Ramai-ramai Ganti DP Lilin Harapan?

Tanggapan atas broadcast 'lilin harapan'

0 2,079

Katolikana.com — Sepanjang hari ini, berseliweran melalui pesan Whatsapp, baik melalui jaringan pribadi maupun dalam sejumlah grup, sebuah pesan berantai berisi ajakan untuk mengganti foto profil Whatsapp secara serentak dengan gambar lilin bernyala. Dan tak lama kemudian, saya pun melihat banyak kontak saya yang melakukan ajakan tersebut.

Saya tak mempersoalkan tindakan mereka mengganti DP (display picture) atau foto profil. Namun saya hendak mengangkat fenomena ini sebagai sebuah sarana untuk melihat cara bersikap kita di media sosial, yang seringkali menjadi kurang kritis. Seringkali jemari kita lebih lincah menari di atas layar smartphone kita, ketimbang pikiran kita untuk bersikap kritis terhadap suatu informasi.

Berikut ini collage dari capture pesan tersebut:

Hal menarik adalah di dalam pesan tersebut tercantum nama romo yang tampaknya dipergunakan untuk memperkuat isi pesan. Saya sendiri ragu apakah pesan itu memang sungguh berasal dari romo yang namanya dicantumkan atau hanya namanya dicatut di dalamnya.

Terkait dengan broadcast tersebut, saya memberi beberapa catatan demikian:

Pertama, tujuan pesan sebagaimana tercantum dalam pesan tersebut adalah untuk kesembuhan penderita Covid-19. Memang, tujuannya terdengar sangat indah dan mulia. Tetapi, apakah ada hubungannya memasang foto profil WA dengan kesembuhan para penderita Covid-19? Bukankah lebih baik berdoa bagi mereka daripada mengganti foto profil?

Kedua, pesan yang beredar, baik dikirim secara japri maupun dalam grup, mengatasnamakan nama romo. Dalam hal ini saya mendapatkan pesan yang mengatasnamakan Rm Kristanto Pr dan Rm Mardi. Pertanyaannya: Rm Kristanto Pr dan Rm Mardi yang mana? Sejauh saya kenal, ada cukup banyak nama “Rm Kristanto Pr” dan “Rm Mardi” di Indonesia ini. Membingungkan bukan? Saya menduga bahwa tampaknya nama para romo tersebut dicatut untuk memberi ‘otoritas’ atas pesan yang disebarkan.

Ketiga, lepas dari kedua hal di atas, saat ini ada cukup banyak cara-cara ‘kreatif’ untuk mengambil keuntungan melalui media sosial. Dalam soal ini, mari kita berandai-andai. Misalkan memang ada oknum tertentu yang sengaja menyebarkan broadcast tersebut untuk mencari untung, bagaimana hal itu bisa dilakukan?

Pengandaian saya demikian. Si oknum menyebar broadcast dalam satu grup yang ia ikuti. Dalam satu grup ini sangat mungkin terjadi bahwa tidak semua anggota grup saling mengenal dan menyimpan nomer kontak. Nah, di sinilah si oknum memiliki celah untuk bertindak. Saat postingannya berhasil membuat banyak orang mengubah DP-nya dengan gambar yang sama (dalam hal ini gambar lilin), si oknum bisa saja mengganti nama profilnya dengan memakai nama romo atau orang lain yang kira-kira bisa dipakai untuk mempengaruhi si calon korban. Kemudian dengan akun ‘profil palsu’ tersebut, ia meminta sejumlah uang seperti terjadi dalam kasus-kasus yang kita kenal dengan ‘mama minta pulsa’. Dari pihak calon korban, karena ia tidak menyimpan nomer kontak tersebut, dan melihat bahwa foto profilnya sama dengan yang ia pakai, maka ia akan lebih mudah percaya dengan si oknum serta mengirimkan sejumlah uang kepadanya.

Namun sekali lagi, poin ketiga ini hanya sebuah pengandaian saya untuk lebih bersikap bijaksana. Pengandaian saya itu hanyalah sebuah pengandaian sederhana, dari seorang yang fakir ilmu tentang IT. Maka Anda juga tak harus mengikuti pengandaian saya ini.  Anda bisa lebih mendalami tentang praktek-praktek penipuan melalui media sosial dari para ahli IT akan jauh lebih bisa menjelaskannya.

Kembali ke poin pertama dan kedua, daripada kita menghabiskan waktu 1 menit untuk mengganti DP atau untuk ikut-ikutan menyebarkan berita semacam itu, jauh lebih baik memakainya untuk berdoa bagi mereka yang menjadi korban Covid-19 serta bagi para petugas medis dan petugas yang berjibaku merawat dan mencegah bertambahnya korban. Di sinilah kita menyalakan lilin pengharapan dan solidaritas. Karena apalah artinya mengganti DP dengan “Lilin Pengharapan” bila kita tidak menyertainya dengan doa yang tulus kepada Allah!?

Mari terus bijak dalam bermedia. Gunakan smartphone kita dengan cara yang smart pula!

Imam SCJ kelahiran Marga Agung (Lampung). Ditahbiskan sebagai imam di Marga Agung 11 Agustus 2016 oleh Mgr Yohanes Harun Yuwono (Uskup Tanjungkarang). Tahun 2015-2017 berkarya di Komsos Keuskupan Agung Palembang. Dan sejak pertengahan 2017 diutus menjalankan studi lanjut di Yogyakarta.

Leave A Reply

Your email address will not be published.