
Katolikana.com—Perkembangan teknologi digital memudahkan generasi milenial untuk mengeksplor dunia dan menjadi lebih produktif.
Jasmine Mutia Salsabila, perempuan kelahiran 21 Maret 2000 ini berhasil memanfaatkan kemajuan teknologi dengan baik dan menjadi anak muda produktif di usia muda.
Mahasiswi Teknik Industri Universitas Gadjah Mada ini mengaku senang mengikuti lomba. Salah satu pencapaian terbesar Jasmine adalah menjadi perwakilan Indonesia untuk melakukan pidato mengenai poverty di acara United Nations saat kelas 3 SMP.
Di bangku kuliah, ia juga kerap mengikuti berbagai kompetisi mahasiswa bergengsi dan menjadi juara di tingkat nasional.
Pencapaian Jasmine semasa kuliah:
- Beasiswa fully funded Singapura-Malaysia.
- Penerima beasiswa XL Future Leaders dan Pertamina Beasiswa Sobat Bumi.
- Juara di WOW Case Competition 2020
- SCHNEIDER GO Green
Hobi Ikut Lomba
“Aku suka banget ikut lomba. Menurutku, itu menyenangkan banget. I think because I like to win, and also, I want to make my parents proud of me! Rasanya senang aja gitu melihat orang tua senyum dan bangga sama aku,” tuturnya.
Selain senang mengikuti lomba, perempuan berdarah Sumatera-Chinese ini juga aktif dalam berorganisasi.
Ia sempat mengikuti dua organisasi selama di kampus, dan kini tengah mengembangkan dua organisasi baru yakni 180 Degrees Consulting UGM dan Women Beyond Indonesia.
Walau sibuk dan aktif di berbagai tempat, namun Jasmine juga tidak mengesampingkan akademiknya. Ia bahkan sempat menjadi asisten dosen dan mendapatkan IPK cum laude 3,84.
Tulis Rencana Aktivitas
Bagaimana cara membagi waktu? Jasmine mengaku melakukan beberapa cara agar tetap dapat maksimal dalam setiap kegiatannya.
“Aku selalu menulis apa yang mau aku lakukan. Aku tulis di Google calendar, semua kegiatan aku timerin. Even aku lagi nonton Netflix pun aku timerin. Aku juga coba menulis mana kegiatan yang lebih prioritas dan harus aku kerjakan duluan. Aku tidak suka multitasking, karena menurutku dengan multitasking malah tidak efektif,”ucapnya.

Berangkat dari Keresahan
Sebagai salah satu mahasiswa aktif berorganisasi, Jasmine mengaku kerap merasakan diskriminasi di lingkungannya.
Menurut Jasmine, lingkungan sekitarnya kurang mendukung jika ada wanita yang ingin maju sebagai pemimpin.
“Pernah ada teman perempuanku yang mengajukan diri sebagai ketua angkatan. Lalu, kakak tingkatku berkomentar, ‘Kok cewek sih yang maju?’ Seakan-akan temanku tidak pantas untuk menjadi ketua angkatan. Padahal menurutku she’s capable enough. Tapi kenapa tidak boleh maju menjadi ketua angkatan?” curhatnya.
Jasmine juga pernah mengalami hal yang sama. Saat itu, ia mendapat kesempatan menjadi ketua divisi human resources di organisasi himpunan fakultas. Namun, tak jarang ia mendapat cemoohan dari teman-teman sekitarnya.
“Dibilanglah, cewek kok jadi ketua? Nggak panteslah. Cewek kan baperan, cewek kan bossy. Duh, gimana, ya? Aku merasa lingkunganku ini sangat patriarki kalau ada perempuan yang menjadi pemimpin. Kayak kami selalu dianggap tidak pantas untuk memimpin,” tuturnya lagi.
Berangkat dari pengalaman inilah, Jasmine membangun Women Beyond Indonesia. Bersama dua temannya, Yachinta dan Erica, mereka bersama-sama membangun Women Beyond Indonesia karena merasa memiliki pengalaman yang sama.
“Waktu itu aku berbincang dengan Yachinta. Kita sharing kenapa ya wanita selalu dipandang tidak pantas menjadi pemimpin? Ada tidak ya wadah yang aman untuk kita sharing mengenai hal ini? Wadah untuk para perempuan yang ingin menjadi pemimpin di Indonesia gitu,” tuturnya.
“Akhirnya, kita mulai berfikir untuk membentuk sebuah komunitas. Kami juga mengajak Erica, untuk membangun Women Beyond. Begitulah, sampai akhirnya bisa berdiri seperti sekarang,” lanjutnya lagi.

Hingga kini, ada 20 orang anggota tim yang tergabung dalam Women Beyond. Meski baru berumur delapan bulan, mereka telah sukses meraih 3000 followers di Instagram dan mengajak lebih dari 500 orang untuk berpartisipasi dalam program-program mereka.
Jasmine juga menegaskan komunitas yang ia bangun bukanlah semacam komunitas feminisme garis keras. Ia berkata, masih ada yang salah kaprah dengan konsep yang dibawa Women Beyond. Kadang, orang mengira Women Beyond hanya sekadar membawa konsep feminisme dan ingin ‘menindas’ kaum laki-laki.
“Waktu membangun Women Beyond, aku baru tahu kalau feminisme itu banyak macamnya. Ada feminisme yang memang ingin setara dengan laki-laki dan menindas laki-laki. Kalau kayak gitu, apa bedanya dengan sistem patriarki? Berarti kita bakal menguasai dunia, pemimpin akan penuh dengan perempuan. Jadi apa bedanya dong sama sistem patriarki jika kita malah juga menindas kaum laki-laki?” paparnya.
Jasmine dan teman-temannya ingin membangun Women Beyond sebagai wadah positif untuk kaum perempuan yang ingin menjadi pemimpin, tidak harus memimpin suatu tim atau organisasi, namun dapat memimpin dirinya sendiri.
Mereka berharap dapat menghilangkan stigma-stigma buruk mengenai perempuan ketika menjadi pemimpin, serta tidak ada lagi ketidaksetaraan gender ketika akan menjadi pemimpin.
“Harapannya di masa depan stigma bahwa perempuan itu sensitif, baperan, bossy dan sebagainya sudah tidak ada lagi. Siapa pun yang menjadi pemimpin, mau itu perempuan atau laki-laki, sama aja asal mereka memang capable. Tidak lagi berat sebelah,” tuturnya.
Be Proactive, not Reactive!
Perempuan yang gemar menonton film science fiction ini berpesan kepada para generasi muda masa kini untuk lebih pro-active bukan malah reactive.
“Lebih baik berfokus pada satu tujuan yang dapat dituju daripada mendengar omongan tidak penting dari lingkungan sekitar. Omongan orang lain tidak pernah bisa diubah, tapi kita dapat mengubah diri sendiri untuk lebih baik,” tegasnya.
Jasmine mengaku pernah merasa down ketika mendapat omongan buruk dari sekitarnya. Ia terus berfikir mengapa orang-orang mengatakan hal yang tidak sepenuhnya benar mengenai dirinya.
Kini, Jasmine belajar bahwa mau sebaik apapun dirinya, jika mereka memang tidak suka mereka akan terus mencari celah untuk menjatuhkan.
“Jangan pernah dengerin omongan orang. Focus only on one things that you can change. Find people who will support you, who knows you are. Niscaya, kamu bakal bisa fokus dengan semua tujuan kamu dan menjadi versi terbaik dari dirimu sendiri,” tutupnya. []
Kontributor: Cornelia Maria Radita, Genoveva Sekar Jemparing, Ni Nyoman Vena Riana Dewi, dan Anastasia Mellania Kartika Putri (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.