Sinopsis Filem ‘Spiderman No Way Home’: Selalu Ada Kesempatan Kedua?

Setiap orang membawa pesan dalam kehidupan, termasuk tokoh Marvel Comics superfiktif Spiderman karya Jon Watts ini.

0 433

Katolikana.com—Filem Spiderman No Way Home dirilis di Amerika pada tanggal 14 Desember 2021 dan di Indonesia sehari setelahnya. Filem yang bagus selalu dinanti datang dengan sebuah pesan, selain sisi adrenalin dan action-nya.

Pesan filem ini diawali dengan perasaan kalut akibat fitnah dari musuh yang terbunuh (Mysterio) dan membuka identitas sang super hero (Tom Holland) yang selalu menjadi rahasia layaknya genre komik. Hasilnya bisa ditebak di awal scene: kekalutan melanda kota dan media massa mengipasinya. Super hero kalut karena ia juga manusia.

Spiderman No Way Home

Spiderman No Way Home mengisahkan persahabatan layaknya dunia remaja di seantero dunia lain yang kental dengan cuitan istilah sains : Teori String. Sisi lain yang menarik adalah selalu ada kesempatan kedua bagi siapa pun, termasuk musuh atau orang jahat yang menjahati super hero itu sendiri.

Walau alam semesta kadang berpihak ke superhero untuk dapat memusnahkan musuh-musuhnya namun pilihan secara moral selalu ada.

Dokter Octopus mengatakan: sisi jahatnya selalu muncul karena Spiderman mempunyai sisi baik. Jahat dan baik ibarat satu koin dua sisi dari mata uang.

“Kesempatan kedua selalu di ikuti konsekuensi,” ujar Si Kadal musuh Spiderman ketika menolak perintah dokter Strange seorang penyihir yang meminta Peter Parker (Spiderman) untuk menekan tombol dari sebuah kotak metaverse sesuai perjanjian sebelumnya. Namun Peter Parker menolak dengan alasan selalu ada kesempatan kedua seperti yang selalu dicontohkan oleh bibi May (Bibi Spiderman) yang di ucapkan berlatar belakang patung Liberty—simbol kemerdekaan diri.

Alhasil, yang terjadi kemudian adalah bencana multiverse (dunia pararel) secara astrofisika yang disebabkan terbukanya batas lintas semesta karena tidak teguhnya superhero memegang janji dengan dokter Strange ketika menyanggupi untuk membantunya.

Sudah menjadi garis takdir sang superhero untuk mengatasi keadaan kacau balau yang ada dan meyakini pilihan moralnya walau ia dan doker Strange harus bertarung sengit di dimensi lain yang tidak dibayangkan oleh Spiderman sebelumnya. Melalui penguasaan geometri dan matematika dokter Strange harus tergantung 12 jam terlilit jaring laba-laba Spiderman.

“Sisi moralitas adalah bumerang bagi Spiderman dan ini titik terlemahnya,” ujar musuh bebuyutannya Green Goblin.

“Sisi jahat kadang sudah menjadi suratan takdir dan tidak pernah bisa diubah menjadi kebaikan, semesta alam sudah menghendakinya,” ujar dokter Strange ketika superhero kalut dan kelabakan karena melawan takdir alam dan kalah dari musuh-musuhnya.

Setelah bertarung sengit dan melelahkan dengan dokter Octopus, Green Goblin, Electro, Si Kadal dan Sandman, super hero menyadari waktunya sangat pendek untuk bisa mengalahkan mereka semua.

Super hero diingatkan oleh dokter Strange bahwa ia harus memegang janjinya dan jika tidak dokter Strange tidak bisa membantunya lagi karena musuh-musuhnya akan bertambah banyak datang dari alam pararel lain yang di ibaratkan Teori Bing Bang kecepatannya dalam triliunan cahaya yang siap meledak dan menjadikan partikel.

Filem ini tetap membumi dengan pesan: “Tetaplah berbuat baik karena dengan berbuat baik ke satu orang akan memperbaiki kehidupan banyak orang,” ujar Bibi May yang ditirukan oleh Spiderman.**

 

Food traveler. Menulis Kajian Humaniora, Kuliner dan  Masalah Pembangunan. Tinggal di Denpasar, Bali.

Leave A Reply

Your email address will not be published.