Meneladani Karya Perdamaian Pastor Neles Tebay ‘Sang Penjaga Damai’ di Tanah Papua

Perjuangkan Damai Papua Hingga Akhir Hayatnya

3 851
Pastor Neles Tebay. Foto: Suarapapua.co

Pastor Neles Tebay lahir di Moemani, Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua, 13 Februari 1964. Dia mendapatkan nama adat dari suku Mee yaitu Kebadabi, artinya ‘orang yang membuka pintu atau jalan.’

Setelah tamat dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Fajar Timur, dia ditahbiskan sebagai Imam Diosesan Keuskupan Jayapura pada 28 Juli 1992 di Kabupaten Deiyai, Provinsi Papua.

Pastor Neles Tebay lalu melanjutkan program master di Universitas Ateneo de Manila hingga tamat pada 1997. Sempat mengajar di Universitas Ateneo de Manilla, 1998-2000, tahun 2006 Pastor Neles Tebay menyelesaikan studi doktoral dalam bidang misiologi di Universitas Kepausan Urbaniana.

Pastor Neles Tebay dikenal sebagai salah satu tokoh paling vokal ketika berbicara perdamaian di tanah Papua. Ia menjadi jembatan antara Jakarta dan Papua lewat Dialog Jakarta-Papua.

Ide tentang Dialog Jakarta-Papua muncul karena kegelisahannya terhadap berbagai kasus kekerasan HAM di Tanah Papua dan banyaknya konflik yang belum selesai ditangani.

Menurut Pendeta Jacky Manuputty, Pastor Neles Tebay memiliki sifat yang selalu tegas dalam menyuarakan keadilan di Tanah Papua.

Dialog Jakarta-Papua. IIlustrasi: Majalah Beko

Tokoh Penting dalam Dialog

Dialog Jakarta-Papua menjadi wadah penyelesaian kasus-kasus konflik dan kekerasan di tanah Papua.

“Solusi yang dihasilkan dalam dialog itu bukan solusi yang dipaksakan oleh satu pihak tapi solusi yang didiskusikan bersama dan disetujui bersama oleh kedua belah pihak,” ujar Pastor Neles Tebay dalam salah satu wawancara di kanal Youtube.

“Dialog Jakarta-Papua ini memang benar-benar ditujukan untuk bisa menjembatani pihak-pihak yang bertikai, agar dari dialog ini bisa menghasilkan kejelasan dari kedua belah pihak di mana nantinya dari kedua belah pihak akan sama-sama tahu masalah yang sebenarnya itu apa, dan solusinya juga bisa dimunculkan dari kedua belah pihak,” tambah Pastor Neles Tebay.

Selama ini masyarakat Papua merasakan berbagai ketidakadilan. Mulai dari penembakan orang tak dikenal (KKB), hingga aparat TNI yang melakukan salah tembak terhadap mahasiswa Universitas UMN.

Dari berbagai kasus di tanah Papua, Pastor Neles Tebay menjadi salah satu tokoh Katolik yang tak tinggal diam. Dia ingin agar masyarakat tahu apa yang sebenarnya terjadi di Tanah Papua.

Sebagai aktivis perdamaian di tanah Papua, perjuangannya mengibarkan semangat perdamaian terus digelorakan. Meski demikian, perdamaian di tanah Papua jadi barang mahal. Banyak konflik kekerasan terjadi. Akar permasalahannya adalah kurangnya dialog di antara pihak-pihak yang sedang bertikai.

Kegelisahan itu mendorongnya membangun Jaringan Damai Papua bersama Ketua Tim Kajian Papua LIPI (alm) Dr Muridan S. Widjojo pada Februari 2010. Wadah ini menghubungkan pihak-pihak yang bertikai dan menghimpun berbagai elemen masyarakat mulai dari LSM, dosen, mahasiswa, dan lain-lain.

Pemerintahan Jokowi berusaha menyebarkan misi perdamaian di tanah Papua dengan mengembangkan infrastruktur di tanah Papua. Namun, langkah ini belum menjadi solusi tepat terhadap penyelesaian kasus-kasus konflik dan kekerasan di tanah Papua.

Pada 15 Agustus 2017 beberapa tokoh Papua dipanggil ke Istana Negara untuk membicarakan permasalahan Papua. Pastor Neles Tebay diangkat menjadi orang yang bertanggung jawab di dalam Dialog Sektoral.

Langkahnya dalam menyebarkan karya-karyanya harus terhenti karena Pastor Neles Tebay dipanggil Tuhan pada 14 Maret 2019.

Tanah Papua kembali berduka karena kehilangan salah satu tokoh yang berusaha menjaga damai di Tanah Papua.

Sebelumnya, pada 2010, Papua berduka karena meninggalnya Muridan S. Widjojo, pendiri Jaringan Damai Papua.

Namun pergerakan perdamaian Papua jalan terus karena ini menjadi salah satu cara menghormati karya-karya Pastor Neles Tebay.

Pemikiran Pastor Neles Tebay tertuang dalam beberapa buku:

  1. West Papua: The Struggle for Peace with Justice (2005).
  2. Dialog Jakarta-Papua: Sebuah Perspektif Papua (2009).
  3. Angkat Pena Demi Dialog Papua: Kumpulan Artikel Opini tentang Dialog Jakarta-Papua tahun 2001-2011 (2012).
  4. Reconciliation and Peace: Interfaith Endeavours for Peace in West Papua (2012).

 Keberlanjutan Upaya Perdamaian di Tanah Papua

Kemunculan kasus-kasus kekerasan membuat perdamaian di tanah Papua sulit menjadi kenyataan. Ketika terjadi kasus atau konflik, jarang sekali diadakan dialog seperti diamanatkan oleh Pastor Neles Tebay.

Para pihak terkait di dalam konflik justru melakukan tindakan-tindakan yang merugikan pihak lain. Konsep dialog diperlukan karena penyelesaian konflik melalui kekerasan tidak akan menyelesaikan konflik, justru melahirkan dendam yang tidak akan habisnya. Hal ini bisa berujung pada pelanggaran HAM. Pemerintah Indonesia bisa mengadopsi cara penyelesaian konflik melalui dialog seperti digaungkan oleh Pastor Neles Tebay.

Para tokoh lintas agama punya peran penting untuk melakukan pendekatan-pendekatan yang tidak menggunakan cara-cara represif.

Tokoh perdamaian Papua seperti Pastor Neles Tebay adalah aset penting bagi Papua. Papua merasakan kehilangan sosok Pastor Neles Tebay dan karya-karya perwartaannya.

Deklarasi perdamaian yang diusung oleh tokoh-tokoh lintas Agama Papua pada 9 September 2019 menjadi teguran terhadap pemerintah untuk menciptakan perdamaian abadi dan mengedepankan pendekatan manusiawi  dalam menghadapi konflik.

Para pihak berharap para tokoh bangsa, pemuka agama, tokoh adat dan elemen bangsa untuk membantu bahu-membahu merajut dialog untuk merekatkan kebersamaan.

Harapan  Damai di Tanah Papua

Pastor Neles Tebay adalah sosok yang tak pernah berhenti menyuarakan perdamaian hingga akhir hayatnya. Karya-karyanya tentang perdamaian menjadi abadi.

Perjuangan perdamaian di tanah Papua terus berlanjut. Perdamaian di Tanah Papua terus dibicarakan. Bahkan, koordinator Jaringan Damai Papua Adriana Elisabeth diundang ke acara Mata Najwa pada 2019 untuk berdiskusi mengenai Dialog untuk Papua.

Kita bisa belajar dari teladan Pastor Neles Tebay. Ketika kasus-kasus HAM belum selesai dan banyak kasus kekerasan yang belum terpecahkan, Pastor Neles Tebay tetap setia dengan  menjalankan karya perwartaannya.

Dari buku-bukunya terungkap pesan bahwa penyelesaian sebuah kasus bisa menggunakan cara-cara damai dan tanpa kekerasan dan ketakutan.

Pastor Neles Tebay percaya  akan munculnya harapan perdamaian  di tanah Papua. Dia tak pernah henti memperjuangkan kedamaian melalui Dialog Jakarta-Papua hingga akhir hayatnya.

Mari, lanjutkan karya-karya Pastor Neles Tebay untuk mendamaikan tanah Papua.***

Kontributor: Nicolas Rafael Kreshan Mukti, Mahasiswa Fakultas Hukum Semester 1 Universitas Airlangga Surabaya

 

 

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

3 Comments
  1. […] Kedua pejuang perdamaian yang langka di Indonesia ini menempuh berbagai cara, guna membujuk pihak-pihak yang menjadi aktor konflik Jakarta-Papua, untuk berdialog bersama secara damai. Namun sangat disayangkan sebelum cita-cita mulia dua “nabi perdamaian” ini terwujud Tuhan lebih dulu memanggil mereka. Alhasil hingga detik ini dialog masih tergantung menjadi wacana dan rencana, sehingga dialog mesti menjadi fokus perjuangan semua pihak demi  “Papua Tanah Damai”. […]

  2. […] (2012) dan Reconciliation and Peace: Interfaith Endeavours for Peace in West Papua (2012), (https://www.katolikana.com/2020/11/05/meneladani-karya-perdamaian-pastor-neles-tebay-sang-penjaga-da…, […]

  3. […] dan kedamaian sebagai “Roadmap” menuju Papua Tanah Damai tertuang dalam beberapa buku, https://www.katolikana.com/2020/11/05/meneladani-karya-perdamaian-pastor-neles-tebay-sang-penjaga-da…, […]

Leave A Reply

Your email address will not be published.