Cerita Kolaborasi PS Katolik Garis Lucu, Cia Seputro: ‘Karena Ada Olga’

0 243

Katolikana.com – Paduan Suara (PS) Katolik Garis Lucu (KGL) ingin menyuarakan keberagaman dan nasionalisme di kalangan muda Tanah Air. Perbedaan bisa memperkokoh persatuan terutama saat situasi krisis, seperti Pandemi Covid-19.

Pada Minggu (16/8), Paduan Suara Katolik Garis Lucu (KGL) mempersembahkan karya lagu “Berkibarlah Bendera Negeriku” karya Gombloh untuk merayapakan Dirgahayu Kemerdekaan Indonesia ke-75. Kali ini PS GGL berkolaborasi dengan belasan tokoh dari berbeda latar belakang, dari politisi, aktris, aktivis, pastor, dan biarawan-biarawati.

Usai PS KGL meluncurkan proyek ke-6 di channel Youtube Katolik Garis Lucu, kepada Katolikana.com, Koordinator PS KGL Cia Seputro, menuturkan bagaimana karya kolaborasi ini dikerjakan.

Cia Seputro/Foto: cia

Menurut Cia, pilihan lagu menentukan topik yang akan disuarakan dalam proyek ke-6 ini. Ada beberapa lagu kebangsaan, seperti Tanah Airku, Hari Merdeka, dan sebagainya. Namun, ia dan tim memilih lagu “Berkibarlah Bendera Negeriku”, dianggap lebih menjiwai dan dekat dengan ‘jiwanya KGL’.

Lagu ini diaransemen oleh Johannes Purba, seorang musisi dan entertainer dari Yogyakarta.

“Lagunya ngepop dan konteks liriknya sesuai kondisi sekarang,” kata Cia, melalui telepon.

“Aku melihat pada musikal tahun 1998, krisis ekonomi, nggak ada sejahtera. Walau tak seperti tahun 1998, kondisi Covid-19 ini juga ada ekonomi yang sulit,” kata Cia.

Menurut Cia, pilihan lagu itu untuk menyampaikan pesan solidaritas, sikap cinta tanah air. Pesan ini ingin diwujudkan dalam kolaborasi memperingati Dirgahayu Kemerdekaan RI ke-75. Ini ditampakan pada orang-orang yang berasal dari lintas agama, sosial.

Cia mengakui, meski tak terlalu aktif di media sosial, ia tetap memantau twitter, yang gampang terpecah-pecah karena perbedaan. “Logo 75 tahun saja jadi permasalahan” kata Cia.

“Sedikit perbedaan saja dibesar-besarkan,” kata Cia lagi.

Dengan kondisi semacam itu, PS KGL yang memandang musik sebagai media penyampai pesan universal, maka tim PS KGL mengajak kolaborasi dengan person lain untuk menggaungkan kemebali toleransi, kerukunan, dan nasionalisme.

Belasan orang yang bergabung dalam kolaborasi ini, menurut Cia, setuju dengan ajakannya, karena melihat pesan tersebut. “Mereka mau karena kita ingin menyuarakan nasionalisme,” katanya.

Bagi Cia, tak mudah untuk mendapatkan orang-orang itu untuk bergabung. Banyak juga yang menolak ajakannya. Bahkan, ada orang Katolik yang agak ragu ikut karena takut dianggap bagian dari Katolik Garis Lucu.

“Bersyukur ada Olga Lydia yang mau. Karena (ada) Olga, saya lebih mudah mengajak yang lain,” kata Cia.

Selanjutnya politisi dan aktivis Budiman Sujatmiko, Suci Mayang, Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil, Qoumas Ulama NU K.H Ahmad Muwafiq, Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara, Lisa A. Riyanto, Maria Priscilla Idol, Jennifer Odelia, Romo Benny Juliawan SJ, Provinsial Jesuit Indonesia dan aktivis gereja Romesko Purba.

Proses pembuatan rekaman paduan suara ini berlangsung sekitar dua minggu. Para personil paduan suara berlatih dan menyanyikan masing-masing lalu diserahkan rekaman videonya kepada tim editor video.

Sementara, bintang tamu yang diajak kolaborasi melakukan proses perekaman, termasuk latihan, sekitar satu minggu. Ada kendala secara teknis karena yang ikut bukan penyanyi dan ada keterbatasan waktu. Namun mereka mau latihan. “Beberapa ada yang bisa dilatih pribadi, kita kirim musik dan contoh suaranya,” kata Cia.

Produksinya sendiri sekitar lima hari. Tiga hari proses mixing audio, lalu editing video selama dua hari.

Jurnalis dan editor. Separuh perjalanan hidupnya menjadi penulis. Menghidupkan kata, menghidupkan kemanusiaan.

Leave A Reply

Your email address will not be published.