Diskusi ‘Fratelli Tutti’, Romo Andreas: “Kita Jangan Terjebak Ego Merasa Diri Kita Benar”

Kaum radikal menjadi tantangan 'Fratelli Tutti'

0 452

Katolikana.com – Menjalin persaudaraan dan persahabatan antarumat manusia adalah salah satu pesan dari Paus Fransiskus melalui ensiklik ‘Fratelli Tutti’ kepada umat Katolik se-dunia. Ensiklik tersebut diterbitkannya di Asisi, Italia.

Dalam diskusi secara daring mengenai ensiklik ini, Tim Kerasulan, Sosial, dan Kemanusiaan (TKSK) Sumbagsel dan Forum Komunikasi Pemimpin Religius (FKPR) Provinsi Gerejawi Palembang, menghadirkan Rm. Andreas Suparman, SCJ (Ketua Dokpen KWI) dan Rm. Fransiskus Purwanto, SCJ (Dosen FTW USD) sebagai pemantik. Hadir pula Rm Albertus Joni, SCJ selaku moderator.

Rm Andreas Suparman, SCJ, mengatakan di awal pembahasan, Fratelli Tutti apabila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia memiliki makna yakni “Semua Bersaudara”.

“Ensiklik ini memang berbicara mengenai ajakan Sri Paus bagi umat Katolik agar mau menjalin persaudaraan dan persahabatan antarumat manusia,” ujarnya, Minggu, 15 November 2020.

Setidaknya ada dua konteks besar yang melandasi Paus Fransiskus menulis Fratelli Tutti. Pertama, adanya pertemuan Paus dengan Imam Besar Al-Azhar pada tahun lalu. Kedua, fenomena pandemi Covid-19 yang terjadi sepanjang tahun ini.

Kedua peristiwa ini, menurut Rm Andreas, menjadi bahan refleksi Paus tentang betapa pentingnya umat manusia menjalin relasi, perjumpaan, dan kerjasama di dunia ini.

“Sebab sejatinya umat manusia tidak bisa hidup dalam keterasingan dan menjauhkan diri satu sama lain,” ujarnya.

 

Andreas Suparman SCJ/Foto: Dokpen KWI

 

Pandangan Paus tentang Fenomena Dunia

Pada bagian inti ensiklik ini, ada delapan bab yang memuat kriitk tajam Paus mengenai beragam fenomena dunia hari ini. Mulai dari sistem ekonomi global yang mengisap martabat manusia, politik yang gagal melayani nilai-nilai kehidupan, hingga pengabaian kaum imigran dan masyarakat adat. Paus juga menyerukan penghapusan perbudakan dan hukuman mati di seluruh negara dunia.

Melalui penjelasan ini, Romo Andreas mengajak peserta untuk memahami pandangan Paus yang melihat hidup sebagai seni perjumpaan dengan setiap orang di pinggiran dunia. Sebab lewat ensiklik ini Paus menekankan bahwa, “Dengan perjumpaan, masing-masing dari kita bisa belajar sesuatu dari yang lain.”

Selain itu, Paus juga menyampaikan otokritiknya kepada Gereja. Di antaranya, adanya beragam masalah yang menimpa tubuh gereja. Paus meminta agar Gereja harus berani membuka diri untuk mengakui kebenaran. Karya perdamaian, kata Paus, hanya dapat tercipta dari kebenaran, keadilan, dan belas kasih.

Dalam pertemuan daring itu, Rm Frans menguraikan tentang cara mempraktekkan ensiklik ini di dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, mewujudkan Fratelli Tutti adalah kerja kolektif yang melibatkan peran Gereja lokal. Ini artinya, para rohaniwan (dan biarawan-biarawati) tidak boleh bersikap egois dan merasa bisa menerapkan ensiklik ini melalui karya pribadi.

“Rohaniwan bukanlah pekerja sosial,” ujarnya tegas.

Justru, kata dia, para rohaniwan (dan biarawan-biarawati) harus mau berbaur degan awam dan membuka diri terhadap keterlibatan awam. Tujuannya, supaya kaum awam dapat turut andil menjadi kepanjangan tangan Roh Kudus dalam upaya bersama membumikan ajaran Sri Paus.

Cara Menjalin Persaudaraan dengan ‘Kaum Radikal’

Salah satu pertanyaan menggelitik yang disampaikan oleh seorang peserta diskusi. “Bagaimana caranya kita bisa menjalin persaudaraan dengan orang-orang yang ‘radikal’ dan menutup diri dari kita? Apalagi kalau kita melihat perkembangan situasi yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia.”

Romo Frans menjawabnya, bahwa hal itu merupakan sebuah tantangan. Kita semua, kata dia, harus terus mencari cara kreatif dan tidak menyerah untuk mengupayakan perjumpaan dengan orang-orang yang berbeda, baik yang bersikap bersahabat maupun dengan yang tidak.

Romo Andre menambahkan, bahwa kuncinya kita harus selalu merendahkan diri.

“Kita jangan terjebak ego merasa diri kita benar, lantas kita merasa tidak butuh berinteraksi dengan orang yang kita anggap salah,” ujarnya.

Dalam sesi penutup, Rm Andre berpesan, agar kita harus tetap bersedia menemui orang-orang yang berbeda dengan berbekal kerendahan hati. Dengan demikian, kita dapat menjalin persaudaraan dengan semua orang. Persis seperti pesan utama yang ingin disampaikan Sri Paus melalui ensiklik terbarunya ini. (Yen)

Laporan Kontributor Ageng Yudhapratama, Jakarta

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.