatan penanaman pohon di Rumah Keuskupan. Bapa Uskup berkata mereka semua adalah bagian dari sejarah pembentukan keuskupan baru di Labuan Bajo.
“Seminari itu sebetulnya adalah jantung dari keuskupan,” kata uskup lulusan Seminari Ledalero ini.
Ia lantas mengatakan tidak semua keuskupan di Indonesia itu memiliki seminari. Ada bebarapa Keuskupan yang tidak memiliki seminari. Labuan Bajo sebagai sebuah keuskupan baru termasuk beruntung karena langsung memiliki sebuah seminari—yang merupakan warisan dari Keuskupan Ruteng. “Keuskupan tanpa seminari terasa hambar,” terang Bapa Uskup.
Mgr. Maksi mengibaratkan para seminaris sebagai “kekasih hati keuskupan”. Terlebih, lokasi seminari berdekatan dengan keuskupan. Maka, ia menuturkan masa depan keuskupan ini ada di tangan para seminaris.
“Anda (seminaris) bukan tamu di keuskupan ini. Melainkan bagian dari keuskupan ini,” ucapnya. (*)
Kontributor: Vinsen Patno, Panitia Seksi Publikasi dan Dokumentasi Tahbisan Uskup Baru Labuan Bajo
Editor: Ageng Yudhapratama

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.