Konsekuensi Baptis Ternyata Tak Mudah

Jika ingin dibaptis, sesorang harus melewati 4 masa dan 3 tahap.

4 1,770

Katolikana.com—Seseorang dikatakan sah menjadi anggota Gereja Katolik setelah menerima Sakramen Baptis.

Baptis bisa diterima seseorang ketika bayi atau masih kecil dan bisa juga saat sudah dewasa.

Ketika menerima baptis bayi, menjadi tanggung jawab orang tua untuk mendidik anaknya dengan ajaran Iman Katolik. Sedangkan orang yang dibaptis waktu dewasa diharapkan sudah bisa mempertanggungjawabkan imannya dalam hidup sehari-hari.

Untuk bisa menerima sakramen Baptis zaman sekarang harus melewati beberapa tahapan. Hal ini berbeda dengan zaman dulu, misalnya ada pembaptisan massal di Sendangsono tahun 1904.

Situasi dan kondisi dulu berbeda, sehingga ketika seseorang telah menyatakan bersedia bisa langsung dibaptis.

Relief baptisan pertama di Sendangsono. Foto: yosef.web.id

Jika ingin dibaptis, sesorang harus melewati 4 masa dan 3 tahap.

(1) Masa pra katekumenat, di mana seseorang harus yakinkan diri untuk siap mengikuti Kristus.

  • Tahap 1, pelantikan katekumen: seorang dilantik menjadi calon baptis dan diperkenalkan ke umat.

(2) Masa katekumenat: saat di mana mengikuti pelajaran baptis kurang lebih 1 tahun.

  • Tahap 2, penentuan calon baptis: saat di mana seseorang ditentukan layak untuk selanjutnya dibaptis;

(3) Masa persiapan baptis: waktu persiapan sebelum menerima baptis.

  • Tahap 3, pelaksanaan baptis: waktu menerima Sakramen Baptis.

(4) Masa Mistagogi: setelah dibaptis tetap dibimbing dalam pemahaman iman.

Dalam kehidupan nyata menjalani konsekuensi baptis tidaklah mudah dan dihadapkan dengan berbagai persoalan. Setiap orang bisa memiliki salib yang berbeda-beda dan harus dihadapi.

Pertama, jika orang tua yang tidak atau lupa mendidik anak secara Katolik, bagi penerima baptis bayi. Anak-akan mudah terombang-ambing. Kemungkinan terburuk dengan mudah meninggalkan Kristus, dengan alasan, “Aku dulu dibaptis tidak dengan kesadaran sendiri.”

Bisa juga sebaliknya, orang tua yang mengabaikan janji pernikahan Katolik mereka dulu. Biarlah anaknya nanti baptis sendiri setelah dewasa, tanpa berusaha membimbing secara iman Katolik.

Kedua, karena pasangan berbeda keyakinan dan beralasan sudah saling mencintai. Terhalang peraturan pernikahan dalam negara jika beda keyakinan, akhirnya beranggapan semua agama sama dan terasa kurang spesial dalam memilih keyakinan.

Ketiga, ada juga karena jabatan tertentu akhirnya melepaskan iman akan Kristus. Godaan dunia terasa lebih kuat dan dirasakan mampu memberikan jaminan kebahagiaan.

Keempat, sama halnya dengan jabatan, kepopuleran juga mampu membuat orang melupakan Kristus. Tergoda untuk bisa terus diidolakan banyak orang, sehingga harus menyesuaikan diri dengan orang kebanyakan.

Kelima, tanpa disadari umat bisa tanpa sengaja membuat seseorang meninggalkan Kristus. Misal saja ada seorang umat yang tidak aktif kegiatan menggereja, ketika akhirnya mulai aktif terlibat mendapat pernyataan, “Eh, kok tumben ke Gereja?” Kadang satu kalimat atau satu kata saja bisa memengaruhi emosi seseorang.

Kita semua umat Katolik memiliki tanggung jawab dari ungkapan quaerere et salvum facere (mencari dan menyelamatkan).

Melihat kenyataan itu, kita bisa merenungkan kembali perumpamaan tentang seorang penabur (Markus 4:1-20).

Untuk menjadi tanah yang subur bagi Firman Tuhan di dunia ini butuh perjuangan tiada henti. Pasti ada halangan dan rintangan sebagai salib kita masing-masing yang harus dipikul.

Sakramen baptis bersifat kekal. Seseorang menerima Roh Kudus dalam dirinya dan diharapkan untuk selalu membuka hati pada Bimbingan-Nya.

Jangan lupa pula saling menguatkan satu sama lain dengan talenta masing-masing.

Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (Galatia 6:2).

Tetap sehat dan bersemangat.

Alumnus STP-IPI Malang

4 Comments
  1. Bernabas Ambon says

    Jadi Katolik jg tidak gampang…kwkwkw

    1. Yoseph Widyawan says

      Iya, memikul salib
      🙂

  2. Susy Haryawan says

    Gampang ah

    1. Yoseph Widyawan says

      Hehehe…😄

Leave A Reply

Your email address will not be published.