Cerita Kehidupan Masyarakat Kampung Laut di Masa Pandemi

Dinas Perhubungan Cilacap sempat memutuskan agar kapal berhenti beroperasi selama beberapa hari. Dinas Perhubungan Cilacap sempat memutuskan agar kapal berhenti beroperasi selama beberapa hari.

0 605

Katolikana.comKampung Laut terletak di ujung barat Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Berjarak dua jam dari pusat kota, daerah ini berada di Laguna Segara Anakan, dikelilingi oleh rimbunan pepohonan bakau.

Saat pandemi masuk ke Indonesia, masyarakat Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut Cilacap, belum menganggap serius datangnya virus ini.

“Saat itu kami percaya dalam arti sebatas berita saja, informasi. Reaksinya masih biasa saja,” ujar Kustoro, perangkat Desa Ujungalang, Kampung Laut, Cilacap.

Sebagai daerah yang letaknya jauh dari pusat kota, sempat membuat masyarakat desa lengah sesaat.

Kustoro Perangkat Desa Ujungalang Kecamatan Kampung Laut. Foto: Marsha Bremanda

“Awalnya itu kan di berita orang yang terinfeksi pertama kali dinyatakan negatif, jadi kita sempat lengah. Kami menganggap biasa saja,” tambahnya.

Beberapa waktu kemudian, masyarakat Kampung Laut dilanda keresahan karena mendengar kabar di pusat Kota Cilacap sudah banyak yang terpapar Covid-19.

“Setelah lebaran 2020 kami dapat kabar kalau di kota banyak yang terpapar. Di situ kami resah. Semua elemen pun langsung merapatkan barisan, membuat skema penanganan,” ujarnya.

Bentuk skema penanganan yang dibuat oleh Kementerian Desa yaitu dengan membuat Satuan Tugas (Satgas) Desa dan Relawan Desa Aman Covid.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan masuknya Covid-19 ke Kampung Laut Cilacap.

“Karena di sini padat penduduk. Seandainya ada satu yang terinfeksi maka peluang tertular besar,” ujar Kustoro.

Meski jauh dari pusat kota, mobilitas penduduk Kampung Laut cukup tinggi. Banyak orang keluar masuk menuju Kota Cilacap.

“Moda utama transportasi kami kan kapal, tempat duduknya hampir tak ada jarak. Jadi kalau ada yang terpapar, resiko menular besar,” tambahnya.

Skema penanganan dibentuk guna mengidentifikasi keluar masuknya masyarakat desa sehingga tracking data penduduk tercatat dengan jelas: datang dari mana, bertemu dengan siapa saja, dan lain sebagainya.

Masyarakat saat berada di kapal menuju Kampung Laut. Foto: Marsha Bremanda

Berhenti Total

Bulan November 2020, Kota Cilacap sempat dinyatakan zona merah akibat lonjakan kasus Covid-19.

Salah satunya yang terpapar adalah masyarakat Kampung Laut. Hal ini berawal ketika seorang warga baru saja tiba dari Batam untuk melangsungkan pernikahan.

“Saat dia datang, hasil PCR negatif. Setelah selesai acara dia kembali ke Batam, Lalu dapat kabar kalau selama perjalanan dia merasa demam, batuk, dan pilek,” ujar Kustoro.

Mendengar kabar tersebut, Kustoro segera melakukan tracking mulai dari tukang rias pengantin, tamu undangan, hingga seluruh elemen yang kontak fisik dengan pengantin.

“Dari klinik tempat dia melakukan PCR mengabarkan kalau positif Covid-19 dan dinyatakan meninggal dunia,” tambahnya.

Sayangnya, saat jenazah dipulangkan, dari pihak keluarga tidak percaya kalau meninggal akibat Covid-19. Plastik yang membungkus jenazah pun dibuka begitu saja dan diperlakukan seperti jenazah pada umumnya.

“Pihak keluarga terus memaksa, padahal dari sana sudah dibungkus plastik,” kata Kustoro.

Akibatnya, sejak saat itu satu per satu mulai banyak yang terpapar virus Covid-19.

“Sempat banyak yang positif, hampir 21 orang kalau tidak salah, tapi itu fluktuatif,” tambahnya.

Mengantisipasi besarnya kasus, akhirnya Dinas Perhubungan Cilacap memutuskan agar kapal berhenti beroperasi selama beberapa hari.

Tak hanya itu, seluruh aktivitas warga pun sempat diberhentikan total demi mengurangi lonjakan kasus positif Covid-19.

Minim Pengetahuan

Menurut Kustoro saat itu pengetahuan masyarakat Kampung Laut masih tergolong minim. “Karena masalah sumber daya manusia, ya,” ungkapnya.

Hal serupa diungkapkan oleh Novita Sari (23), Mahasiswi STIE Ekuitas Bandung yang juga masyarakat Kampung Laut Cilacap.

“Masyarakat Kampung Laut santai banget. Aku pernah ke rumah saudara dan pakai masker. Di jalan ditegur sama tetangga. ‘Ngapa nganggo masker sih, kaya nang ngendi bae (Ngapain pakai masker sih, kayak lagi di mana aja),” jelas Novita Sari.

Menurut Novita, masyarakat Kampung Laut menganggap virus Covid-19 tidak akan bisa masuk ke sana.

“Saat aku berusaha memberi pemahaman ke mereka, justru dijawab ‘Nang kene ora ana Covidlah (Di sini enggak ada Covid lah),” tambahnya.

Novanda Puspita (23), masyarakat Kota Cilacap mengalami hal yang sama.

“Saat aku pergi ke Kampung Laut untuk menjenguk saudara, aku lihat masih banyak warga yang tidak menaati prokes dengan baik,” ungkapnya.

Novanda mengungkapkan masih banyak masyarakat Kampung Laut yang tidak memakai masker saat di luar rumah.

“Pas lagi di jalan, banyak warga yang lihatin aku secara sinis karena pakai masker terus ke mana-mana. Padahal aku sedang berusaha mencegah dan tidak menulari satu sama lain,” tambahnya.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai sadar bahwa virus Covid-19 benar-benar ada.

“Makin ke sini sudah pada sadar sih, alhamdulillah,” pungkas Novita Sari.

“Kalau ada acara kumpul-kumpul, sudah banyak yang menerapkan prokes dengan baik. Pakai masker, jaga jarak. Walaupun masih ada satu dua yang belum, tapi menurut aku itu sebuah progress,” tutup Novita.

Kontributor: Marsha Bremanda, Daniel Kalis, Jennifer, Alicia Yolanda, Given Erly (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.