Testimoni Afra (2): “Berlindung” di Balik Jubah

Sang Pastor ingin tetap mencintai Afra, tanpa menanggalkan jubah imamatnya.

0 2,584

Katolikana.com – Ditemani saudara-saudaranya, Afra memenuhi panggilan Bapa Uskup. Ia akan menggunakan kesempatan itu sekaligus untuk memberikan  informasi bahwa MT menghilang dan tidak bisa dihubungi sama sekali. Saat itu Uskup berjanji akan mencari MT.

Tiga hari kemudian, keluarga Afra datang lagi ke keuskupan untuk menanyakan informasi tentang pencarian MT. Namun, sang uskup tidak berada di tempat.  Ia dan keluarganya hanya bisa meninggalkan berkas pernyataan sikap keluarga.

BACA! Laporan Khusus: Nyanyi Sunyi “Mantan” Biarawati Korban Aksi Kekerasan Seksual di Jantung Gereja 

Baru sekitar satu bulan kemudian, kabar keberadaan MT terendus. Pada 14 Juni 2020, beberapa pastor delegasi Keuskupan Weetebula mendatangi rumah Afra. Di rumah Afra pimpinan delegasi menyampaikan informasi tentang upaya yang dilakukan keuskupan dalam mencari keberadaan MT.

Ternyata MT telah keluar dari Sumba dan berada di Surabaya, Jawa Timur. Kabarnya, ia sedang menjalani pendampingan dari seorang pastor.

Setelah kedatangan delegasi,  Afra terus menuntut pertanggungjawaban. Untuk itu ia terus berusaha menemui uskup untuk menanyakan mengapa MT tidak kembali. Ia ingin MT mempertangungjawabkan perbuatannya.

Afra juga menempuh langkah lain. Ia meminta bantuan lembaga kemanusiaan yang mendampinginya untuk meminta MT kembali ke Weetebula. Setelah beberapa pihak membuat desakan, MT pulang ke keuskupan.  Mediasi pun mulai berlangsung.

BACA! Testimoni Afra (1): “Mantan” Biarawati Korban Aksi Kekerasan Seksual oleh Seorang Pastor 

“Pada 2 September 2020, saya dan keluarga diundang oleh Keuskupan dan dipertemukan dengan MT,” tutur Afra seraya menambahkan  keterangan bahwa saat bertemu keduanya hanya sama-sama diam. Afra tidak bisa berbicara hingga hari berikutnya.

Keesokan harinya, ketika Afra sudah mampu berbicara lagi, kepada MT ia menyampaikan pertanyaan, “Bagaimana dengan persoalan kita? Kenapa ko pergi?”

Saat itu ia menerima jawaban dari MT. MT menyebut kejadian (hubungan seksual)  itu sebagai hal yang situasional. Demi menerima jawaban seperti itu, Afra langsung meminta MT bertanggung jawab karena di matanya, MT sudah tak layak lagi menjadi imam.

Afra juga mengingatkan bahwa persoalan (kejahatan seksual) yang diduga dilakukan MT bukanlah kali yang pertama, melainkan sudah kali kedua. “Pantaskah kamu menjadi seorang imam dengan situasi seperti ini?” tutur Afra. “Lalu ketemu perempuan di mana-mana, ko (akan) bilang situasional lagi,” sambung Afra.

Kata-kata Afra ditanggapi MT. Menurut MT, Afra mencintai dirinya sebagai seorang imam. “’Sa tetap sayang sama kamu, tapi sa tetap menjadi seorang imam’,” ujar Afra lagi, menirukan kata-kata MT.

Menerima tanggapan seperti itu, Afra membalas tegas. “Kalaupun kamu tidak jadi menikah dengan saya, sa juga tida mau karena kamu seorang pengkhianat.”

MT bersikukuh tak mau menanggalkan jubah imamatnya. “Saya tetap (mau) jadi pastor,” kata Afra, kembali menirukan MT. Saat itu juga, MT menyampaikan bahwa dirinya telah mendapatkan hukuman suspensi dari Bapa Uskup. Setelah menjalani  hukuman itu, kata MT, ia bisa kembali menjalani  lagi tugasnya  sebagai pastor.

Tak ada kesepakatan apa pun yang dihasilkan dalam pertemuan dengan MT itu. Menurut Afra MT tetap keukeuh. Ia menolak menanggalkan jubah imamatnya.

— Bersambung ke tulisan — Sanksi Berat Uskup Tak Kunjung Tuntaskan Kasus

Editor: JB. Pramudya

Jurnalis dan editor. Separuh perjalanan hidupnya menjadi penulis. Menghidupkan kata, menghidupkan kemanusiaan.

Leave A Reply

Your email address will not be published.