
Katolikana.com—Gelombang pandemi Covid-19 kedua yang merajalela di India berdampak pada Gereja Katolik.
Dilansir dari Matters India, Pastor Suresh Mathew Kapusin, editor majalah Indian Currents merilis daftar kematian terbaru di antara para imam dan biarawati, Sabtu (22/5/2021) lalu.

“Saya terkejut atas kerugian besar bagi Gereja di India,” kata Pastor Suresh Mathew.
Daftar tersebut menunjukkan bahwa gelombang kedua pandemi virus Corona sejauh ini telah menewaskan 181 imam dan 166 biarawati.
India memiliki lebih dari 30.000 imam, baik diosesan maupun religious dan sekitar 103.000 biarawati. Jadi, korban tewas relatif tinggi di antara para imam.
Dalam daftar, 87 kematian imam berasal dari 45 dari 174 keuskupan di India. Jumlah kematian tertinggi berasal dari Keuskupan Agung Trichur (9 imam), Keuskupan Agung Bangalore (4 imam) dan Keuskupan Guntur (4 imam).
Imam Jesuit yang meninggal sebanyak 36 imam, diikuti oleh Karmelit Maria Tak Bernoda 8 imam dan Serikat Sabda Allah 7 imam.
Di antara para biarawati, Misionaris Cinta Kasih melaporkan 14 kematian, menduduki urutan tertinggi.
Sebelumnya, UCANews mengabarkan tiga uskup telah meninggal akibat Covid-19. Pensiunan Uskup Joseph Pastor Neelankavil dari Sagar dari ritus Syro-Malabar, meninggal pada 17 Februari 2021, pensiunan Uskup Agung Antony Anandarayar dari Pondicherry-Cuddalore meninggal pada 5 Mei 2021, Uskup Uskup Basil Bhuriya dari Keuskupan Jhabua meninggal pada 6 Mei 2021.
Pastor Mathew mengatakan, dia mulai mengumpulkan daftar itu pada awal April 2021, setelah dia mulai menerima berita tentang kematian banyak pastor dan suster.
“Dari pengalaman saya sebelumnya, saya tahu kami tidak repot-repot mengumpulkan statistik. Jadi, daftar itu adalah kontribusi saya kepada Gereja Universal,” katanya kepada Matters India.
Imam berusia 49 tahun itu mengatakan, dia juga ingin mengetahui alasan kematian Covid di kalangan para imam seusianya.
“Banyak yang meninggal berusia di bawah 50 tahun,” jelasnya.
Ditanya apa yang telah dilakukan Gereja resmi untuk memantau kematian, Pastor Mathew mengatakan dia mengetahui Pastor Jervis Fernandes, wakil sekretaris jenderal Konferensi Waligereja India (CBCI), meminta para uskup untuk membagikan informasi tentang kasus Covid.
Dia juga mengatakan, dia tidak yakin apa yang telah dilakukan oleh Konferensi Religius India, badan nasional kepala kongregasi religius.
“Siapa pun yang memiliki profesionalisme dalam administrasi atau kepemimpinan dapat mengumpulkan daftar tanpa penundaan, asalkan mereka yang memegang tanggung jawab berbagi daftar itu,” katanya.
Dia bisa menyiapkan daftarnya, yang menurutnya belum lengkap, setelah berusaha keras.
Meski kematian menyakitkan dia, dia percaya itu adalah kehendak Tuhan. “Saat kita melihat dengan mata Tuhan, mereka ada di surga,” katanya.
Pada saat yang sama, “Pertanyaan juga perlu diajukan tentang alasannya. Apakah korban ini disebabkan oleh kesalahan manusia?”
Meninggal Saat Pelayanan
Imam itu mengatakan setidaknya beberapa kasus adalah kesalahan manusia.
“Banyak yang meninggal saat mereka aktif dalam pelayanan. Kami memiliki kasus saudari yang terinfeksi saat bertugas di rumah sakit. Para imam yang melakukan upacara pemakaman kematian Covid-19 lalu tertular,” jelasnya.
Menurutnya, banyak pastor yang bekerja di daerah terpencil meninggal, karena tidak punya akses ke perawatan rumah sakit yang lebih baik.
“Seandainya mereka berada di kota-kota seperti Delhi atau Mumbai, mereka tidak akan kehilangan nyawa,” katanya.
Menurut banyak pastor dan suster tinggal dan meninggal di daerah pedesaan.
“Mereka bekerja di antara orang miskin yang tidak memiliki akses atau mampu membayar rumah sakit berkelas. Mereka mati seperti orang awam yang dilayani,” tambahnya
Terinfeksi Karena Kelalaian
Pada saat yang sama, dia mengetahui beberapa kasus imam terinfeksi karena kelalaian.
“Banyak imam dan religius yang enggan memakai masker, menjaga jarak sosial, atau menggunakan sanitasi. Kita masih melanjutkan tanpa mengamati protokol Covid-19 yang tepat. Kita telah meremehkan hidup,” sesalnya.
Dia juga menunjukkan banyak orang percaya tidak ada yang salah dengan sakit dan menganggap mereka akan sembuh dalam beberapa hari.
“Sebut saja kesombongan atau ketidaktahuan, kita tidak serius tentang protokol Covid bahkan setelah mendengar tentang kematian begitu banyak imam dan religius.”
Menurutnya, saat ini banyak imam yang enggan mendapatkan vaksin.
“Hidup adalah milik Tuhan yang diberikan kepada kita. Kehancuran hidup kita karena kelalaian adalah masalah yang serius. Tolong jaga diri sendiri dan orang lain,” pinta Pastor Mathew.*

Imam religius anggota Kongregasi Hati Kudus Yesus (SCJ); delegatus Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Palembang; pengelola Tabloid Komunio dan Majalah Fiat milik Keuskupan Agung Palembang.