Umat Katolik di Bali Juga Ikut ‘Merayakan’ Nyepi, Salah Satunya dengan Tidak Bepergian

Kami tidak boleh keluar sama sekali, bahkan data seluler pun mati!

0 1,354

Katolikana.com—Apabila ada hari raya yang paling relevan untuk dirayakan saat pandemi, maka Nyepi adalah jawabannya. Apa yang harus dilakukan orang saat pandemi, serupa dengan yang dilakukan orang saat Nyepi.

Hari Raya Nyepi di Bali tidak hanya menyentuh penganut agama Hindu saja, tapi juga umat beragama lain, termasuk pemeluk agama Katolik.

Setidaknya itu yang dialami dan dirasakan oleh Maria Friday Letisia alias Ida (21 tahun), mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan Velly Christine (20 tahun), mahasiswa Universitas Petra Surabaya. Keduanya adalah penganut agama Katolik yang tinggal di Bali.

Nyepi di Tengah Pandemi. Infografis: Tim

 

Hari Raya Nyepi Mirip Hari Natal

Pada Hari Raya Nyepi, orang-orang harus berdiam diri di rumah. Bagi umat beragama Hindu, terdapat empat larangan yang harus dilaksanakan, yakni amati karya (tidak boleh bekerja), amati lelungan (tidak boleh bepergian), amati geni (tidak boleh menyalakan api), dan amati lelanguan (tidak boleh bersenang-senang).

Bagi Velly, Hari Raya Nyepi adalah salah satu hari raya yang justru selalu ditunggu. Memiliki latar belakang keluarga besar beragama Hindu dan Katolik, menjadikan suasana sejak H-1 hingga hari H Nyepi menyenangkan bagi Velly. Hal yang paling ia suka adalah adanya banyak makanan dan bintang di malam hari.

“Ini adalah salah satu kesempatan di mana kita bisa kumpul bersama keluarga karena semuanya ada di rumah. Kami tidak boleh keluar sama sekali, bahkan data seluler pun mati,” cerita Velly, Minggu (14/3/2021).

Satu hari sebelum Nyepi, Velly biasanya mengunjungi rumah keluarganya yang merayakan Nyepi. Hari tersebut disebut juga Pengrupukan. Saat itu, terdapat banyak makanan yang diceritakan Velly dengan bersemangat.

Menurut Velly, Hari Raya Nyepi itu serupa dengan Hari Raya Natal yang membawa banyak manfaat. “Mungkin bukan dalam agama, tapi, kita jadi bisa berkumpul dengan anggota keluarga, dan bisa menyisihkan waktu buat keluarga,” terangnya.

Bali Sebelum Pandemi. Foto: Bisnis Bali

 

Ida juga melihat bahwa Hari Raya Nyepi adalah momen spesial dan menarik di Bali.

Besar dan bertumbuh di Pulau Dewata membawa Ida pada pemahaman bahwa hari raya yang dirayakan umat Hindu ini ternyata dijalankan oleh umat semua agama. Aturan untuk tidak bepergian berlaku bagi semua masyarakat khususnya yang bertempat tinggal di Bali.

“Kita ada di bawah aturan dan adat istiadat yang sudah lama ada. Mulai dari umat bergama Islam, Kristen, Katolik, Buddha, bahkan Konghucu turut mengayunkan bendera toleransi dengan menghargai peraturan pada Hari Raya Nyepi,” ujar Ida.

Maria Friday Letisia. Foto: Dokumentasi Pribadi

Nyepi di Tengah Pandemi

Hal yang dikhawatirkan Ida saat mengetahui perayaan Nyepi bertepatan dengan hari Minggu ialah bagaimana umat Kristiani dan Katolik akan melaksanakan ibadahnya.

“Gimana ya hari Minggu ini, kan bertepatan sama Nyepi. Gimana caranya kita misa? Sementara aturannya tidak ada data seluler, tidak ada TV, tidak ada siaran, dan lain-lain,” ujarnya sedikit khawatir.

Namun, pada Perayaan Nyepi tahun 2021 ini, pemerintah dan keuskupan di Bali sudah kooperatif memutuskan bahwa segala aktivitas peribadatan dipindah ke hari Sabtu.

Velly Christine. Foto: Dokumentasi Pribadi

Pada hari Sabtu (13/3/2021), umat Kristen Protestan dan umat Katolik dapat menjalankan ibadah terlebih dahulu, lantas pada hari Minggu turut merayakan Nyepi.

Mengingat situasi dan kondisi pandemi, pemerintah memutuskan untuk tetap menyalakan jaringan internet, baik bagi rumah tangga, juga khususnya tempat pelayanan vital seperti Rumah Sakit.

Berbeda dengan Ida, Velly mengaku secara esensi tidak ada yang banyak berubah pada saat Nyepi. Namun, persiapan seperti berbelanja ke supermarket, dan lainnya yang dirindukan Velly.

“Sebelum masa pandemi Covid-19, ketika Pengrupukan itu kita bisa menyaksikan Festival Ogoh-Ogoh. Warga berkumpul di jalan dan menyaksikan Ogoh-Ogoh sejak sore hingga malam hari,” ujarnya.

Festival Ogoh-Ogoh pada hari Pengrupukan. Foto: Info Wisata Kintamani Bali

 

Menurut Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana, berdasarkan Surat Edaran Bersama Nomor 009/PHDI-Bali/I/2021, Nomor 002/MDA-Prov Bali/I/2021 Tahun 2021. Menurut Surat Edaran itu, Ogoh-Ogoh bukanlah rangkaian wajib pada Hari Raya Nyepi. Mengingat situasi pandemi, untuk mengurangi kerumunan, Ogoh-Ogoh ditiadakan. []

Kontributor: Damarra Kartika Sari, Valencia Yuniarti Sutjiato, Frederica Nancy Sjamsuardi, Silvester Alvin Basundara (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.