Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat NTT Mampu Memeriksa 60.000 Sampel Tes Covid-19 per Tahun

Fima Inabuy: Jika menggunakan PCR konvensional, biaya yang dikeluarkan sebesar 69 miliar rupiah, sedangkan dengan 'pool test' hanya 7 miliar rupiah.

0 161

Katolikana.com—Kegelisahan peneliti biomolekuler Dr. Fainmarinat Selviani Inabuy, biasanya disapa Fima Inabuy, terhadap minimnya laboratorium di Kupang dan antrean 2.000 sample test Covid-19 pada April 2020, membuatnya berinisiatif mendirikan Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat (Biokesmas) Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Saat itu, banyak orang ingin dites, tapi alat PCR belum ada. Hal ini mengakibatkan laju kasus virus Covid-19 lebih cepat dibandingkan proses pemeriksaan,” jelas Fima Inabuy dalam Live Talkshow Rumah Bibi yang dipandu oleh Emmy Kuswandari, Minggu (10/10/2021).

Awal Mula

Menurut Fima, ide awal Laboratorium Biomolekuler ini adalah mengadakan tes massal modifikasi dari tes PCR yaitu pool test atau group test.

Ide ini mendapat sambutan dari Forum Akademia NTT. Mereka pun membentuk tim multidisipliner untuk mendekati sekolah, universitas, dan semua level pemerintah.

“Kami berjuang sejak Mei 2020. Hingga akhirnya, 1 Juli 2020 Pemerintah Provinsi NTT menyatakan dukungan dalam bentuk dana,” jelas Fima.

Pada durasi waktu itu mereka merekrut calon laboran dan melatih mereka dari dasar.

Saat dibuka perekrutan, terdapat 42 calon laboran dan relawan. Setelah diseleksi tersisa 18 relawan. Hal yang ditekankan pada perekrutan adalah kemauan untuk melayani masyarakat.

Semua bisa dilakukan Fima dan tim karena dukungan dari masyarakat, berupa sumbangan makan siang hingga dana.

Media juga gencar membantu memublikasikan gerakan untuk membangun Laboratorium Biomolekuler ini.

Laboratorium Biomolekuler akhirnya dibangun bekerja sama dengan Rumah Sakit Undana.

Dr. Fainmarinat Selviani Inabuy, biasa disapa Fima Inabuy, Ketua Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat Provinsi NTT. Foto: Istimewa

Perjuangan Relawan

Perjuangan Fima dan para relawan sangat luar biasa. Mereka memiliki kerelaan untuk membantu meski pada masa awal pendirian tidak mendapatkan gaji.

“Anak-anak laboratorium sempat enam bulan bekerja, tapi tidak mendapat gaji sama sekali. Mereka berani bekerja dengan virus yang berisiko tinggi dan bekerja 12 jam sehari,” ujar Fima.

“Intinya, kerelaan untuk berkorban itu yang menjadikan lab ini berdiri. Kalau kita memulai mengharapkan ada gaji dulu, lab ini tentunya tidak akan ada,” tambah Fima.

Pool Test vs Tes PCR

Menurut Fima, tes PCR umumnya dilakukan terhadap individu, tetapi pooling test memodifikasi tes PCR dengan melakukannya terhadap kelompok atau massa.

“Dengan biaya tes untuk satu individu, kita bisa memeriksa sepuluh orang. Kita bisa mempercepat mendeteksi orang tanpa gejala,” jelas Fima.

Contohnya pada sekolah yang ingin melakukan tatap muka, sebelum masuk, kita akan memeriksa terlebih dahulu murid hingga guru.

“Kita perlu memastikan  apakah ada individu yang memiliki gejala atau tidak bergejala dan dapat menularkan dengan sengaja,” tutur Fima.

“Pemeriksaan dengan tes PCR terhadap individu akan sulit dilakukan karena biayanya mahal. Namun, dengan menggunakan pool test, kita bisa melakukan tes PCR terhadap banyak orang dengan biaya murah,” tambahnya.

Kasus lain yang pernah ditangani Laboratorium Biokesmas NTT adalah saat mahasiswa ingin melakukan KKN ke Desa.

“Mereka saat itu langsung diperiksa, jadi tidak sakit dulu baru diperiksa. Kadang, anak muda tidak sadar membawa virus lalu menularkan ke orang lain. Jadi, ini langkah pencegahan sebelum hal tersebut terjadi,” jelas Fima.

Hemat Biaya

Dengan menggunakan metode pool test ini, Laboratorium Biomolekuler bisa mencapai 10 kali penghematan dari biaya tes PCR yang dilakukan terhadap individu.

“Kami sudah menghitung, dalam satu bulan, Lab ini memeriksa 5.000 sampel. Dalam satu tahun, bisa mencapai 60.000 sampel. Jika menggunakan PCR konvensional, biaya yang dikeluarkan sebesar 69 miliar rupiah, sedangkan dengan pool test hanya 7 miliar rupiah,” jelas Fima.

Dari Rakyat untuk Rakyat

Fima menyatakan, laboratorium ini hadir karena bantuan dari masyarakat dan pemerintah yang memberikan bantuan dana sebesar 80 persen.

Namun, walaupun begitu masih ada pro dan kontra atas didirikannya laboratorium ini.

Banyak instansi hingga dinas kesehatan menolak adanya laboratorium ini. Selain itu, beberapa dokter patologi klinis bahkan merasa hal ini tidak valid karena Fima bukanlah seorang dokter.

“Saat saya memberikan sambutan pada pembukaan Laboratorium, kepada Pak Gubernur dan Menteri Kesehatan Terawan, saya yakin, pasti banyak yang bertanya kenapa saya yang memimpin Laboratorium? Saya jelaskan, teknologi yang dipakai PCR dan ini merupakan alat yang sering digunakan orang Biomolekuler,” jelas Fima.

Laboratorium Biomolekuler ini dibuka oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Terawan Agus Putranto dan hingga kini masih mendapat dukungan dari Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin.

Meski begitu, untuk penerapan secara nasional, inovasi ini belum diterima dengan mudah. Hal ini karena ada banyak pro dan kontra dari para ahli.

Sampai saat ini, Laboratorium Biomolekuler ini masih berusaha untuk membuktikan dan meyakinkan teknologi pool test.

“Kami  tidak kaget lagi karena di level NTT juga banyak yang menolak. Wajar, kalau orang belum melihat langsung datanya, orang jadi ragu. Sekarang dalam proses menunjukkan bahwa ini valid dan sudah coba di Lab, dapat dilakukan, dan dapat direproduksi di tempat lain,” jelas Fima.

Masa Depan Laboratorium

Jika pandemi Covid-19 ini usai, Fima berharap agar laboratorium ini tetap dapat membantu masyarakat untuk mendeteksi penyakit endemik di NTT seperti malaria, demam berdarah, HIV, atau talasemia.

Biomolekuler adalah alat untuk mendeteksi lebih penyakit sejak dini. Karena itu, Fima berharap bahwa laboratorium ini terus bergerak dan memberikan hak dan kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan tes gratis.**

Kontributor: Fiona Troyandi, Immanuella Devina Florentina Sihaloho, Devina Meliani, Verryn Priscilla Limbert, Charles Durand (Universitas Atma Jaya Yogyakarta).

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.