Menjelajahi Assisi, Kota Lahir Santo Fransiskus

Kota Assisi, tempat yang indah bagi wisata di Italia sekaligus menziarahi Santo Fransiskus Assisi.

1 1,881

Katolikana.com, Italia — Assisi, kota kedua setelah Vatikan di Roma, yang banyak dirindukan oleh para peziarah. Ia akan menjelajahi kehidupan santo Fransiskus dan menemukan inspirasi-inspirasi perjalanan rohani. Di kota Assisi inilah Santro Fransiskus dilahirkan pada 1182.

Bagi peziarah rohani di Tanah Air, mengunjungi kota Assisi merupakan suatu kerinduan yang besar. Lebih-lebih bagi saya, seorang Imam Fransiskan, bisa menapakkan kaki di Assisi. Pada bulan September 2018 lalu, saya mendapatkan kesempatan berziarah di sana.

Perjalanan saya ke Assisi dimulai dari kota Roma. Saya memilih menggunakan kereta pagi hari dari Roma agar bisa sampai di kota Assisi jelang siang hari. Saat itu, udara dingin menusuk tulang. Jelang masuk kota Assisi, saya sudah melihat kegagahan Bukit Subasio yang melindungi kota Assisi.

Perjalanan Roma ke Assisi cukup ditempuh dalam waktu dua jam dengan kereta regional. Perjalanan ini Butuh waktu 2 jam dari Roma menuju Assisi dengan kereta regional. Perjalanan amat menyenangkan. Saya menikmati perjalanan kereta karena melewati daerah pedesaan dengan perkebunan anggur dan zaitun. Saya melihat juga pemandangan Lembah Spoleto dan Umbria yang masih seperti digambarkan dalam kisah Fransiskus dari Assisi, hijau dan asri. Sentuhan modernitas hampir tidak terlihat.

Begitu tiba di stasiun kereta Assisi, perjalananan dilanjutkan ke penginapan menggunakan taksi atau bus. Bila memakai taksi, biaya yang dikeluarkan lebih mahal. Sebaiknya, menggunakan bus bila ingin membayar lebih murah. Kita harus membeli tiket bus yang tersedia di beberapa Negozio atau kios, harganya sekitar 1.50 € atau sekitar Rp 25 ribu . Perjalanan dari Stasiun menuju Kota Asisi ditempuh selama 10 hingga 15 menit.

 

Biara Santa Klara yang masih terawat baik, dibuka untuk umum sebagai tempat ziarah rohani. Foto: Alexandro Rangga OFM/Katolikana.com

 

Kota Assisi

Kota Assisi dikelilingi oleh tembok, yang dibangun sejak zaman Fransiskus Assisi, menjadi benteng pertahanan pertama kota dari serangan musuh. Fransiskus sendiri turut serta dalam peperangan antara Assisi melawan Perugia.

Gereja San Damiano, tempat pertama yang saya kunjungi. Letaknya agak di luar tembok kota Assisi. Gereja ini menjadi tempat tinggal Santa Klara dan para pengikutnya. Napak tilas kehidupan para Suster Klaris di tempat ini masih terawat baik. Selain sebagai gereja, tempat ini juga menjadi biara.

Kini sebagian dijadikan lokasi wisata yang meliputi Kapela, halaman tengah, kamar makan, kapela dan kamar pribadi Santa Klara. Sebagian yang lain digunakan untuk Novisiat para Fransiskan Provinsi Assisi. Sayangnya saya tidak sempat bertemu dan berbincang dengan para novis.

Setelah berdoa dan mengabadikan momen ini dengan foto, saya melanjutkan perjalanan menuju Basilika Santa Klara yang terletak di pusat kota Assisi. Di Basilika inilah terletak salib yang terkenal yakni Salib San Damiano. Dalam tradisi Fransiskan, Yesus yang bergantung di salib inilah yang berbicara dengan Fransiskus, “Fransiskus, pergilah dan perbaikilah Gereja-Ku yang hampir roboh.”

Selain Salib San Damiano juga terdapat reliqui Santa Klara: jubah, peraturan hidup, buku doa yang digunakan serta jenazahnya. Karena pengunjung yang begitu banyak serta tidak bisa berlama-lama di depan reliqui, saya melanjutkan perjalanan menuju Basilika Santo Fransiskus Assisi. Basilika ini terletak di ujung kota Assisi. Saya sempat singgah sebentar di rumah Santo Fransiskus pada zaman dulu namun karena sudah tutup, saya hanya bisa melihat dari luar.

Basilika Santo Fransiskus merupakan Basilika yang paling besar di kota Assisi. Seperti hari-hari lainnya, hari ini pun dibanjiri para pengunjung. Baik di dalam gereja maupun di Katakombe. Saya segera menuju Katakombe untuk melihat makam Santo Fransiskus. Saya hanya bisa terharu dan berdoa dengan penuh syukur bisa berada di tempat ini. Hidup dan karya Santo Fransiskus mempengaruhi dan menginspirasi banyak orang dari berbagai latar belakang, termasuk Paus Fransiskus yang adalah seorang Yesuit. Membuncah kebanggaan sekaligus doa agar semakin hari semakin menyerupai sosok yang menyebut dirinya hanyalah seekor keledai atau cacing ini.

Setelah merayakan aura kekudusan ‘Si Kecil dari Assisi’ di depan makamnya ini cukup lama, saya keluar untuk menghirup udara segar kota Assisi. Saya tersentuh oleh aura kekudusannya. Suatu hal yang amat luar biasa karena bertahan hampir delapan ratus rahun.

 

Salib San Damiano diletakan di atas alter Kapel Santo Giorgio, di dalam Basilika Santa Klara Assisi, diperlihatkan pertama kali ke publik pada Minggu Suci 1957. Foto: Alexandro Rangga OFM/Katolikana.com

 

Berkat untuk Assisi dan dunia

Menjelang akhir hidupnya, Santo Fransiskus memberkati Kota Assisi. Berkat itu terasa hingga hari ini. Semua hal yang berkaitan dengan wisata rohani Fransiskus, disediakan oleh orang Assisi. Dua hal paling utama ialah kuliner dan souvenir. Menjual souvenir, bukan hanya sekedar mata pencarian tetapi lebih dari pada itu ialah ungkapan cinta kepada Santo Fransiskus.

Berkat lain yang dirasakan ialah banyaknya pengikut Fransiskus (Ordo I, Ordo II dan Ordo III, regular maupun sekular). Bukan hanya di Assisi tetapi di seluruh dunia. Melihat saya melintasi kota, banyak penduduk Assisi yang menyapa dengan wajah gembira. Beberapa sempat berkata: “Banyak sekali pengikut Il Poverello (Si Kecil, sebutan untuk Santo Fransiskus) yang masih muda, yang datang dari seluruh dunia. Lihat! Lihat!” Agak masuk akal mengingat saya bersama rombongan dari kelompok Fransiskan dari seluruh benua yang sedang menempuh studi di Roma.

 

Bagi saya berkat terbesar ialah mengalami sukacita Fransiskus yang tak lekang oleh waktu. Ia dikenal selalu penuh sukacita, kebahagiaan, dan kedamaian meski sakit, miskin dan kelaparan. Sukacita adalah kekayaan baru.

 

Editor: Basilius Triharyanto

Imam Fransiskan, lahir di Mataloko, Flores pada 1987. Sebelas tahun bertugas di Papua. Kini sedang studi di Roma, Italia. Menulis buku Fenomena Papua: Esai-esai Sosial (2018, SKPKC Fransiskan Papua).

1 Comment
  1. Liest Pranowo says

    Thankyou pater sharingnya. Sy sdg ada si Assisi…dan info info ini membantu sekali

Leave A Reply

Your email address will not be published.