Apa Tujuan Hidupku? Latihan Rohani 23 dari Santo Ignatius Mungkin Bisa Menjawab Pertanyaanmu

Bagi Santo Ignatius, tujuan hidup sejati manusia adalah: “memuji, menghormati, serta mengabdi Allah Tuhan kita, dan dengan itu menyelamatkan jiwanya.”

0 4,291

Katolikana.com—Anggota Serikat Jesus (SJ) dan mereka yang mendalami spiritualitas Ignatian sangat akrab dengan Latihan Rohani. Seperti ditulis oleh Romo L.A Sardi SJ, Latihan Rohani merupakan sintesis pengalaman rohani transformatif Santo Ignatius.

Menurut Romo Sardi SJ, Latihan Rohani membentuk kerohanian Santo Ignatius dan selanjutnya menjadi kekayaan rohani untuk sesama serta merupakan cara reksa jiwa-jiwa. Latihan Rohani berisi kumpulan bahan dan petunjuk meditasi atau kontemplasi yang tersusun dalam sebuah dinamika sebagaimana termuat di dalamnya (built in).

Agustinus Lanang Panji Cahyo SJ (21), mahasiswa STF Driyakara Jakarta, mengungkapkan, Latihan Rohani merupakan bukti dari pengalaman Santo Ignatius Loyola dalam melakukan meditasi, kontemplasi, dan membebaskan diri dari kelekatan-kelekatan duniawi.

“Latihan Rohani itu salah satu bentuk olah rohani atau spiritual orang-orang Kristiani,” ujar Fr. Cahyo ketika dihubungi Katolikana, Jumat (18/6/2021)

Fr. Agustinus Lanang Panji Cahyo, SJ

Tujuan Hidup

Apa tujuan hidupku? Untuk apa hidup yang singkat ini? Untuk apa mencapai gelar, bangun pagi-pagi untuk bekerja, memperoleh banyak teman? Untuk apa kita hidup? Apa tujuan hidup ini?

Menjawab pertanyaan yang tak habis untuk dibahas itu, Santo Ignatius Loyola menawarkan suatu tujuan hidup yang amat mendasar. Ia menuliskannya di dalam Latihan Rohani 23.

Menurut Benicdiktus Juliar Elmawan, SJ, bagi Ignatius, tujuan hidup sejati manusia adalah: “memuji, menghormati, serta mengabdi Allah Tuhan kita, dan dengan itu menyelamatkan jiwanya.”

Latihan Rohani Nomor 23 yang bertopik asas dan dasar menyimpulkan beberapa hal tentang tujuan hidup manusia menurut Santo Ignatius Loyola.

“Menurut saya ini inti dari Latihan Rohani karena sangat sulit untuk dijalankan. Asas dan Dasar, sesuai namanya, adalah bagian paling mendasar bukan dalam Latihan Rohani saja, melainkan dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Fr. Cahyo.

Menurutnya, semua orang mempunyai asas dan dasar masing-masing tetapi kadang asas dan dasar tersebut tidak membawa orang itu kepada dinamika yang bermakna.

Santo Ignatius menawarkan Asas dan Dasar miliknya melalui Latihan Rohani untuk menuntun orang kepada hidup yang lebih bermakna, jika sebagai orang Kristiani hidup yang lebih bermakna adalah hidup yang lebih beriman.

Lepas Bebas

Menurut Asas dan Dasar dalam Latihan rohani, semua ciptaan-Nya adalah sarana untuk mencapai tujuan manusia yaitu mencari keselamatan melalui Allah.

Sarana harus digunakan selama hal tersebut membantu diri mencapai tujuan. Akan tetapi jika sarana tersebut malah menjauhkan diri dari tujuan, manusia harus mengambil sikap untuk melepaskan sarana tersebut.

Sikap terebut dapat dikatakan sebagai sikap lepas-bebas. Sikap ini memaksa manusia untuk tetap berfokus kepada tujuannya, yaitu menuju keselamatan.

Sikap ini membawa manusia sebagai pengendali sarana, bukan sebagai yang dikendalikan oleh sarana. Sikap ini pun menunjukkan bahwa hakikat manusia adalah bebas, artinya tidak terkurung dalam sarana demi mencapai tujuan.

Sikap ini menunjukkan bahwa kita tidak memilih kesehatan dari pada sakit, kekayaan dari pada kemiskinan, kehormatan dari pada penghinaan, hidup panjang dari pada hidup pendek, dan seterusnya. Segala hal-hal yang manusia inginkan dan pilih harusnya lebih membawa diri menusia ke arah tujuan ia diciptakan.

“Sikap lepas bebas itu mengacu kepada kemerdekaan batin seseorang, ketika ia tidak merasa terkekang dalam hidup oleh apa pun seperti ketakutan akan kehilangan harta benda, ketakutan kehilangan jabatan, atau ketakutan dalam mendapatkan nilai jelek,” ujar Fr. Cahyo.

“Ketika manusia sudah mendapatkan kemerdekaan batin, ia akan melakukan kebaikan  tanpa disetir oleh kebutuhan-kebutuhan yang berintensi buruk seperti melakukan kebaikan untuk kepentingan pribadi,” tambahnya.

Fr. Cahyo mengakui pernah mengalami masa sulit dalam menerapkan Asas dan Dasar dalam hidupnya. Ia menceritakan bahwa pergolakan dalam dirinya pernah membuatnya bertanya akan tujuannya diciptakan di dunia.

Ia pun pernah tidak bisa untuk memaknai hidup karena ia pernah menilai dirinya sangat buruk dan tidak bisa berbuat apa-apa.

“Pengalaman ketika segala sesuatu hanya mengarah melulu untuk kepentingan pribadi akhirnya membawa kepada hidup tanpa makna,” ujarnya.

Menurut Fr. Cahyo, Latihan Rohani merupakan salah satu cara agar manusia paham bahwa ia dicintai oleh Allah. Asas dan dasar adalah bentuk kita membalas kasih Allah dengan kesadaran penuh bahwa Ia selalu menyertai kita bahkan dalam masa-masa sulit dalam hidup kita.

“Dengan berfokus dalam tujuan hidup manusia, maka manusia telah menyadari bahwa satu-satunya jalan menuju keselamatan adalah melewati-Nya,” ujar Fr. Cahyo.

Jalan hidup seperti ini butuh latihan bertahun-tahun dan tidak dapat dicapai dalam waktu yang singkat. Butuh kesadaran penuh dalam setiap saat untuk menyadari saat manusia dikontrol oleh sarana dan saat manusia berfokus kepada tujuannya.

Sikap lepas-bebas pun tidak dapat diterapkan secara subjektif, melainkan menilai segala hal yang berhubungan dengan sarana secara objektif lalu menentukan sikap tersebut.

“Dalam perjalanan bisa menemukan asas dan dasar yang cocok buatnya untuk dihidupi,” imbuh Fr. Cahyo.

Sepeti kata pepatah, ada banyak jalan menuju Roma. Jika analogi tersebut diterapkan dalam Latihan Rohani, jalan adalah salah satu sarana dan Roma adalah Allah.*

Kontributor: Rustiningsih Dian, Ignasia Dyah, Jack Silaban (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.