Kaul Kekal Empat Suster Indonesia di Roma, Padre Marco: Hidup Membiara Bukan Kontrak

Keempat suster adalah Sr M Margareta Soi, Sr M Yuliana Hanul, Sr M Agata Mbewu, dan Sr M Monika Olo Mali.

0 614

Katolikana.com—Hidup membiara adalah sebuah panggilan, berbeda dengan kontrak atau MoU. Karena itu, Yesus ingin menegaskan bahwa kita hanya bebas melakukan hal yang benar dan betul, ketika Yesus tetap menjadi prioritas utama dalam hidup kita.

Hanya dengan itu kita bebas melayani Dia, dan sesama dengan bebas, tanpa batas, tanpa rasa takut tanpa cemas. Kebebasan batin yang Yesus berikan kepada kita ini membuat kita kuat sebagai pribadi dan orang terpanggil.

Romo Markus Solo Kewuta SVD menyampaikan hal ini saat menerima kaul kekal empat suster Indonesia dari Congregazione delle suore di carità del Buon e Perpetuo Soccorso atau Kongregasi Suster-Suster Karitas Bunda Yang Setia dan Penolong Abadi.

Misa Kudus berlangsung di Gereja Bunda Maria Penolong Abadi di Roma, Sabtu (1/10/2022) waktu setempat dengan menggunakan tiga bahasa (Italia, Inggris, dan Indonesia).

Keempat suster adalah:

  1. Sr M Margareta Soi,
  2. Sr M Yuliana Hanul,
  3. Sr M Agata Mbewu,
  4. Sr M Monika Olo Mali.

Para suster yang berkaul kekal tersebut dua suster berasal dari Atambua, Timor, satu dari Ngada, dan satu dari Manggarai. Mereka berasal dari Kongregasi Suster-Suster Karitas Bunda Yang Setia dan Penolong Abadi di Jalan Ranaka-Kumba, Ruteng, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Romo Markus Solo Kewuta SVD saat menyampaikan kotbah dalam Misa Kudus di Gereja Bunda Maria Penolong Abadi di Roma, Sabtu (1/10/2022) waktu setempat.

Tiga Pilar Kehidupan

Padre Marco menguraikan bahwa ada tiga pilar dalam kehidupan kita yang membuat kita merasa aman dari dulu hingga sekarang, bahkan mungkin untuk selama-lamanya.

“Pertama rumah atau tempat tinggal, kedua orang tua, dan ketiga keluarga dalam konteks bukan hanya dari keluarga inti,” sebutnya.

Menurut Padre Marco, ketegangan terletak pada jawaban Yesus dalam tiga pilar ini. Kata Yesus, jika rumah atau tempat tinggal, jika orang tua, jika keluarga lebih penting daripada Aku maka anda tidak bisa mengikuti Aku.

“Apa maksud Yesus dengan perkataan ini. Bukankah dia ingin membebaskan kita semua dan merangkul kita semua tanpa syarat,” ucapnya.

Yesus, tandas  Padre Marco, tidak ingin menakuti kita semua. Dia tidak ingin mengundang hanya mereka yang memenuhi keiteria-kriteria  tertentu.

Dia juga tidak ingin membuat tuntutan berbelit dan yang membebankan. Tetapi Dia mengatakan seperti dalam injil Mateus pasal 11 ayat 30 ‘Kuk yang Kupasnag itu enak dan bebanKu pun ringan’.

Di balik semua ini, lanjut Padre Marco, Tuhan sebetulnya peduli dengn kepribadian manusia yang kita sebut panggilan. Artinya, Dia memanggil dan membimbing semua yang Dia peduli dan Dia cintai ke dalam sebuah alam kehidupan yang bebas, hidup baru bersamaNya.

Menurut Padre Marco, Yesus ingin menjelaskan keterikatan kita dengan berbagai hal yang dilambangkan dengan tiga pilar tersebut, bahwa sejatinya keterikatan kita dengan berbagai hal di dunia ini akan terbukti dengan jelas melalui  masalah-masalah yang kita hadapi.

“Dengan demikian kita bisa bersaksi dengan pengalaman kita. Ketika masalah demi masalah muncul dalam hidup kita di situ tampak dengan jelas di mana kita berpihak,” jelas Padre Marco.

Panggilan Bukan MoU

Kepada empat suster asal Indonesia yang mengucapkan kaul kekal, Padre Marco menekankan bahwa hidup membiara adalah sebuah panggilan, berbeda dengan kontrak atau memorandum of understanding.

“Kisah injil yang kita dengar hari ini ditempatkan Lukas persis sebelum Yesus memulai perjalanannya ke Yerusalem untuk memanggul salibNya hingga mengorbankan hidupnya sendiri di kayu salib  mati bagi banyak orang,” tandas Padre Marco.

Di sini, urai Padre Marco,  Lukas mau mengatakan bahwa salib adalah bagian tak terpisahkan dari panggilan hidup seorang membiara. Tetapi Yesus setia memanggul salib Nya seturut kehendak Bapa dan bagi keselamatan umat manusia.

“Inilah yang menjadi kekuatan kita. Kesetiaan dan ketabahan Yesus membuatNya merasa bebas luar dalam. Dan kebebasan sejati inilah yang memampukan Dia untuk mencintai tanpa batas,” tutur Padre Marco.

Sr M Margareta Soi, Sr M Yuliana Hanul, Sr M Agata Mbewu, dan Sr M Monika Olo Mali di Gereja Maria Penoling Abadi, Roma, Sabtu (01/20/2022)

Belajar dari Bunda Maria

Lebih jauh Padre Marco menjelaskan, keempat suster asal Indonesia tersebut mengatakan “ya” untuk bergabung secara penuh dan kekal dengan kongregasi Congregazione delle suore di carità del Buon e Perpetuo Soccorso dalam kaul-kaul kebiaraan: kemiskinan, ketaatan, dan kemurnian.

Mereka mengumandangkan sebuah janji dan sumpah melalui sebuah kata singkat tapi penuh makna: “Ya”,  atau dalam versi Bunda Maria: ‘Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataanMu’.

Menurut Padre Marco, kata “Ya” dari  Bunda Maria sekaligus kata kunci yang menutup berbagai ruang yang bisa mengganggu gugat Bunda Maria untuk bisa merasa jauh dari Tuhan dan sesama manusia.

Bunda Maria sebaliknya tetap setia dan fokus pada komitmennya terhadap Tuhan dan sesama. Ia memberikan segala sesuatu yang dia miliki hingga kekuatan paling akhir ketika harus berdiri menyaksikan putranya yang meninggal. Dan fakta apa yang ada di depan dia adalah kehendak Tuhan, itu sudah cukup baginya untuk menyanggupi segala tugas dan tanggung jawab.

“Di sini iman dan cinta benar-berar murni dan sempurna dan terungkap melalui pengabdian yang penuh, Tuhan datang untuk mengubah. Dia mengubah menyanggupkan manusia dengan sempurna secara integral secara penuh luar dan dalam, sebagaimana Dia juga mencintai orang secara penuh secara sangat pribadi,” ucapnya.

Menutup kotbahnya kepada suster yang mengatakan kaul hari itu, Padre Marco mengatakan bahwa keluarga, kongregasi, dan semua yang hadir mendukung penuh para suster yang menutuskan untuk hidup bakti secara kekal dan penuh.

“Semua berdoa bersamamu. Semoga Tuhan yang adalah awal dan akhir panggilan hidupmu, alfa dan omega, dahulu dan sekarang dan selama-lamanya. Yang telah memanggilmu dengan namamu masing-masing sejak dalam kandungan ibu seperti dikisahkan dalam bacaan pertama yang datang dari tempat yang jauh, datang ke tempat yang luas,” ujar Padre Marco.

“Semoga Dia menyambutnya dalam ikrar dan janjimu pada hari ini merangkulmu erat-erat dan menyertaimu selalu kapan dan kemana saja kalian berempat diutus demi kemuliaan Tuhan dan demi kesejahteraan umat manusia yang kalian layani,” pungkas Padre Marco. (*)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.