Katolikana.com—Perpustakaan merupakan tempat membaca buku yang membantu menambah pengetahuan. Selain membaca buku, Perpustakaan Baca di Tebet memberi ruang bagi pengunjung untuk berdiskusi satu sama lain.
“Perpustakaan bukan cuma kecintaan terhadap buku belaka. Kami melihat ini lebih kepada untuk mengisi kepala, jalur pikir kita, karakter kita sebagai bangsa,” ujar pendiri Baca Di Tebet dan kurator Indonesian Writers Inc Kanti W. Janis pada Live Talkshow #RumahBibi yang dipandu oleh Emmy Kuswandari, Minggu (26/9/2021).

Perpustakaan Baca Di Tebet
Baca Di Tebet merupakan perpustakaan yang didirikan oleh Kanti W Janis bersama dengan Win Muldian. Win Muldian merupakan ketua Ikatan Sarjana Perpustakaan Indonesia.
“Saya sama dia itu ketemu di organisasi penulis. Kami sama-sama pencinta sastra, pencinta buku, dan kami menggabungkan komunitas kami bersama,” ujar Kanti Janis.
Perpustakaan Baca Di Tebet hingga kini memiliki koleksi buku sebanyak 20.000 lebih, 90 persen adalah buku koleksi pribadi Win Muldian dan 10 persen sumbangan dan koleksi pribadi Kanti Janis.
Menurut Kanti, Baca Di Tebet dihadirkan bukan cuma untuk menyimpan buku saja tetapi juga sebagai tempat di mana orang-orang dapat berdiskusi satu sama lain.
“Jadi ada bedanya baca di online sama dari buku. Kalau baca di buku itu kita lebih fokus,” ujarnya.
Kanti menambahkan, membaca buku juga akan menghargai penulis.
“Balik ke penghargaan terhadap penulis. Karena buku ditulis oleh penulis. Kalau apresiasi terhadap buku makin tinggi, apresiasi terhadap penulis juga makin tinggi,” ujar Kanti.
Membaca Bukan Hanya Sekedar Hobi
Kanti Janis mengatakan “Aku sangat selalu tergila-gila sama perpustakaan. Sejak sekolah dasar membaca di keluargaku sudah seperti kebutuhan, bukan lagi dianggap hobi.
Sepanjang Kanti Janis mendalami dunia penulisan juga terlibat di dunia literasi, selalu dibilang minat baca orang Indonesia itu rendah.
“Setelah aku dalami, minat baca orang Indonesia itu tidak rendah. Tapi, apa yang dibaca dan daya tangkapnya itu seperti apa. Yang aku temui ternyata daya baca kita, tuh yang rendah itu,” ujarnya.

Daya Baca Rendah
Menurut Kanti, jika daya baca rendah akibatnya tidak bisa menangkap informasi dengan lengkap. Apalagi menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih jauh lagi: mudah terkena berita-berita palsu. Itu dari kemampuan menangkap bacaan.
“Permasalahannya, orang Indonesia masih menganggap pendidikan atau sistem pendidikan kita itu masih meletakkan bacaan itu adalah give, kemampuan membaca adalah giver, hobi, padahal bukan,” sambung Janis.
“Ada orang yang memang secara naluri sudah suka membaca, punya kemampuan hebat, akhirnya mungkin tinggi. Sebenarnya membaca itu sama kayak keterampilan lain bahkan harus dilatih, harus dikenalkan,” tukasnya.
Ingin Jadi Member?
“Mekanisme, calon anggota memberikan kartu identitas, nanti dibuatkan kartu digital. Tentu ada iuran per tahun yang jumlahnya kami masih pikirkan. Kalau kita antara ikhtiar kita dan tentu harus realistis, ada biaya perawatan jadi masih dikalkulasi,” ujar Kanti.
Kanti Janis menambahkan, “Kami prinsipnya tidak tergantung pada donasi, jadi ingin bisa berdikari.”
Kanti Janis berpesan, bagi Sobat Katolikana yang yang ingin berdonasi buku ke Perpustakaan Baca Di Tebet, silakan kontak atau kunjungi: Jalan Tebet Barat Dalam Raya, No. 29.**

Mahasiswa asal Papua, Jurusan Ilmu Komunikasi Unika Widya Mandala Surabaya.