
Balige, Katolikana.com – Lapangan SMA Bintang Timur Balige bergemuruh oleh dentuman gondang sabangunan dan sorak sukacita umat pada Minggu (24/8/2025).
Ratusan umat Paroki Santo Yosef Balige berkumpul untuk sebuah momen bersejarah: Misa Perdana RP. Friwandi Nainggolan, SX, putra asli Balige yang baru ditahbiskan imam Xaverian, kini siap diutus sebagai misionaris ke Beijing, Cina.
Perayaan dimulai dengan penyambutan adat Batak Toba yang penuh makna. Pastor Friwandi disambut keluarga besar dan umat dengan ulos, tortor, dan tali tali tumtuman, topi kebesaran adat sebagai tanda kasih, doa, dan restu.
Nuansa adat yang kental menjadi pengingat bahwa panggilan imamat tidak lahir dalam ruang hampa, melainkan ditopang keluarga, budaya, dan iman umat.
“Ulos ini bukan sekadar kain, tetapi simbol cinta dan doa kami,” ungkap salah seorang anggota keluarga dalam acara adat.

Pintu yang Sempit
Perayaan Ekaristi dipimpin Pastor Friwandi bersama belasan imam konselebran. Dalam homilinya, ia mengangkat Injil tentang “pintu yang sempit.”
“Yesus tidak pernah bicara main-main. Ia mengingatkan kita untuk masuk melalui pintu yang sempit. Kalau ada tantangan, Yesus tidak menyuruh kita menyerah, melainkan berjuang,” tegasnya.
Ia lalu mengaitkan sabda itu dengan perjalanan panggilannya. Imamat, katanya, adalah jalan sempit yang ia pilih dengan kerendahan hati, dan jalan itu kini membawanya dari tanah Batak ke Beijing.
“Aku datang bukan membawa kebanggaan, tetapi membawa kerendahan hati untuk melayani,” ujarnya di hadapan umat.
Sukacita dalam Tortor
Seusai misa, pesta adat digelar dengan meriah. Berbagai kelompok tampil menarikan tortor, antara lain keluarga besar Tulang Naibaho, para imam dan Dewan Pastoral Paroki, pemerintah daerah, biarawan-biarawati asal Balige, mahasiswa STP St. Bonaventura, serta umat rayon Paroki Santo Yosef.
Dentuman gondang berpadu dengan gerak tortor menjadi simbol dukungan umat yang menyertai langkah sang imam misionaris.
“Dulu misionaris datang ke Balige, kini Balige mengutus misionaris,” ujar Pastor Cypriano Barasa, OFMCap., Pastor Paroki Santo Yosef, disambut tepuk tangan panjang umat.
Kesaksian Sang Ibu
Momen haru hadir saat ibu Pastor Friwandi memberikan kesaksian. Ia mengaku sempat berat melepas putranya masuk seminari. Namun dalam doa, ia mendengar suara Roh Kudus: “Bukan nyawanya yang Kuambil, mengapa engkau menangis?”
Kesaksian itu kembali ia kenang saat putranya sakit parah semasa formasi. “Tuhan, Engkau berjanji tidak mengambil nyawanya. Maka, berilah dia kesembuhan,” doanya. Putranya pun sembuh, bertahan dalam panggilan, dan kini berdiri sebagai imam. Tangis bahagia pun pecah, melingkupi aula dengan rasa syukur.
Jejak Panggilan
RP. Friwandi Nainggolan lahir di Silaen, 13 September 1994. Sejak kecil ia hidup dalam keluarga Katolik sederhana. Namun sebelum masuk seminari, ia hanyalah remaja biasa, jarang aktif di gereja.
Benih panggilannya tumbuh ketika ia terinspirasi Pastor Arie van Diemen, OFMCap., misionaris Belanda yang rela meninggalkan tanah kelahirannya demi melayani di Indonesia.
Keputusan masuk Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematangsiantar awalnya hanya karena ajakan teman. Di sanalah ia menyadari bahwa seminari adalah rumah pembinaan panggilan. Meski keluarganya sempat ragu, lambat laun mereka memberi dukungan penuh.
Ia kemudian bertemu dengan Serikat Misionaris Xaverian (SX) dan resmi bergabung pada 2014. Formasi panjang ia jalani di Indonesia dan Filipina.
Kaul kekal diikrarkannya pada 5 November 2024 di Manila, ditahbiskan diakon 1 Desember 2024, dan menerima tahbisan imam 14 Agustus 2025 di Gereja St. Matius Penginjil, Bintaro. Kini, ia resmi diutus ke Beijing, Cina, ladang misi barunya.
Iman yang Hidup dalam Misi
Perayaan Misa Perdana ini ditutup dengan pesan penuh makna. Pastor Cypriano menegaskan, “Hari ini kita bukan hanya merayakan kebanggaan keluarga, tetapi juga kebanggaan seluruh umat. Dari Balige, putra terbaik diutus untuk dunia.”
Pesan itu mengingatkan bahwa panggilan imamat adalah milik seluruh Gereja, bukan pribadi semata. Pastor Friwandi sendiri menegaskan, “Dengan segala kerendahan hati aku melayani Tuhan” (Kis 20:19).
Misa Perdana Pastor Friwandi Nainggolan, SX, menjadi pesta iman yang mengikat seluruh umat Balige dalam syukur dan sukacita.
Dari Balige menuju Beijing, ia menjadi tanda bahwa panggilan Tuhan tetap hidup, menembus batas budaya dan bangsa. Dengan doa dan dukungan umat, Pastor Friwandi kini siap menghidupi misinya: melayani Tuhan dan sesama dengan rendah hati di tanah perutusan baru. (*)
Kontributor: Rikha Emyya Gurusinga

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.