Katolikana.com—Romo Prennthaler adalah imam Jesuit yang merintis karya misioner di perbukitan Menoreh, Kulon Progo.
Imam berdarah Austria ini memulai karyanya di sekitar Boro, Kalibawang, Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tahun 1920.
Selama hidupnya, Romo Prennthaler, SJ melayani dan mengabdikan diri untuk umat di Kalibawang dan sekitarnya, termasuk mendirikan Gereja Santa Theresia Liseux Boro, Kulon Progo.

Gereja itulah yang menjadi ikon pelayanan Romo Prennthaler.
Tak sedikit karya Romo Prennthaler yang menjadi ujung tombak bagi kesejahteraan masyarakat.
Kendati hidup dengan latar belakang seorang imam, namun karya di bidang lain tetap ia perjuangkan demi kesejahteraan umat, seperti pendidikan, kesehatan, bahkan perekonomian.
Romo Prennthaler meninggal pada 28 April 1946 di usia 61 tahun, dan dimakamkan di tempat ia berkarya.
Pemakaman Romo Prennthaler menjadi tempat peziarahan umat paroki Santa Theresia Liseux Boro.
Berkat donasi dari umat, makam Romo Prennthaler disulap menjadi sebuah taman doa dengan nama Bunda Maria Pelindung Keluarga (BMPK).
Semangat Karya Iman
Beberapa pembangunan telah dilakukan oleh Romo Prennthaler demi menyejahterakan masyarakat di Perbukitan Menoreh.
Bermodalkan semangat pantang menyerah, Romo Prennthaler telah banyak membangun kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan, kesehatan hingga tempat untuk beribadah.
Semangat karya Romo Prennthaler diwujudkan melalui perjuangan untuk tetap melayani umat di perbukitan Menoreh.
Dengan berbekal niat suci, Romo Prennthaler berhasil membangun beberapa sekolah dan rumah sakit.
Romo Prennthaler juga membangun gudang tenun guna menyongsong perekonomian masyarakat.
“Salah satu nilai yang ditinggalkan oleh Romo Prenn adalah semangat untuk membangun,” ujar Wartiyo, penduduk asli Boro.
Wartiyo mengungkapkan bahwa Romo Prennthaler berhasil membuat perubahan besar untuk kesejahteraan masyarakat di perbukitan Menoreh.
Iman Harus Ditopang Kesejahteraan
Itulah nilai hidup yang ditanamkan oleh Romo Prennthaler selama mengembangkan pelayanan di perbukitan Menoreh.
Bagi warga Boro, peran serta Romo Prennthaler dalam kehidupan sehari-hari masih dirasakan melalui doa-doa yang dihaturkan di makam Romo Prennthaler.
Tak sedikit pengalaman religius dirasakan oleh umat setelah berdoa di hadapan makam Romo Prennthaler.
Hal ini membuktikan Romo Prennthaler, SJ memiliki peran dalam kehidupan beriman masyarakat perbukitan Menoreh hingga kini.

Taman Doa
Taman Doa Bunda Maria Pelindung Keluarga (BMPK) menjadi salah satu destinasi wisata religi yang banyak dikunjungi masyarakat.
Tempat wisata religi tersebut merupakan bagian dari komplek peziarahan makam Romo Prennthaler, SJ.
Berawal dari gagasan tentang falsafah orang Jawa, Taman Doa ini memiliki konsep sebuah taman bermain bagi anak-anak.
Taman Doa BMPK menarik para pengunjung sekaligus peziarah karena desain artistik yang cukup sederhana.
“Para pengunjung tertarik untuk datang ke Taman Doa karena kesederhanaan bangunan dan keunikannya. Hanya batu-batu kali kecil yang disusun, itu membuktikan kalau bahan dasar artistiknya berasal dari material yang mudah didapatkan,” tambah Mujiono.
Selain dari segi desain artistik, taman doa BMPK menjadi tempat ziarah yang tenang sehingga mendukung para pengunjung untuk khusyuk dalam memanjatkan doa-doa.
Sejumlah peziarah lokal maupun luar daerah Kulon Progo berkunjung dan beribadah di Taman Doa BMPK atau melayangkan doa di hadapan makam Romo Prennthaler, SJ.
“Tak sedikit umat atau peziarah yang datang ke taman doa ini memohon kepada Romo Prenn dan terkabul,” ujar Mujiono.
Kontributor: Andreas Raditya

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.