Yogyakarta–Bagaimana sebenarnya cara mendidik atau pendidikan anak dalam keluarga secara benar?.
Untuk menjawab hal itu, Tim Katolikana yang terdiri dari empat orang mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta (Yustinus Satyagraha, Misericordias Domini, Andreas Raditya, dan Intan Murni) menemui Diana Permatasari, seorang psikolog dengan latar belakang psikologi perkembangan sekaligus dosen di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dia menyelesaikan studi magister di Belanda di bidang family studies.
Menurut Diana, pendidikan anak dalam keluarga sangat penting. “Dengan pendidikan, kepribadian si anak akan terbentuk hingga dewasa, bahkan ketika si anak menjadi orang tua,” ujar Diana.
Ia mencontohkan, ketika anak dibesarkan dalam keluarga yang sering memberikan kekerasan entah itu dalam bentuk fisik, verbal maupun seksual ketika ia menjadi orang tua, ia akan melakukan kekerasan seperti itu pada anaknya kelak.
“Ketika seorang anak dibesarkan dalam keluarga dengan latar belakang orang tua yang tidak bisa mendidik anak, maka akan berpengaruh besar pada kepribadian anak,” tambahnya.
Ia memberi contoh latar belakang orang tua yang tidak bisa mendidik anak adalah ayah seorang alcoholic, drug user, atau memiliki masalah kriminal dan ibu memiliki gangguan psikologis.
“Ketika 10 atau 20 tahun lagi, si anak diasuh sama orang tua yang bermasalah, maka anak itu akan bermasalah,” kata Diana.
Pendidikan Anak Usia Dini
Diana membandingan bagaimana pendidikan anak di Belanda ketika sedang mengambil program magister dengan pendidikan anak di Indonesia.
Menurutnya, pendidikan anak di Indonesia kurang diterapkan dalam keluarga. “Ketika keluarga tidak bisa memberikan pendidikan yang layak kepada anak, pemerintah berhak mengambil anak itu dan menitipkannya salah satunya ke panti social,” ujarnya.
Ia menambahkan, cara mendidik anak yang baik dalam keluarga, bisa berkaca pada teori pola asuh anak dalam keluarga yang dicetuskan oleh D. Blumberg Baumrind.
Menurutnya, Baumrind (1967) membagi tipe pola asuh (parenting) menjadi tiga, yaitu otoritatif, otoriter, permisif, dan uninvolved. “Jenis yang paling ideal adalah otoritatif,” ujarnya.
Mengapa pola asuh otoritatif merupakan pola asuh yang ideal dalam keluarga?
“Karena di sini orang tua juga ikut mendengarkan anaknya, bukan melulu anak yang harus selalu mendengarkan orang tuanya. Jadi dua arah, tidak satu arah,” jelas Diana.
Diana menambahkan, mendidik anak dalam keluarga juga perlu melihat tingkat usia si anak.
Dia juga berpijak pada hasil observasi dari luar negeri sekitar tahun 1980-an bahwa gaya pendidikan anak yang dilakukan oleh orang tua di Indonesia berbeda ketika si anak masih kecil dan mulai bertumbuh remaja.
“Ketika masih anak-anak gayanya cenderung membolehkan (permisif),” katanya.***

Yohanes Widodo alias masboi. Guru jurnalisme di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Ayah dua puteri: Anjelie dan Anjani. Bisa dihubungi melalui fb.com/masboi, Twitter @masboi, atau IG @idmasboi.