Seroeni! Harumkan Musik Tradisi

Setiap Pentas Selalu Menyanyikan “Hong Wilaheng”

0 269

Katolikana.com—Tantangan membawa seorang Jagad Mellian Tejo Ndaru, atau akrab disapa Unggul, membuat grup musik dengan berbagai cerita di dalamnya.

Tahun 2015, Seroeni! lahir sebagai embrio baru dan harapan untuk terus lestarinya musik etnik pop Indonesia.

Sebagai pemimpin Seroeni! Unggul menceritakan kisahnya kala ia diberikan tantangan membentuk grup musik yang tidak biasa.

“Dulu dapat job manggung, ada challengenya disuruh membentuk lima orang untuk main musik tapi yang anti mainstream,” tutur Unggul.

Pertemuan dari sebuah tantangan ini menjadikan Unggul dan kawan-kawan ketagihan. Nama ‘Seroeni—kepanjangan ‘Suaraning Ati’—akhirnya terus dipakai dan harum berkarya hingga sekarang.

Pentas dan Tawaran Manggung Seroeni!:

  1. Mataram Culture Fest.
  2. “Panggung Sandiwara” Universitas Gadjah Mada.
  3. “Gugur Gunung” oleh Jurusan Sastra Jawa Univeritas Gadja Mada.
  4. Indonesia Kriya Festival.
  5. Malioboro Night Festival.

Dalam perjalanannya, grup musik beraliran etnik akustik dan pop ini mulai bertambah personil. Awalnya, Seroeni! beranggotakan lima orang, kemudian menjadi tujuh orang dengan keterampilan musik yang beragam.

“Akhirnya mulai nyari-nyari orang dan dapat vokal baru, bass, dan lain-lain,” ungkap Unggul kepada Katolikana, Senin (14/3/2021).

Mengapa aliran etnik akustik pop yang dipilih sebagai wajah Sereoni!!?

“Awalnya lima orang, masing-masing bisa apa? Misalnya, aku di gamelan, ada yang bisa di biola, gitar. Kita eksplorasi dan ternyata bisa,” kata Unggul.

Seroeni memperingati Sumpah Pemuda. Foto: instagram.com/seroenijogja

Seroeni! dan Akulturasi

Perbedaan ada pada setiap aliran musik yang digemari anggota Seroeni!. Unggul seorang pemain gamelan, namun ia mengaku gemar dengan genre musik jazz dan rock. Sementara, anggota lain ada yang gemar musik dangdut, indie, dan pop.

Seroeni! akhirnya bereksplorasi menggabungkan semua aliran dan diolah dengan musik tradisional sehingga tahu sampai mana musik tradisional bisa masuk.

“Jujur Sereoni! itu latar belakangnya sangat beragam. Contohnya, aku dan Vian itu gamelan, Jemparing latar belakangnya orkes, Andra dangdut, Cemara itu pop banget. Tata sebagai vokalis itu seriosa,” jelas Unggul.

Tak hanya beragam aliran musik, personil Seroeni! juga punya kepercayaan yang beragam hingga menjadikan Seroeni! begitu terasa akulturasinya.

Unggul sebagai pemimpin memiliki ketertarikan pendidikan di ranah kebudayaan dan Sastra Nusantara. Ia beragama Katolik dan memiliki kepercayaan Kejawen.

Seroeni! digawangi oleh sanggar kesenian Omah Cangkem Management yang dikelola keluarga Unggul yang masih memegang erat kepercayaan Kejawen.

Ini berpengaruh pada kebiasaan Seroeni! menyanyikan lagu “Hong Wilaheng” pada awal pertunjukan sebagai representasi rasa syukur dan doa sekaligus memohon kelancaran dalam setiap pertunjukan.

Mereka kadang menggunakan tumpeng sebagai persembahan bagi Sang Khalik sebagai tanda terima kasih dan syukur.

Kebiasaan yang sarat tradisi ini disambut baik setiap anggotanya, termasuk Andra, pemain ketipung yang beragama Islam, serta tiga anggota lain yang beragama Katolik.

Anggota Seroeni! juga punya latarbelakang pendidikan yang beragam, mulai dari kedokteran, hingga komunikasi.

Intinya, perbedaan bukan alasan ‘mematikan’ Sereoni!!. Lewat musik, Sereoni!! menjadikan semua satu padu dan berjalan beriringan.

Perbedaan menjadikan karakter anggotanya makin bersinar, sesuai cara dan jalannya masing-masing.

Kecintaan terhadap tradisi tanah air membuat Seroeni! kini tengah meraba-raba jalan kesuksesannya.

“Sekarang kami masih coba-coba. Kita ingin melihat, kita bisa apa sih dengan menggabungkan unsur tradisi dan modern?” jelas Unggul.

Seroeni! Kala Pandemi

Selama pandemi, Seroeni! mengupayakan tetap berkarya. Mereka konsisten berlatih memperkaya skill dengan mencoba berbagai macam genre lagu menggunakan gamelan dan alat musik lainnya.

Pandemi sempat membuat rencana rilis lagu tertunda. Sambil menunggu, Seroeni! mempersiapkan karya terbaru dengan fokus pada tahap recording.

Kegiatan manggung juga masih berjalan dengan mematuhi protokol kesehatan.

Kolaborasi Musik Modern dan Tradisional

Selain aktif mengaransemen lagu, Seroeni! juga mengeluarkan karya sendiri. Sebut saja ‘Kasih’ (2018) dan ‘Cerita dalam Diam’ (2019).

Lewat karya tersebut, Seroeni! ingin menjunjung musik tradisi agar dapat naik ke kancah nasional serta dinikmati semua orang.

Menurut Unggul selama ini musik tradisi hanya bisa dinikmati kalangan tertentu yang paham dengan aliran musik tersebut.

“Sebenarnya tidak terbatas pada satu aliran musik saja. Tapi kita benar-benar mau mencari yang bisa masuk ke etnik Indonesia itu seperti apa,” tambah Unggul.

Terlepas dari kata ‘eksperimental’ yang jadi alasan adanya grup ini, Unggul memilih genre lagu yang memang bisa berkembang di Indonesia, yaitu lagu asli Indonesia.

Unggul  mencontohkan negara-negara lain yang masyarakatnya mengkolaborasikan budaya modern dan musik tradisi asli.

Misalnya, Jepang yang identik dengan film anime Naruto. Naruto membahas bagaimana seorang ninja yang menjadi ikon Jepang dikemas dengan musik hasil akulturasi budaya Jepang dan modern sehingga dapat diminati masyarakatnya, bahkan meluas ke berbagai negara.

“Kalau kita hanya membawa musik tradisional, dampaknya tidak bisa terlalu luas karena hanya beberapa orang saja yang bisa menikmati,” tutur Unggul.

Lewat Sereoni!!, mereka ingin masyarakat turut ambil bagian melestarikan budaya, diawali dengan mendengarkan lagu-lagu Seroeni!

“Tak harus muluk-muluk. Cukup dengarkan saja menurutku itu sudah termasuk melestarikan,” ujar Unggul.

Mikha Azarya, seorang pendengar dan pengagum Seroeni! mengatakan  Seroeni! adalah band yang unik.

Sebagai seorang yang lahir dan tumbuh di Yogyakarta, Mikha jarang menemukan band yang menggunakan alat musik tradisional seperti gamelan.

“Sereoni! berhasil menggabungkan akustik dan alat musik tradisional. Menurutku itu yang membedakan Seroeni dengan yang lain,” tutur Mikha.

Kata ‘orisinil’ tepat dilayangkan, mengingat pada setiap lagu garapannya, Seroeni! selalu mengangkat makna tersendiri sehingga setiap alunannya mempunyai feel yang berbeda.

Menurut Mikha, anggota Seroeni! sangat open minded terhadap masukan-masukan orang lain.

“Ketika selesai membuat lagu pasti ada diskusi dulu. Kurangnya apa, apa yang perlu ditambahkan,” jelas Mikha.

Lagu apa yang berkesan? Mikha dengan mantap menjawab: “Lagu Kasih! Instrumennya itu terngiang-ngiang sekali.”

Mikha menambahkan, penampilan Seroeni! ketika mengaransemen dan membawakan lagu ‘Bendera’ merupakan salah satu favoritnya.

Vibesnya jadi fun, dan ketika Seroeni! yang membawakan, lagu itu jadi semakin ‘wah’ gitu,” tambah Mikha.

Sebagai pendengar setia Seroeni! Mikha berharap grup etnik pop yang menjunjung lestarinya lagu Indonesia ini dapat membawakan lagu-lagu Barat yang sedang hype di masyarakat dengan gaya khas Seroeni!.

“Merambah lagu Barat untuk diaransemen dengan gaya Seroeni sepertinya asyik juga,” tutup Mikha.

Seroeni!, Suaraning Ati, tengah mempersiapkan berbagai ‘aksi’ untuk mengetuk banyak hati untuk belajar mencintai dan menghormati setiap perbedaan, memupuk aset berharga Indonesia, dan menciptakan sinergi akulturasi calon penerus bangsa.[]

Kontributor: Anastasia Mellania Kartika P, Genoveva Sekar Jemparing, Cornelia Maria Radita, Ni Nyoman Vena Riana D

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.