Sutradara Film Pesantren Ingin Tampilkan Islam yang Ramah Perempuan

Forum 17-an GUSDURian Surabaya Gandeng Festival Film Madani gelar nobar dan diskusi film Pesantren jelang TUNAS GUSDURian 2022

0 137

Katolikana.com – Jelang acara Temu Nasional (TUNAS) GUSDURian 2022 yang berlansung di Surabaya pada 14-16 Oktober 2022, Gerdu Suroboyo (GUSDURian Surabaya) dan Festival Film Madani, panitia TUNAS GUSDURian 2022 menggelar Forum 17-an di Asrama Haji Sukolilo Surabaya dengan melakukan nobar dan diskusi film Pesantren.

Forum 17-an yang berlangsung pada Kamis (13/10) malam tersebut dihadiri sekitar 200 peserta dan sutradara film Pesantren, Shalahuddin Siregar.

Dalam sesi diskusi, Shalahuddin Siregar menjelaskan tentang bagaimana topik film Pesantren yang digarapnya. Dalam film itu, ia ingin menampilkan wajah pesantren yang sesungguhnya.

“Mengapa film saya cenderung berbicara Islam, pesantren, dan perempuan khususnya? Karena persoalan-persoalan itu cenderung akan terus menjadi perbincangan ke depan. Selain itu ada juga kesan di masyarakat kita bahwa Islam tidak ramah perempuan. Jadi film ini hadir sebagai persepsi berbeda,” kata Shalahuddin Siregar, dalam siaran pers yang diterima Katolikana.com.

Para penggerak GUSDURian nonton bareng film Pesantren pada Kamis (13/10/22) jelang TUNAS GUSDURIAN 2022. Foto: Istimewa

Sejalan dengan itu, Inaya Wahid menuturkan bahwa film Pesantren (2022) semakin menegaskan bahwa narasi Islam itu tidak tunggal. Putri bungsu Gus Dur itu juga mengungkapkan bahwa ada sudut pandang menarik yang dihadirkan dalam film ini, yaitu kaitan antara perempuan dan terorisme.

“Sederhananya saja, kita ingin menghadirkan sudut pandang yang berbeda mengenai tafsir Islam. Ada hal penting yang sering dilupakan orang saat terjadi aksi terorisme. Salah satunya adalah perempuan. Padahal, perempuan adalah korban utama dari aksi tersebut. Perempuan sering disebut sebagai subjek segala masalah. Syukurnya, film ini memperlihatkan sudut pandang yang menarik tentang perempuan,” ungkap Board of Madani International Film Festival tersebut.

Lebih lanjut, Inaya menambahkan bahwa film-film dalam Festival Film Madani bukanlah film agama, bahkan bukan film Islam. Melainkan semua film yang membawa nilai-nilai keragaman dan perdamaian.

“Kebetulan saja film ini (Pesantren) membawa nilai-nilai itu dan juga sesuai dengan semangat perjuangan Gus Dur,” tutup perempuan yang akrab disapa Nay tersebut.

Di akhir sesi, salah seorang peserta mengatakan bahwa film ini harus tayang dan ditonton di seluruh Indonesia.

Untuk diketahui, Forum 17-an sendiri merupakan agenda rutin bulanan Jaringan GUSDURian yang biasanya diadakan oleh komunitas GUSDURian di berbagai kota.

Katolikana merupakan official media partner TUNAS GUSDURian 2022.

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.